Share

Luka dan memar

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 18:05:05

Agatha melangkah pelan di jalan setapak desa, menghirup udara segar yang jauh berbeda dari kota besar yang pernah ia tinggalkan. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan dan kicauan burung memberikan rasa damai yang baru, meskipun hatinya masih diliputi rasa cemas.

Pagi itu, setelah bekerja di kedai kopi milik Ibu Wati, Agatha duduk di kursi kayu di teras kecil kedai sambil menyeruput teh hangat. Pemandangan desa yang tenang memanjakan matanya, tapi hatinya tetap berdebar. Meski ia mencoba menenangkan dirinya, bayangan Rohander selalu menghantui pikirannya.

Ibu Wati yang sedang menyapu halaman melihatnya dari jauh dan menghampiri.

"Ibu Wati," Agatha menyapa dengan senyum tipis, meskipun mata Ibu Wati bisa menangkap kekhawatiran di wajah Agatha.

"Ada apa, Nak? Sepertinya kau sedang jauh berpikir," tanya Ibu Wati dengan lembut.

Agatha menatap secangkir teh di tangannya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku hanya... merasa sedikit takut," jawabnya pelan.

Ibu Wati duduk di sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Lebih dari apapun

    Agatha duduk di sudut kamar, tubuhnya menggigil meski udara di sekitar terasa hangat. Air mata mengalir tanpa henti, membasahi pipinya. Pikiran-pikirannya berlarian, menghantamnya tanpa ampun. Begitu banyak pertanyaan tanpa jawaban, begitu banyak perasaan yang tercampur aduk—rasa takut, marah, dan kebingungan yang mencekam dirinya.Dengan tangan yang gemetar, Agatha memeluk tubuhnya erat, mencoba mengusir rasa dingin yang mencekam dalam hatinya. "Kenapa, Rohander? Kenapa kamu harus membuat semuanya seperti ini?" suara Agatha teredam oleh isaknya yang semakin dalam. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah lelah... begitu lelah..." Dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mencoba menahan isakan yang hampir meledak.Di luar kamar, di balik pintu yang tertutup, Rohander berdiri, menunduk dengan tangan terlipat di depan dada. Dia hanya bisa mendengar tangis Agatha yang tak terhentikan, dan hatinya hancur mendengarnya. Sungguh, dia tidak pernah bermaksud untuk menyakiti Agatha. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Satu hari, satu minggu, bahkan satu tahun

    Rohander duduk di sisi ranjang, memandangi Agatha yang kembali tertidur, tubuhnya terbungkus selimut tebal. Beberapa helai rambutnya yang basah tergerai di dahinya, dan ia dengan lembut menyisirnya ke belakang telinga. Hatinya dipenuhi dengan perasaan yang campur aduk—penyesalan, kebingungan, dan harapan yang hampir pudar.Pandangannya teralihkan ke tangan Agatha yang terletak di samping tubuhnya. Beberapa jari tangan Agatha masih memegang erat selimut, namun ada getaran kecil yang membuat hati Rohander terenyuh. Setiap detik yang berlalu, ia semakin menyadari bahwa ia telah menghancurkan semuanya. Semua kebahagiaan yang mereka punya, semua rasa percaya yang pernah ada, kini menghilang begitu saja.Rohander menatap telapak tangannya, masih merasakan bekas luka yang diberikan oleh perbuatannya sendiri. "Aku tidak tahu bagaimana caranya memperbaikinya," gumamnya pelan, berbicara pada dirinya sendiri. "Aku tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan segalanya seperti semula."Namun, dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Merawatmu bukan karena aku ingin

    Keesokan harinya, Agatha kembali ke tempat yang sudah lama ia tinggalkan, meskipun hatinya penuh dengan kebingungan dan keraguan. Ia ingin sekali melupakan segalanya, bersembunyi dari perasaan yang begitu mencekam, tetapi ada bagian dalam dirinya yang tidak bisa mengabaikan apa yang telah terjadi.Saat pintu rumah terbuka, Agatha langsung merasakan adanya ketegangan di udara. Suasana yang biasanya tenang kini terasa mencekam, seperti ada sesuatu yang salah. Ia berjalan pelan, matanya menyapu ruangan, dan tak lama kemudian, pandangannya terhenti pada sosok yang tengah duduk di sudut ruangan. Rohander.Pria itu terlihat sangat lelah, wajahnya pucat, dengan mata yang merah seolah tak tidur semalam. Tangannya terulur di atas meja, sesekali menggenggam gelas berisi air, tetapi ia tampak begitu lemah, seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup."Rohander?" Agatha memanggilnya dengan hati-hati, merasa ada sesuatu yang sangat salah. "Kamu... kenapa tampak seperti ini?"Rohander menoleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Sebuah nasihat

    Agatha berdiri di depan jendela, matanya terfokus pada pemandangan di luar, meskipun pikirannya sedang berperang dengan perasaan yang tak terungkapkan. Hatinya dipenuhi amarah yang semakin membara setiap detik, tetapi ia menahan diri untuk tidak meledak. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan Rohander. Namun, ketika suara langkah kaki terdengar mendekat, Agatha tahu ia tidak bisa lagi menahan diri.Rohander masuk ke dalam ruangan dengan wajah pucat. Matanya terlihat letih, seolah tak tidur sama sekali sepanjang malam. Dia tampak terguncang, namun berusaha untuk terlihat tenang. Agatha berbalik perlahan dan melihat pria itu berdiri di ambang pintu. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya—sesuatu yang menunjukkan penyesalan yang mendalam."Agatha…" Suaranya terdengar lirih, penuh penyesalan. "Aku tahu aku telah melukaimu. Aku tahu aku tidak berhak meminta maaf, tapi izinkan aku untuk menjelaskan."Agatha tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan penuh kebencian yang ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Usaha untuk mendapat maaf

    Agatha kembali ke rumah dengan langkah yang berat, merasa sedikit lebih tenang setelah waktu sejenak di taman. Namun, saat ia membuka pintu, hatinya langsung mendidih. Di ruang tengah, di depan pintu yang seharusnya menjadi tempat aman baginya, Rohander masih berlutut. Wajahnya terlihat sangat pucat, bahkan lebih pucat dari sebelumnya, dan matanya yang biasanya tajam kini tampak penuh penyesalan.Tiba-tiba, semua rasa tenang yang baru saja ia rasakan luntur begitu saja. Agatha menatap Rohander dengan mata yang menyala penuh kemarahan. Ia mengingat kembali segala yang telah terjadi, perasaan terperangkap, kebohongan, dan manipulasi yang telah menghancurkan kepercayaan yang pernah ia miliki.“Kenapa kamu masih di sini?” suara Agatha bergetar, meski ia mencoba keras untuk tidak terdengar terlalu marah.Rohander tetap diam, kepalanya tertunduk dalam-dalam, seolah menunggu hukuman. Bibirnya bergetar, seolah ingin berkata sesuatu, namun hanya terdiam.Agatha menghela napas kasar, langkahny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Siapa mereka?

    Saat Agatha dan Rohander berjalan menuju taman yang lebih sepi, mereka tiba-tiba terhenti ketika sekelompok pria datang menghampiri mereka. Agatha segera merasakan ketegangan di udara. Mereka mengenakan pakaian yang tidak biasa, lebih formal dari kebanyakan orang di sekitar sana, dan gerak-gerik mereka terlihat tidak ramah.Salah seorang pria, yang tampak lebih tua dan memimpin kelompok itu, berhenti di depan mereka. Wajahnya serius, bahkan terkesan mengintimidasi. "Agatha," katanya dengan suara rendah dan tajam. "Kita perlu bicara."Agatha langsung merasakan sesuatu yang tidak beres. Instingnya memberitahunya bahwa ini bukan pertemuan yang biasa. "Siapa kalian?" tanyanya, nada suaranya lebih dingin dari biasanya. Ia menoleh ke Rohander, yang sudah berdiri lebih dekat padanya, seakan siap untuk melindunginya.Pria yang memimpin itu tersenyum dingin. "Tidak perlu khawatir, Rohander," ujarnya, memperhatikan pria itu dengan tatapan tajam. "Ini urusan dengan Agatha." Kemudian ia mengalihk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Untuk kamu dan untuk kita

    Rohander menatap Agatha, kebingungannya jelas terlihat, namun ia mencoba untuk tetap tenang. Agatha yang biasanya penuh emosi kini tampak seperti seseorang yang kehilangan arah, kosong. Dia bisa merasakan ketegangan di udara, seperti ancaman yang menunggu untuk meledak.Agatha berjalan beberapa langkah mundur, menghindari tatapan Rohander. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku bahkan tidak tahu siapa mereka, Rohander," suaranya hampir tidak terdengar, seperti berbisik pada dirinya sendiri.Rohander menarik napas dalam-dalam, mendekatkan diri sedikit. "Kita akan cari tahu, Agatha. Kita akan hadapi ini bersama. Apa pun yang terjadi, aku akan ada di sini," katanya dengan tegas, meskipun hatinya gelisah.Agatha berhenti sejenak, meresapi kata-kata itu. Sesaat, ada secercah rasa nyaman, namun itu segera terhapuskan oleh ketakutan yang terus merayap dalam dirinya. "Tapi mereka bilang aku terpilih," kata Agatha, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Rohander. "Apakah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kita berdua bisa menemukan jalan kita

    Rohander memegang tangan Agatha dengan lembut, tapi kuat, seakan-akan mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini adalah langkah pertama yang harus mereka ambil bersama. Wajahnya yang sering kali terlukis dengan ekspresi yang tegas kini tampak lebih lembut, seolah menanggalkan keegoisan dan kekuasaan yang biasanya menemaninya.Agatha, meski berusaha untuk terlihat lebih tenang, masih merasa perasaan berat mengendap dalam dirinya. Setiap napasnya terasa seperti pertaruhan. Ia tidak bisa sepenuhnya melepaskan kekhawatiran yang menempel, tapi entah kenapa, dalam pelukan Rohander, ia merasa sedikit lebih ringan. Meski ketakutan masih mengikatnya, dia merasa ada sedikit ruang untuk bernapas."Agatha," suara Rohander pecah, menghentikan kecamuk pikiran Agatha. "Aku tahu ini tidak mudah. Aku tahu kamu masih takut, dan aku juga takut—takut kehilanganmu." Suaranya serak, seolah-olah kata-kata itu mengikis sesuatu dalam dirinya.Agatha menatapnya, matanya sedikit berkaca-kaca. "Tapi kamu yang membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Melepaskan demi kebaikan

    Agatha memejamkan mata sejenak, perasaan yang selama ini ia coba hindari kembali muncul. Ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu apa yang Rohander lakukan padanya adalah kejam dan manipulatif, ia juga tahu bahwa pria itu pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Ada banyak kenangan indah, meskipun semuanya telah terdistorsi oleh kebohongan dan kekuasaan yang dipaksakan."Rohander..." bisik Agatha pelan, hatinya berdetak lebih cepat.Ia tidak tahu apa yang harus dirasakannya sekarang. Cinta? Kebencian? Penyesalan? Semua perasaan itu berbaur, sulit untuk dipisahkan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah akhir dari perjalanan panjang yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi.Tepat saat itu, seorang agen datang mendekatinya, mengabarkan bahwa semua proses penangkapan telah selesai dan bahwa Rohander kini berada dalam tahanan. “Kau sudah melakukan yang benar, Agatha,” kata agen tersebut dengan nada penuh pengertian. “Kebenaran telah terungkap, dan semuanya akan

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Semua yang tersembunyi dalam hatinya

    Agatha terus berlari, meski napasnya mulai memburu dan tubuhnya terasa lelah. Ia tidak berhenti, bahkan ketika langkah-langkahnya semakin berat, pikirannya tetap tajam dan penuh perhitungan. Ia tahu bahwa selama ini ada sesuatu yang salah dengan segala yang terjadi padanya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar manipulasi, sesuatu yang lebih gelap dan lebih berbahaya.Langkah kaki Agatha terhenti saat ia sampai di sebuah jembatan tua yang sepi. Di sana, berdiri seorang pria yang tidak ia kenal. Agatha langsung merasa ada yang aneh dengan kehadirannya. Pria itu mengenakan jas hitam, wajahnya tersembunyi sebagian oleh topi lebar yang ia kenakan. Namun, ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Agatha merasa familiar—sesuatu yang mengingatkannya pada Rahander.“Agatha,” pria itu memulai, suaranya rendah namun tegas. “Aku tahu kamu akan datang. Aku tidak bisa membiarkanmu berlari tanpa tahu kebenarannya.”Agatha menatapnya dengan tajam, kecurigaan mulai memenuhi dirinya. “Kau siapa? Apa

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Dalang terungkap

    Agatha terbangun tengah malam, matanya terbuka lebar saat mendapati kamar yang gelap. Suasana malam itu terasa lebih sunyi daripada biasanya, hanya ada suara angin yang menderu pelan di luar. Ia menoleh ke samping tempat tidur, namun Rohander tidak ada di sana.Perasaan curiga mulai merayapi pikirannya. Rohander yang pergi tanpa memberitahunya, tanpa alasan, itu terasa aneh. Sebelumnya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Rohander, dan sekarang perasaan itu semakin menguat.Agatha duduk di pinggir tempat tidur, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi tak bisa mengabaikan kekhawatiran yang membangkitkan rasa cemas di hatinya.Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap langkah kaki dari luar, dan pintu kamar perlahan terbuka. Agatha mengerutkan kening. Ternyata, Rohander kembali, dengan wajah yang tampak lelah dan bingung. Sepertinya, dia tidak mengharapkan Agatha terbangun.Namun, sebelum Agatha sempat bertanya apa yang sedang terjadi, Rohande

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Elysium

    Dengan keteguhan di hati, Agatha dan Rohander mulai menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Mereka bertemu dengan lebih banyak orang yang terlibat dalam jaringan ini, orang-orang yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang, orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dan niat yang lebih gelap dari yang bisa mereka bayangkan. Setiap langkah mereka semakin membawa mereka lebih dekat pada kebenaran yang menakutkan, tetapi sekaligus memberi mereka sedikit harapan.Di tengah perjalanan mereka, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sebuah organisasi rahasia yang disebut Elysium. Organisasi ini memiliki sejarah panjang dalam eksperimen manusia, dan Agatha ternyata memiliki hubungan langsung dengan mereka. Tidak hanya sebagai subjek eksperimen, tapi juga sebagai bagian dari proyek mereka yang lebih besar, yang tujuannya adalah untuk menciptakan entitas yang bisa mengendalikan pikiran dan realitas.Suatu malam, setelah berjam-jam mene

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Informasi baru

    Beberapa hari setelah keputusan mereka untuk bergerak maju, masalah demi masalah mulai satu per satu terpecahkan. Agatha dan Rohander bekerja sama, menggali lebih dalam ke dalam misteri yang mengelilingi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil, meskipun penuh risiko, memberikan jawaban yang lebih jelas tentang siapa yang berada di balik semua ini dan apa tujuan mereka.Di sebuah pertemuan tertutup, Rohander akhirnya berhasil menghubungi seseorang dari jaringan lamanya yang bisa dipercaya. Seorang informan yang dikenal dengan nama "Apex," yang ternyata mengetahui lebih banyak daripada yang semula mereka duga."Aku sudah mendapatkan informasi baru," kata Apex melalui ponsel kepada Rohander saat mereka berada di ruang bawah tanah yang terisolasi. "Liam yang kau temui beberapa hari lalu adalah bagian dari jaringan yang lebih besar, lebih gelap. Mereka bukan hanya sekedar ancaman biasa. Mereka memiliki koneksi jauh lebih dalam, yang berhubungan dengan keluarga politik besar yang berkuas

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Mencoba mempercayai untuk kesekian kalinya

    Liam menutup pintu dengan lembut, matanya tetap tajam menatap Agatha dan Rohander, mencoba mengukur reaksi mereka. Agatha, yang masih terkejut, mulai merasakan kekhawatiran mendalam di dadanya. "Liam... apa maksudmu dengan kekuatan yang lebih besar itu?" Suaranya sedikit tercekat, seolah tak siap menerima kenyataan yang baru saja datang menghampiri mereka.Liam menghela napas panjang, seolah berat untuk berbicara. "Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, Agatha, tapi ada orang-orang yang selama ini mengamati kalian berdua. Mereka tahu apa yang terjadi, mereka tahu tentang Rohander, tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, dan mereka akan melakukan apa saja untuk memastikan kekuasaan mereka tetap terjaga."Rohander berdiri lebih tegak, tampaknya sudah mulai memahami bahwa ini lebih dari sekadar masalah antara dia dan Agatha. "Siapa mereka, Liam?" tanyanya dengan suara yang lebih serius, penuh tekad. "Apa yang mereka inginkan dari kami?"Liam menatap Rohander sejenak sebelum a

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kebenaran lain yang menyakitkan

    Agatha menatap kalung itu dengan cemas, jari-jarinya gemetar saat menyentuh liontin yang tampaknya begitu akrab namun terasa asing. Suasana di ruangan itu semakin tegang, hanya ada detakan jantung mereka yang terdengar jelas di antara keheningan yang berat.Rohander, yang masih berlutut di depan Agatha, memandangi wajahnya dengan penuh harapan, meski ada kekhawatiran yang jelas di matanya. “Agatha, aku tahu aku telah melukai kepercayaanmu. Tapi, aku tidak pernah bermaksud untuk membahayakanmu. Semua yang aku lakukan, aku lakukan karena aku takut kehilanganmu.”Agatha menarik napas panjang, matanya masih tertuju pada kalung yang kini terasa sangat berat di tangannya. “Kehilangan? Atau karena aku terlalu penting bagimu sehingga kamu tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekitarmu?” tanyanya pelan, suara itu terdengar hampir seperti bisikan.Rohander menatapnya dalam, seperti mencari jawaban dari setiap kata yang keluar dari mulut Agatha. "Aku tak tahu lagi apa yang harus ak

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Pusaran kebohongan

    Rohander berdiri mematung, wajahnya yang biasanya tenang berubah gelap. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Agatha tahu ada sesuatu yang besar yang dia sembunyikan, sesuatu yang bahkan dia tak ingin mengungkapkannya.“Rohander,” suara Agatha terdengar tajam. “Siapa ini di belakangku? Apa maksud semua ini?”Rohander mengulurkan tangan, mencoba mengambil foto itu, tetapi Agatha dengan cepat menariknya kembali. “Jangan. Kau tidak akan bisa mengalihkan pembicaraan kali ini. Aku butuh jawaban.”Dia mendesah berat, lalu mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. “Agatha, ini bukan waktu yang tepat. Tolong percayalah padaku.”“Percaya?” Agatha tertawa sinis, emosinya meluap. “Kau telah memanipulasiku, menyuntikkan bahan kimia ke tubuhku, mencoba menghapus ingatanku. Dan sekarang kau bilang aku harus percaya?!”Rohander menatapnya penuh kesakitan, tetapi tetap tak berkata apa-apa.“Apa yang kau sembunyikan dariku, Rohander?” tuntut Agatha. Dia mengangkat kunci kecil yang ada di dala

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Terkejut dan ketakutan

    Rohander melepaskan pelukan itu perlahan, meskipun terasa berat. Matanya memandang wajah Agatha yang sedikit memerah, entah karena emosi atau mungkin kelelahan. Dia ingin mengatakan lebih banyak, menjelaskan lebih dalam, tetapi tatapan Agatha memintanya untuk diam—setidaknya untuk saat ini.“Aku butuh waktu,” ucap Agatha akhirnya, suaranya tenang tapi ada luka yang masih tergambar jelas di sana. “Kita tidak bisa melupakan semuanya begitu saja, Rohander. Semua yang sudah kau lakukan… itu terlalu banyak.”Rohander mengangguk. “Aku tahu,” jawabnya pelan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha. Jika itu berarti memberimu waktu, maka aku akan menunggu, Agatha. Berapa lama pun itu.”Agatha menelan ludah, perasaan yang bercampur aduk kembali menyerang. “Kau bilang begitu, tapi aku tahu kau tidak sabar, Rohander. Kau tidak tahu bagaimana caranya menunggu. Kau terlalu… obsesif.”Rohander terkekeh kecil, meski lemah. “Aku sedang belajar, Agatha. Dan ini pelajaran tersu

DMCA.com Protection Status