“Dave, bangun, Dave, udah pagi!” Suara lembut Adizty terasa membelai gendang telinga Davin. Lelaki itu menggeliat dan mengeluarkan gumaman masih dengan mata tertutup. Rasanya baru beberapa jam dia tidur dan sekarang dipaksa untuk membuka mata.“Dave, udah pagi, Dave…” Adizty mengulang kata-katanya.“Aku masih ngantuk, Mi…”“Biarin aja dia dulu, Yang,” kata Kiano melihat Davin yang masih meringkuk di bawah selimut.Adizty menuruti permintaan suaminya lalu keluar dari kamar. Di ruang makan Gendiz sudah menunggu.“Davin mana, Mi?”“Masih tidur,” sahut Adizty sambil mengambil cangkir teh yang masih mengepulkan uap panas kemudian menyesapnya pelan-pelan.“Tumben, Mi?” ujar Gendiz lagi. Biasanya Davin selalu bangun pagi. Dan jam segini mereka semua sudah berkumpul di meja makan.“Mungkin dia terlalu capek. Biar aja dulu, nanti juga pasti bangun.”Kiano yang sejak tadi hanya diam sambil menyesap kopinya lalu angkat bicara. “Ndiz, apa di kantor kamu nggak ada koordinasi sama Davin? Jangan bi
Baca selengkapnya