“Dave…” Angel tersenyum lebar saat melihat Davin datang dan masuk ke ruangannya. Mereka kemudian saling berpelukan. “Kamu lagi nggak sibuk?”“Dikit sih, tapi aku kan udah janji mau nemenin kamu.” Hari ini mereka memang sudah merencanakan fitting baju pengantin.Angel mengulas segaris senyum. Mengetahui Davin membuktikan janjinya membuat Angel semakin sayang padanya.“Jadi kita langsung pergi sekarang?”“Ayo, tunggu apa lagi memangnya?” Angel tidak menyangka kalau prosesnya akan secepat ini. Tahu-tahu baju pesanannya sudah selesai.Angel kemudian bergelayut manja di lengan Davin yang merangkulnya. Keduanya berjalan bersisian. Para karyawan yang bertemu dengan mereka menyapa ramah dan hangat yang dibalas oleh Angel dengan cara yang sama. Hingga detik ini sering Angel dengar bisik-bisik para karyawan yang mengagumi hubungannya dengan Davin. Mereka bilang Angel dan Davin adalah couple goals paling sempurna.“Dave, gimana Gendiz sama Dylan?” ujar Angel ingin tahu kelanjutan hubungan sepu
“Dave, kayaknya Dylan sama gendiz belum datang deh,” ujar Angel saat mereka memasuki halaman rumah Davin dan tidak melihat mobil Dylan maupun Gendiz.“Papi juga,” timpal Davin menambahkan.Keduanya lalu turun dan berjalan sambil berangkulan masuk ke dalam rumah. Baru saja kaki mereka menapak di dalam rumah megah itu, aroma masakan yang menggoda selera langsung terhirup oleh hidung keduanya.“Akhirnya kalian datang juga,” ucap Adizty lega saat melihat kedatangan Angel dan Davin.Kedua perempuan yang tidak lama lagi akan menjadi mertua dan menantu itu saling berpelukan dan bertukar kabar.“Mami makin cantik aja, Mi,” puji Angel setelah mengamati Adizty dari atas kepala hingga ujung kaki.“Kamu juga lho, aura pengantinnya tambah kelihatan.” Adizty balas memuji setelah ikut mengamati Angel dengan cara yang sama seperti yang dilakukannya tadi. “Makasih, Mi.” Angel tersipu sambil menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinga.“Jadi kapan mulai cuti?” Adizty beralih pada hal lainnya. Perni
Seminggu menjelang pernikahan, Angel dan Davin semakin sibuk menyiapkan pernikahan mereka. Lokasi cek, undangan cek, catering cek, foto-foto pre wedding cek, pokoknya semua sudah fix dan hanya menunggu eksekusi. Keduanya juga sudah mengurangi aktivitas dunia perkantoran dan lebih fokus dalam menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental.Persiapan yang sudah matang itu dan awalnya diyakini membuat tenang keduanya, nyatanya malah tetap menyisakan kekhawatiran. Sama seperti para pasangan muda lainnya yang baru pertama menikah, keduanya khawatir kalau acara mereka nanti tidak akan berjalan lancar. Sehingga keduanya perlu memastikan berkali-kali kalau semuanya sudah matang.“My, yakin kan kalo semua yang ada di list sudah diundang?” tanya Angel malam itu pada Tatiana. Matanya berlarian menyusuri nama para sahabat, kerabat, saudara, serta kolega yang ada di dalam list.“Iya, Ngel, udah kok. Amy udah periksa berkali-kali, dan semuanya udah nyampe ke mereka.”“Syukurlah.” Angel tersenyum l
The day comes to us.Hari bahagia itu akhirnya datang. Seperti yang sudah disepakati sebelumnya, untuk akad nikahnya sendiri diselenggarakan secara private dan hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat.Pagi itu kedua keluarga sudah berkumpul di bandara. Sebuah pesawat pribadi milik Delta Group dengan tipe British Aerospace BAe 146 buatan Inggris sudah stand by sejak tadi. Pesawat yang pada mulanya berkapasitas seratus dua belas orang itu setelah dimodifikasi menjadi beberapa ruang seperti ruang tidur, ruang makan, ruang santai serta ruang lainnya, akhirnya hanya muat untuk dua puluh orang penumpang dan kru.Mereka tidak pergi ke mana-mana, hanya mengelilingi langit Madrid. Sudah sejak dua hari yang lalu mereka sampai di sana. Tapi penerbangan kali ini bukanlah penerbangan biasa. Di dalam pesawat nanti akan dilaksanakan pernikahan Angel serta Davin. Mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tapi keduanya ingin menciptakan momen mereka sendiri yang akan menjadi sejarah dan kenangan pa
Tempat tidur itu dipenuhi kelopak mawar merah yang wangi yang menyebar ke segala arah. Lilin-lilin aromaterapi yang menguarkan aroma lavender turut andil membangun suasana romantis malam itu. Mereka tahu Angel dan Davin akan melewati malam pertama yang akan menorehkan sejarah dan akan dikenang sebagai kisah indah di masa depan. Dan mereka ingin memberi pelayanan terbaik untuk sang tamu istimewa.Pasangan pengantin baru itu baru saja pulang dari makan malam romantis yang diselenggarakan keluarga Danner di sebuah restoran mewah sebagai bentuk perayaan atas pernikahan Davin dan Angel. Siang tadi Jamie Danner dan Camila memang tidak sempat menyaksikan langsung prosesi pengikatan halalnya cucu mereka karena Camila dirawat di rumah sakit. Tekanan darah tinggi yang menghinggapinya beberapa tahun ini belakangan kambuh lagi. Saat mengetahui ada special dinner malam ini, Camila memaksa untuk ikut dan tentunya setelah dokter memberi izin. Yang sangat disesalinya, dia tidak bisa menghadiri peri
Davin menyimpan kembali gawainya, tapi kali ini bukan di saku celana seperti tadi.“Papi bilang apa, Dave?” tanya Angel penasaran.“Kata papi, tadi mami suruh nanyain kadonya udah dibuka apa belum, terus katanya disuruh pake langsung,” ujar Davin menyampaikan apa yang didengarnya dari Kiano tadi.“Ooo… iya sih aku belum buka.” Angel mendekati tumpukan kado di dekat tempat tidur dan memeriksanya satu demi satu. Matanya berlarian ke sana kemari mencari bingkisan dari Adizty. Davin ikut duduk di sebelahnya mengamati satu demi satu kado itu. Mata bulat Angel melebar seiring dengan senyumnya yang merekah saat melihat bingkisan dengan pita berwarna pink di antara bingkisan-bingkisan lainnya.“Ini dia kado dari Mami,” gumamnya.“Langsung buka aja yuk, Dek, aku penasaran apa isinya,” kata Davin pura-pura tidak tahu.Pelan-pelan Angel membuka bungkus kotak berbentuk love itu. Pertama kali yang didapatinya adalah secarik kartu ucapan. Bibir tipis Angel mengeja kata demi kata yang tertera di s
Angel dan Davin terkulai lemas setelah pelepasan panjang tadi. Walaupun masih amatir tapi ternyata keduanya mampu saling memuaskan satu sama lain. Dan yang paling penting, mereka tidak perlu minta tutorial atau nyontek step by step di internet. Setidaknya tidak ada acara telepon menelepon orang tua masing-masing.Keduanya memang berbaring dengan tubuh bertutupkan selimut. Tapi di balik selimut putih itu tangan Davin terus menempel di dada Angel. Jari-jarinya bermain lincah di sana. Memelintir puncak dada sang istri dan sesekali Davin menyelingi dengan menariknya pelan-pelan.“Kamu capek, Dek?” tanya Davin yang memandang Angel mesra. Tangan kanannya di dada Angel, sedangkan tangan kirinya membelai halus kepala sang istri.“Dikit sih, tapi sakitnya yang banyak.” Angel meringis lagi.“Boleh aku lihat?”“Hah?” Angel hampir saja lupa kalau mereka sudah menikah dan Davin baru saja melihat dan mengeksplor tiap inci lekuk tubuhnya. “Iya, Dave.”Davin melepaskan tangannya dari dada Angel lalu
Davin menggeliat perlahan saat gendang telinganya menangkap suara Gerard Way yang berteriak-teriak seolah ingin membangunkannya. Pelan-pelan kelopak matanya terbuka. Namun hanya sesaat karena terasa begitu berat seolah ada yang menggantung dan mengganjalnya agar tetap terpejam. Bibirnya menyunggingkan senyum saat mengetahui pagi itu dia terbangun dengan memeluk seorang perempuan cantik. Dan yang paling disyukurinya adalah karena perempuan cantik itu adalah perempuan halalnya. Bukan gadis jalanan apalagi perempuan jalang.Davin menyibak selimut dan mengintip ke dalam dengan matanya yang redup. Tidak ada apa pun yang melekat di tubuh polosnya selain selimut putih besar yang menutup tubuhnya dan sang istri. Senyumnya semakin lebar.Davin memutar kembali ingatan atas peristiwa semalam. Dirinya dan Angel baru tidur beberapa jam setelah menutup percintaan mereka dengan sesi ketiga dini hari tadi. Masih terasa olehnya halusnya kulit Angel yang bergesekan di atas kulitnya. Juga aroma khas t