“Aku nggak ikut, Mi.” Gendiz menolak saat semuanya akan berangkat ke rumah Angel hari itu. “Ayolah, Ndiz, cuma sebentar kok, lagian kamu ngapain sendirian di rumah?” Adizty yang baru saja selesai mengoles maskara ke bulu matanya membujuk Gendiz.“Aku pengen tidur, Mi, capek, ngantuk juga.”“Memangnya kamu habis ngapain? Ini kan tanggal merah.” Kiano ikut menyela karena Gendiz tetap bersikukuh dengan keinginannya. “Pokoknya semua harus ikut,” perintahnya tak terbantah.“Ada atau nggak ada aku acaranya tetap jalan kan, Pi?”“Sejak kapan kamu bisa membantah?” “Sudahlah, Ndiz, ikut aja yuk! Lagian nanti keluarga Angel akan menjadi keluarga kita juga.”“Papi kenapa sih, Mi, marah-marah mulu?” tanya Gendiz setelah Kiano berlalu dari hadapan mereka.“Entahlah, mungkin papi kamu lagi banyak pikiran. Makanya jangan ngelawan dulu. Sekarang ganti baju kamu, Ndiz, sebentar lagi kita pergi.”Pada akhirnya Gendiz menyerah karena Adizty terus mendesaknya. Gadis itu berlalu ke kamarnya. Mengganti p
Read more