Bab Lanjutan“Ya, kan, Ai?”Dhuha menatap Aini dengan tatapan penuh harap. Suara Hakim yang masih tertawa pelan di samping mereka terasa seperti latar belakang semata bagi Aini saat ini. Aini menggenggam gelas tehnya erat-erat, berusaha menenangkan debaran jantung yang mendadak tak beraturan. Kata-kata Dhuha begitu jelas, namun terasa berat di telinganya.“Aku...” Aini membuka mulut, tetapi kemudian mengatupkannya lagi. Ia menatap Dhuha dan Hakim bergantian, lalu menghela napas panjang. “Dhuha, ini bukan soal aku mau atau tidak. Kamu tahu aku... aku mau. Tapi—”“Enggak ada tapi,” potong Dhuha cepat, suaranya mantap namun lembut. “Aku tahu Mama akan sulit menerima kamu karena masa lalu, bibit, bebet, bobot. tapi itu gak masalah bagiku kan?"Hakim menyandarkan tubuhnya ke dinding kayu, memperhatikan interaksi mereka dengan senyum tipis. “Mami Maria itu keras kepala, Dhuh. Tapi gue percaya kalau lo memang serius, lo pasti bisa meyakinkan mami. Perjuangkan Aini kali ini, Dhu."Aini tersen
Last Updated : 2025-02-15 Read more