All Chapters of Malam Pertama dengan Janda Anak 2: Chapter 261 - Chapter 270

305 Chapters

260. Mental yang Hancur

Sejak kepergian Erwin, suasana di rumah menjadi lebih suram. Aini berusaha kuat, tetapi kenyataan bahwa ia kini harus mengurus Izzam dan Intan seorang diri sering kali membuatnya hampir menyerah.Izzam, meskipun masih kecil, mulai mengerti bahwa papanya tak akan kembali. Ia sering menangis di malam hari, memanggil nama Erwin dalam tidurnya.Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi Aini bukan hanya anak-anak, melainkan kondisi Diana. Wanita yang pernah menjadi madunya itu seperti kehilangan separuh jiwanya setelah kepergian Erwin.Beberapa hari setelah pemakaman, Diana tiba-tiba datang ke rumah kontrakan Aini, membawa koper kecil bersama Intan yang menangis dalam gendongannya. "Aku ingin tinggal di sini," ucapnya lirih.Aini terkejut. "Kak Diana… tapi rumahmu—""Aku ingin dekat dengan makam Mas Erwin," potong Diana cepat.Tak ingin memperpanjang perdebatan, Aini membiarkannya tinggal. Namun, sejak saat itu, keadaan Diana semakin memburuk. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar, jarang
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

261. Menikahlah Denganku

Flashback offAini menatap ponselnya yang kini tak lagi terhubung dengan Alex. Napasnya memburu, dadanya bergemuruh oleh amarah dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Kata-kata Alex terus terngiang di telinganya, terutama tuduhan bahwa ia hanya seorang wanita yang pernah mengasuh Intan dan Izzam, bukan ibu mereka.Air mata yang tadi sempat berhenti kini mengalir lagi. Namun, di balik itu semua, ada tekad yang semakin menguat di hatinya. Ia tidak akan menyerah. Ia akan menemukan cara untuk bertemu dengan anak-anaknya, apa pun risikonya.Aini menelusuri trotoar Jakarta yang panas, mencari tempat untuk duduk sejenak. Ia memasuki sebuah kafe kecil di dekat sekolah anak-anaknya dan memesan segelas teh hangat. Tangannya gemetar saat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Fahmi,” ucapnya lirih saat panggilan tersambung.“Aini? Gimana? Udah ketemu mereka?” suara Fahmi terdengar penuh harap.Aini menelan ludah sebelum menjawab, “Aku dilarang bertemu mereka. Alex sudah memperingatk
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

262. Buru-buru Amat!

Setelah menutup telepon dengan Dhuha, Aini duduk terdiam di tepi ranjang hotelnya. Perasaannya campur aduk—antara bahagia karena seseorang akhirnya memilihnya tanpa ragu, tetapi juga gelisah karena tahu bahwa keputusan ini akan membawa lebih banyak masalah di masa depan.Aini memandang ponselnya, membaca ulang pesan dari Dhuha yang mengonfirmasi bahwa ia benar-benar telah berbicara dengan ibunya, Maria, dan menerima penolakan keras."Aku nggak peduli, Ai. Aku tetap mau menikahi kamu. Besok kita ketemu lagi. Kita akan bicarakan semua rencana ke depan."Aini menarik napas panjang, lalu membalas, "Baik. Aku tunggu."Pikirannya kembali ke anak-anaknya. Alex telah menutup semua akses untuknya. Ia tahu mantan suaminya itu keras kepala dan penuh kendali, tetapi tidak pernah terpikir bahwa ia akan sejauh ini dalam memisahkan Aini dari Intan dan Izzam."Aku harus menemukan cara lain," pikirnya.DhuhaJangan begadang ya. Kamu pasti lelah hati dan pikiran karena anak-anak. Jadi, tidurlah dengan
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

263. Hamil??

Pagi itu, matahari baru saja menyembul dari balik gedung-gedung tinggi. Sinarnya yang keemasan menerobos jendela apartemen kecil yang Luna sewa. . Di atas meja yang terkena sinar matahari itu, sebuah dokumen tergeletak rapi—akte cerai atas namanya dan Anton. Jemarinya yang ramping menyusuri kertas itu, merasakan teksturnya seolah ingin memastikan bahwa semuanya nyata.Dua bulan sudah sejak persidangan terakhir mereka. Dua bulan sejak Anton akhirnya bebas dan bisa dengan leluasa merajut kisah baru bersama Amel, seorang gadis muda yang berhasil mencuri hatinya. Luna tak lagi menyalahkan siapapun. Dulu, ia memang keras kepala, angkuh, bahkan tidak mencintai Anton. Membencinya dengan segenap hatinya. Namun, kini ia sadar, keangkuhannya telah menghancurkan rumah tangganya. Jika ada yang patut disalahkan, maka itu adalah dirinya sendiri. Bukan Anton. Pria itu dan anak mereka Aris, pantas bahagia dengan wanita yang mengasihinya. ArisIbu ? Luna tersenyum membaca pesan putranya. Masih kecil
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

264. Bertemu Aini

Luna masih duduk di ranjang rumah sakit, menatap perutnya yang belum terlihat membesar. Kehamilan ini adalah kejutan yang sama sekali tidak ia duga, bahkan tak pernah ia bayangkan. Anton dan Aris sudah melangkah maju dengan hidupnya bersama Amel, sementara ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ada kehidupan baru dalam rahimnya.Meri dan Faisal pamit duluan karena harus kembali ke kantor, sedangkan Luna masih beristirahat sambil memastikan kepalanya sudah tidak sakit pusing lagi dan ia punya cukup tenaga untuk pulang. Setelah dirasa cukup baik, Luna memutuskan untuk keluar dari ruangan pemeriksaan. Ia ingin segera pulang dan beristirahat di apartemennya. Ia sudah mengirimkan pesan pada Pak Gilang, bosnya, bahwa ia sakit. Namun, sebelum ia mencapai pintu keluar, matanya menangkap sosok yang familiar di salah satu lorong rumah sakit. Wanita itu duduk di kursi tunggu dengan wajah lelah. Rambutnya yang panjang diikat rapi, dan matanya tampak sayu seolah baru saja melewati malam yang b
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

265. Kesempatan Kedua

Luna masih terdiam di kursinya setelah Aini pergi, menatap kosong ke arah lantai rumah sakit. Pertemuan tak terduga itu meninggalkan jejak di hatinya—perasaan yang sulit ia jelaskan. Ia tidak pernah mengira bahwa Aini akan memaafkannya dengan begitu mudah. Tetapi, mungkin memang sudah waktunya mereka berdua melangkah maju.Setelah menghela napas panjang, Luna bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari rumah sakit. Udara sore yang sejuk menyambutnya, namun tidak cukup untuk menghilangkan kelelahan yang menggelayuti tubuhnya. Ia ingin segera pulang, berbaring, dan membiarkan pikirannya tenang. Perjalanan dengan taksi online terasa lebih panjang dari biasanya. Begitu tiba di apartemennya, Luna segera mengganti pakaian dan merebahkan diri di sofa.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Belum sempat ia menutup mata, ponselnya bergetar di atas meja. Nama "Mama" terpampang di layar. Luna menatapnya ragu sebelum akhirnya mengangkat."Halo, Ma?" suaranya terdengar lelah."Kamu di rumah
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

266. Bertemu Hakim

Restoran lesehan yang berada di sudut kota itu tidak terlalu ramai malam ini. Suasana hangat dengan lampu-lampu temaram menciptakan nuansa nyaman. Aini duduk di salah satu meja yang beralaskan tikar, menyesap teh hangat sambil menunggu dua orang yang baru saja datang dan duduk di depannya.Dhuha, pria yang pernah menjadi suaminya, duduk di sisi kanan, sementara di sisi kiri ada Hakim—sepupu Dhuha sekaligus kakak dari Amel, wanita yang sebentar lagi akan menikah dengan Anton, mantan suami Luna. Mereka memang berjanji untuk bertemu. Hakim baru saja menyelesaikan pembangunan proyek hotel keempat milik keluarga besar mereka, sehingga pria itu ingin mentraktir katanya. “Maaf agak telat, tadi macet,” kata Hakim sambil melepas jam tangan dan mengusap wajahnya.Dhuha hanya mengangguk, sementara Aini tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, aku juga baru sampai.”Seorang pelayan datang membawakan menu, dan mereka mulai memilih makanan sambil berbincang santai. Namun, setelah beberapa saat, Aini mengh
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

267. Terlalu Sulit

Bab Lanjutan“Ya, kan, Ai?”Dhuha menatap Aini dengan tatapan penuh harap. Suara Hakim yang masih tertawa pelan di samping mereka terasa seperti latar belakang semata bagi Aini saat ini. Aini menggenggam gelas tehnya erat-erat, berusaha menenangkan debaran jantung yang mendadak tak beraturan. Kata-kata Dhuha begitu jelas, namun terasa berat di telinganya.“Aku...” Aini membuka mulut, tetapi kemudian mengatupkannya lagi. Ia menatap Dhuha dan Hakim bergantian, lalu menghela napas panjang. “Dhuha, ini bukan soal aku mau atau tidak. Kamu tahu aku... aku mau. Tapi—”“Enggak ada tapi,” potong Dhuha cepat, suaranya mantap namun lembut. “Aku tahu Mama akan sulit menerima kamu karena masa lalu, bibit, bebet, bobot. tapi itu gak masalah bagiku kan?"Hakim menyandarkan tubuhnya ke dinding kayu, memperhatikan interaksi mereka dengan senyum tipis. “Mami Maria itu keras kepala, Dhuh. Tapi gue percaya kalau lo memang serius, lo pasti bisa meyakinkan mami. Perjuangkan Aini kali ini, Dhu."Aini tersen
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

268. Hakim Bertemu Luna

Aini terdiam, menatap Luna dengan campuran rasa iba dan kebingungan. Baginya, menyembunyikan kehamilan ini dari Anton adalah keputusan yang berisiko, tapi ia juga memahami ketakutan Luna.“Luna,” suara Aini terdengar lembut namun tegas, “aku tahu kamu takut. Tapi kamu yakin bisa menyembunyikan ini selamanya? Anton akan tahu cepat atau lambat. Apalagi kalau nanti anak ini lahir dan….”Luna mengusap wajahnya dengan kedua tangan, putus asa. “Aku tahu, Ai. Aku tahu! Tapi aku nggak mau jadi alasan pernikahan Anton dan Amel gagal. Aku nggak mau jadi orang jahat lagi. Aku udah gak mau berbuat buruk. Aku ingin melakukan kebaikan, walau tak banyak. Lagian, aku InsyaAllah mampu mengurusnya." Luna mengusap perutnya. Aini terhenyak. Ia tahu Luna masih dihantui rasa bersalah karena telah merebut Dhuha darinya dulu, meskipun pada akhirnya Luna juga terluka dalam kisah itu. Tapi kali ini, situasinya berbeda. Ada nyawa kecil di dalam kandungan Luna. Nyawa yang berhak mengenal ayahnya.“Kamu nggak ja
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

269. Ketahuan

Hakim terkejut, langsung melompat dari kursinya dan menghampiri Luna yang tergeletak di lantai. “Luna! Luna!” panggilnya panik, mengguncang tubuh wanita itu perlahan. Beberapa pengunjung kafe menoleh, penasaran dengan keributan yang terjadi.Seorang pelayan mendekat. “Pak, perlu kami panggilkan ambulans?”Hakim mengangguk cepat. “Iya, tolong panggil ambulans secepatnya.”Sementara menunggu, Hakim mengeluarkan sapu tangan, mengelap keringat di dahi Luna yang bercucuran. Pikiran Hakim kalut. Ada apa dengan Luna? Apakah ini sekadar kelelahan atau ada sesuatu yang lebih serius? Tanpa sengaja, ia menatap perut Luna dari balik baju kebesarannya. Seperti lebih besar dan apa mungkin hanya karena kekenyangan? batin Hakim. Ambulans tiba dalam waktu singkat, dan Hakim ikut menemani Luna ke rumah sakit. Di perjalanan, ia mengirim pesan kepada Aini.Mbak Aini, saya di rumah sakit sama Luna. Dia pingsan tadi di kafe. Saya nggak tahu dia sakit apa, tapi saya khawatir. Kalau bisa, tolong ke sini ya.
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status