Share

260. Mental yang Hancur

last update Last Updated: 2025-02-10 23:01:49

Sejak kepergian Erwin, suasana di rumah menjadi lebih suram. Aini berusaha kuat, tetapi kenyataan bahwa ia kini harus mengurus Izzam dan Intan seorang diri sering kali membuatnya hampir menyerah.

Izzam, meskipun masih kecil, mulai mengerti bahwa papanya tak akan kembali. Ia sering menangis di malam hari, memanggil nama Erwin dalam tidurnya.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi Aini bukan hanya anak-anak, melainkan kondisi Diana. Wanita yang pernah menjadi madunya itu seperti kehilangan separuh jiwanya setelah kepergian Erwin.

Beberapa hari setelah pemakaman, Diana tiba-tiba datang ke rumah kontrakan Aini, membawa koper kecil bersama Intan yang menangis dalam gendongannya.

"Aku ingin tinggal di sini," ucapnya lirih.

Aini terkejut. "Kak Diana… tapi rumahmu—"

"Aku ingin dekat dengan makam Mas Erwin," potong Diana cepat.

Tak ingin memperpanjang perdebatan, Aini membiarkannya tinggal. Namun, sejak saat itu, keadaan Diana semakin memburuk. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar, jarang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   261. Menikahlah Denganku

    Flashback offAini menatap ponselnya yang kini tak lagi terhubung dengan Alex. Napasnya memburu, dadanya bergemuruh oleh amarah dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Kata-kata Alex terus terngiang di telinganya, terutama tuduhan bahwa ia hanya seorang wanita yang pernah mengasuh Intan dan Izzam, bukan ibu mereka.Air mata yang tadi sempat berhenti kini mengalir lagi. Namun, di balik itu semua, ada tekad yang semakin menguat di hatinya. Ia tidak akan menyerah. Ia akan menemukan cara untuk bertemu dengan anak-anaknya, apa pun risikonya.Aini menelusuri trotoar Jakarta yang panas, mencari tempat untuk duduk sejenak. Ia memasuki sebuah kafe kecil di dekat sekolah anak-anaknya dan memesan segelas teh hangat. Tangannya gemetar saat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Fahmi,” ucapnya lirih saat panggilan tersambung.“Aini? Gimana? Udah ketemu mereka?” suara Fahmi terdengar penuh harap.Aini menelan ludah sebelum menjawab, “Aku dilarang bertemu mereka. Alex sudah memperingatk

    Last Updated : 2025-02-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   262. Buru-buru Amat!

    Setelah menutup telepon dengan Dhuha, Aini duduk terdiam di tepi ranjang hotelnya. Perasaannya campur aduk—antara bahagia karena seseorang akhirnya memilihnya tanpa ragu, tetapi juga gelisah karena tahu bahwa keputusan ini akan membawa lebih banyak masalah di masa depan.Aini memandang ponselnya, membaca ulang pesan dari Dhuha yang mengonfirmasi bahwa ia benar-benar telah berbicara dengan ibunya, Maria, dan menerima penolakan keras."Aku nggak peduli, Ai. Aku tetap mau menikahi kamu. Besok kita ketemu lagi. Kita akan bicarakan semua rencana ke depan."Aini menarik napas panjang, lalu membalas, "Baik. Aku tunggu."Pikirannya kembali ke anak-anaknya. Alex telah menutup semua akses untuknya. Ia tahu mantan suaminya itu keras kepala dan penuh kendali, tetapi tidak pernah terpikir bahwa ia akan sejauh ini dalam memisahkan Aini dari Intan dan Izzam."Aku harus menemukan cara lain," pikirnya.DhuhaJangan begadang ya. Kamu pasti lelah hati dan pikiran karena anak-anak. Jadi, tidurlah dengan

    Last Updated : 2025-02-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   263. Hamil??

    Pagi itu, matahari baru saja menyembul dari balik gedung-gedung tinggi. Sinarnya yang keemasan menerobos jendela apartemen kecil yang Luna sewa. . Di atas meja yang terkena sinar matahari itu, sebuah dokumen tergeletak rapi—akte cerai atas namanya dan Anton. Jemarinya yang ramping menyusuri kertas itu, merasakan teksturnya seolah ingin memastikan bahwa semuanya nyata.Dua bulan sudah sejak persidangan terakhir mereka. Dua bulan sejak Anton akhirnya bebas dan bisa dengan leluasa merajut kisah baru bersama Amel, seorang gadis muda yang berhasil mencuri hatinya. Luna tak lagi menyalahkan siapapun. Dulu, ia memang keras kepala, angkuh, bahkan tidak mencintai Anton. Membencinya dengan segenap hatinya. Namun, kini ia sadar, keangkuhannya telah menghancurkan rumah tangganya. Jika ada yang patut disalahkan, maka itu adalah dirinya sendiri. Bukan Anton. Pria itu dan anak mereka Aris, pantas bahagia dengan wanita yang mengasihinya. ArisIbu ? Luna tersenyum membaca pesan putranya. Masih kecil

    Last Updated : 2025-02-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   264. Bertemu Aini

    Luna masih duduk di ranjang rumah sakit, menatap perutnya yang belum terlihat membesar. Kehamilan ini adalah kejutan yang sama sekali tidak ia duga, bahkan tak pernah ia bayangkan. Anton dan Aris sudah melangkah maju dengan hidupnya bersama Amel, sementara ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ada kehidupan baru dalam rahimnya.Meri dan Faisal pamit duluan karena harus kembali ke kantor, sedangkan Luna masih beristirahat sambil memastikan kepalanya sudah tidak sakit pusing lagi dan ia punya cukup tenaga untuk pulang. Setelah dirasa cukup baik, Luna memutuskan untuk keluar dari ruangan pemeriksaan. Ia ingin segera pulang dan beristirahat di apartemennya. Ia sudah mengirimkan pesan pada Pak Gilang, bosnya, bahwa ia sakit. Namun, sebelum ia mencapai pintu keluar, matanya menangkap sosok yang familiar di salah satu lorong rumah sakit. Wanita itu duduk di kursi tunggu dengan wajah lelah. Rambutnya yang panjang diikat rapi, dan matanya tampak sayu seolah baru saja melewati malam yang b

    Last Updated : 2025-02-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   265. Kesempatan Kedua

    Luna masih terdiam di kursinya setelah Aini pergi, menatap kosong ke arah lantai rumah sakit. Pertemuan tak terduga itu meninggalkan jejak di hatinya—perasaan yang sulit ia jelaskan. Ia tidak pernah mengira bahwa Aini akan memaafkannya dengan begitu mudah. Tetapi, mungkin memang sudah waktunya mereka berdua melangkah maju.Setelah menghela napas panjang, Luna bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari rumah sakit. Udara sore yang sejuk menyambutnya, namun tidak cukup untuk menghilangkan kelelahan yang menggelayuti tubuhnya. Ia ingin segera pulang, berbaring, dan membiarkan pikirannya tenang. Perjalanan dengan taksi online terasa lebih panjang dari biasanya. Begitu tiba di apartemennya, Luna segera mengganti pakaian dan merebahkan diri di sofa.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Belum sempat ia menutup mata, ponselnya bergetar di atas meja. Nama "Mama" terpampang di layar. Luna menatapnya ragu sebelum akhirnya mengangkat."Halo, Ma?" suaranya terdengar lelah."Kamu di rumah

    Last Updated : 2025-02-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   266. Bertemu Hakim

    Restoran lesehan yang berada di sudut kota itu tidak terlalu ramai malam ini. Suasana hangat dengan lampu-lampu temaram menciptakan nuansa nyaman. Aini duduk di salah satu meja yang beralaskan tikar, menyesap teh hangat sambil menunggu dua orang yang baru saja datang dan duduk di depannya.Dhuha, pria yang pernah menjadi suaminya, duduk di sisi kanan, sementara di sisi kiri ada Hakim—sepupu Dhuha sekaligus kakak dari Amel, wanita yang sebentar lagi akan menikah dengan Anton, mantan suami Luna. Mereka memang berjanji untuk bertemu. Hakim baru saja menyelesaikan pembangunan proyek hotel keempat milik keluarga besar mereka, sehingga pria itu ingin mentraktir katanya. “Maaf agak telat, tadi macet,” kata Hakim sambil melepas jam tangan dan mengusap wajahnya.Dhuha hanya mengangguk, sementara Aini tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, aku juga baru sampai.”Seorang pelayan datang membawakan menu, dan mereka mulai memilih makanan sambil berbincang santai. Namun, setelah beberapa saat, Aini mengh

    Last Updated : 2025-02-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   267. Terlalu Sulit

    Bab Lanjutan“Ya, kan, Ai?”Dhuha menatap Aini dengan tatapan penuh harap. Suara Hakim yang masih tertawa pelan di samping mereka terasa seperti latar belakang semata bagi Aini saat ini. Aini menggenggam gelas tehnya erat-erat, berusaha menenangkan debaran jantung yang mendadak tak beraturan. Kata-kata Dhuha begitu jelas, namun terasa berat di telinganya.“Aku...” Aini membuka mulut, tetapi kemudian mengatupkannya lagi. Ia menatap Dhuha dan Hakim bergantian, lalu menghela napas panjang. “Dhuha, ini bukan soal aku mau atau tidak. Kamu tahu aku... aku mau. Tapi—”“Enggak ada tapi,” potong Dhuha cepat, suaranya mantap namun lembut. “Aku tahu Mama akan sulit menerima kamu karena masa lalu, bibit, bebet, bobot. tapi itu gak masalah bagiku kan?"Hakim menyandarkan tubuhnya ke dinding kayu, memperhatikan interaksi mereka dengan senyum tipis. “Mami Maria itu keras kepala, Dhuh. Tapi gue percaya kalau lo memang serius, lo pasti bisa meyakinkan mami. Perjuangkan Aini kali ini, Dhu."Aini tersen

    Last Updated : 2025-02-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   268. Hakim Bertemu Luna

    Aini terdiam, menatap Luna dengan campuran rasa iba dan kebingungan. Baginya, menyembunyikan kehamilan ini dari Anton adalah keputusan yang berisiko, tapi ia juga memahami ketakutan Luna.“Luna,” suara Aini terdengar lembut namun tegas, “aku tahu kamu takut. Tapi kamu yakin bisa menyembunyikan ini selamanya? Anton akan tahu cepat atau lambat. Apalagi kalau nanti anak ini lahir dan….”Luna mengusap wajahnya dengan kedua tangan, putus asa. “Aku tahu, Ai. Aku tahu! Tapi aku nggak mau jadi alasan pernikahan Anton dan Amel gagal. Aku nggak mau jadi orang jahat lagi. Aku udah gak mau berbuat buruk. Aku ingin melakukan kebaikan, walau tak banyak. Lagian, aku InsyaAllah mampu mengurusnya." Luna mengusap perutnya. Aini terhenyak. Ia tahu Luna masih dihantui rasa bersalah karena telah merebut Dhuha darinya dulu, meskipun pada akhirnya Luna juga terluka dalam kisah itu. Tapi kali ini, situasinya berbeda. Ada nyawa kecil di dalam kandungan Luna. Nyawa yang berhak mengenal ayahnya.“Kamu nggak ja

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status