Share

259. Hari Itu

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-09 23:55:05

Aini berjalan lunglai menuju ruang perawatan. Kepalanya terasa penuh dengan berbagai pikiran yang bercampur aduk. Erwin, lelaki yang telah menyakitinya begitu dalam, kini terbaring di ambang maut. Haruskah ia benar-benar peduli? Ataukah ini hanya perasaan iba yang tidak seharusnya ada?

Saat ia membuka pintu kamar rawat, matanya langsung tertuju pada Erwin yang terbaring dengan wajah pucat. Tatapannya kosong menatap langit-langit. Napasnya masih terdengar berat, sementara suara mesin infus berdetak pelan di sisi tempat tidurnya.

Aini menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan Erwin, yang terasa dingin dan lemah. Perasaan marah, kecewa, dan kasihan berkelindan di dalam dadanya.

"Mas," panggilnya lirih.

Erwin menoleh perlahan, matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku tahu kamu tadi dipanggil dokter,kan, bukan untuk urus administrasi aku? aku nggak punya banyak waktu lagi, ya?"

Aini menggigit bibirnya, tak ingin menunjukkan emosinya di depan Erwin. "Kamu harus kuat, Mas. Kamu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   260. Mental yang Hancur

    Sejak kepergian Erwin, suasana di rumah menjadi lebih suram. Aini berusaha kuat, tetapi kenyataan bahwa ia kini harus mengurus Izzam dan Intan seorang diri sering kali membuatnya hampir menyerah.Izzam, meskipun masih kecil, mulai mengerti bahwa papanya tak akan kembali. Ia sering menangis di malam hari, memanggil nama Erwin dalam tidurnya.Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi Aini bukan hanya anak-anak, melainkan kondisi Diana. Wanita yang pernah menjadi madunya itu seperti kehilangan separuh jiwanya setelah kepergian Erwin.Beberapa hari setelah pemakaman, Diana tiba-tiba datang ke rumah kontrakan Aini, membawa koper kecil bersama Intan yang menangis dalam gendongannya. "Aku ingin tinggal di sini," ucapnya lirih.Aini terkejut. "Kak Diana… tapi rumahmu—""Aku ingin dekat dengan makam Mas Erwin," potong Diana cepat.Tak ingin memperpanjang perdebatan, Aini membiarkannya tinggal. Namun, sejak saat itu, keadaan Diana semakin memburuk. Ia lebih banyak mengurung diri di kamar, jarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   261. Menikahlah Denganku

    Flashback offAini menatap ponselnya yang kini tak lagi terhubung dengan Alex. Napasnya memburu, dadanya bergemuruh oleh amarah dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Kata-kata Alex terus terngiang di telinganya, terutama tuduhan bahwa ia hanya seorang wanita yang pernah mengasuh Intan dan Izzam, bukan ibu mereka.Air mata yang tadi sempat berhenti kini mengalir lagi. Namun, di balik itu semua, ada tekad yang semakin menguat di hatinya. Ia tidak akan menyerah. Ia akan menemukan cara untuk bertemu dengan anak-anaknya, apa pun risikonya.Aini menelusuri trotoar Jakarta yang panas, mencari tempat untuk duduk sejenak. Ia memasuki sebuah kafe kecil di dekat sekolah anak-anaknya dan memesan segelas teh hangat. Tangannya gemetar saat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Fahmi,” ucapnya lirih saat panggilan tersambung.“Aini? Gimana? Udah ketemu mereka?” suara Fahmi terdengar penuh harap.Aini menelan ludah sebelum menjawab, “Aku dilarang bertemu mereka. Alex sudah memperingatk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   262. Buru-buru Amat!

    Setelah menutup telepon dengan Dhuha, Aini duduk terdiam di tepi ranjang hotelnya. Perasaannya campur aduk—antara bahagia karena seseorang akhirnya memilihnya tanpa ragu, tetapi juga gelisah karena tahu bahwa keputusan ini akan membawa lebih banyak masalah di masa depan.Aini memandang ponselnya, membaca ulang pesan dari Dhuha yang mengonfirmasi bahwa ia benar-benar telah berbicara dengan ibunya, Maria, dan menerima penolakan keras."Aku nggak peduli, Ai. Aku tetap mau menikahi kamu. Besok kita ketemu lagi. Kita akan bicarakan semua rencana ke depan."Aini menarik napas panjang, lalu membalas, "Baik. Aku tunggu."Pikirannya kembali ke anak-anaknya. Alex telah menutup semua akses untuknya. Ia tahu mantan suaminya itu keras kepala dan penuh kendali, tetapi tidak pernah terpikir bahwa ia akan sejauh ini dalam memisahkan Aini dari Intan dan Izzam."Aku harus menemukan cara lain," pikirnya.DhuhaJangan begadang ya. Kamu pasti lelah hati dan pikiran karena anak-anak. Jadi, tidurlah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   263. Hamil??

    Pagi itu, matahari baru saja menyembul dari balik gedung-gedung tinggi. Sinarnya yang keemasan menerobos jendela apartemen kecil yang Luna sewa. . Di atas meja yang terkena sinar matahari itu, sebuah dokumen tergeletak rapi—akte cerai atas namanya dan Anton. Jemarinya yang ramping menyusuri kertas itu, merasakan teksturnya seolah ingin memastikan bahwa semuanya nyata.Dua bulan sudah sejak persidangan terakhir mereka. Dua bulan sejak Anton akhirnya bebas dan bisa dengan leluasa merajut kisah baru bersama Amel, seorang gadis muda yang berhasil mencuri hatinya. Luna tak lagi menyalahkan siapapun. Dulu, ia memang keras kepala, angkuh, bahkan tidak mencintai Anton. Membencinya dengan segenap hatinya. Namun, kini ia sadar, keangkuhannya telah menghancurkan rumah tangganya. Jika ada yang patut disalahkan, maka itu adalah dirinya sendiri. Bukan Anton. Pria itu dan anak mereka Aris, pantas bahagia dengan wanita yang mengasihinya. ArisIbu ? Luna tersenyum membaca pesan putranya. Masih kecil

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   264. Bertemu Aini

    Luna masih duduk di ranjang rumah sakit, menatap perutnya yang belum terlihat membesar. Kehamilan ini adalah kejutan yang sama sekali tidak ia duga, bahkan tak pernah ia bayangkan. Anton dan Aris sudah melangkah maju dengan hidupnya bersama Amel, sementara ia masih harus menghadapi kenyataan bahwa ada kehidupan baru dalam rahimnya.Meri dan Faisal pamit duluan karena harus kembali ke kantor, sedangkan Luna masih beristirahat sambil memastikan kepalanya sudah tidak sakit pusing lagi dan ia punya cukup tenaga untuk pulang. Setelah dirasa cukup baik, Luna memutuskan untuk keluar dari ruangan pemeriksaan. Ia ingin segera pulang dan beristirahat di apartemennya. Ia sudah mengirimkan pesan pada Pak Gilang, bosnya, bahwa ia sakit. Namun, sebelum ia mencapai pintu keluar, matanya menangkap sosok yang familiar di salah satu lorong rumah sakit. Wanita itu duduk di kursi tunggu dengan wajah lelah. Rambutnya yang panjang diikat rapi, dan matanya tampak sayu seolah baru saja melewati malam yang b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   265. Kesempatan Kedua

    Luna masih terdiam di kursinya setelah Aini pergi, menatap kosong ke arah lantai rumah sakit. Pertemuan tak terduga itu meninggalkan jejak di hatinya—perasaan yang sulit ia jelaskan. Ia tidak pernah mengira bahwa Aini akan memaafkannya dengan begitu mudah. Tetapi, mungkin memang sudah waktunya mereka berdua melangkah maju.Setelah menghela napas panjang, Luna bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari rumah sakit. Udara sore yang sejuk menyambutnya, namun tidak cukup untuk menghilangkan kelelahan yang menggelayuti tubuhnya. Ia ingin segera pulang, berbaring, dan membiarkan pikirannya tenang. Perjalanan dengan taksi online terasa lebih panjang dari biasanya. Begitu tiba di apartemennya, Luna segera mengganti pakaian dan merebahkan diri di sofa.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Belum sempat ia menutup mata, ponselnya bergetar di atas meja. Nama "Mama" terpampang di layar. Luna menatapnya ragu sebelum akhirnya mengangkat."Halo, Ma?" suaranya terdengar lelah."Kamu di rumah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   266. Bertemu Hakim

    Restoran lesehan yang berada di sudut kota itu tidak terlalu ramai malam ini. Suasana hangat dengan lampu-lampu temaram menciptakan nuansa nyaman. Aini duduk di salah satu meja yang beralaskan tikar, menyesap teh hangat sambil menunggu dua orang yang baru saja datang dan duduk di depannya.Dhuha, pria yang pernah menjadi suaminya, duduk di sisi kanan, sementara di sisi kiri ada Hakim—sepupu Dhuha sekaligus kakak dari Amel, wanita yang sebentar lagi akan menikah dengan Anton, mantan suami Luna. Mereka memang berjanji untuk bertemu. Hakim baru saja menyelesaikan pembangunan proyek hotel keempat milik keluarga besar mereka, sehingga pria itu ingin mentraktir katanya. “Maaf agak telat, tadi macet,” kata Hakim sambil melepas jam tangan dan mengusap wajahnya.Dhuha hanya mengangguk, sementara Aini tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, aku juga baru sampai.”Seorang pelayan datang membawakan menu, dan mereka mulai memilih makanan sambil berbincang santai. Namun, setelah beberapa saat, Aini mengh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   267. Terlalu Sulit

    Bab Lanjutan“Ya, kan, Ai?”Dhuha menatap Aini dengan tatapan penuh harap. Suara Hakim yang masih tertawa pelan di samping mereka terasa seperti latar belakang semata bagi Aini saat ini. Aini menggenggam gelas tehnya erat-erat, berusaha menenangkan debaran jantung yang mendadak tak beraturan. Kata-kata Dhuha begitu jelas, namun terasa berat di telinganya.“Aku...” Aini membuka mulut, tetapi kemudian mengatupkannya lagi. Ia menatap Dhuha dan Hakim bergantian, lalu menghela napas panjang. “Dhuha, ini bukan soal aku mau atau tidak. Kamu tahu aku... aku mau. Tapi—”“Enggak ada tapi,” potong Dhuha cepat, suaranya mantap namun lembut. “Aku tahu Mama akan sulit menerima kamu karena masa lalu, bibit, bebet, bobot. tapi itu gak masalah bagiku kan?"Hakim menyandarkan tubuhnya ke dinding kayu, memperhatikan interaksi mereka dengan senyum tipis. “Mami Maria itu keras kepala, Dhuh. Tapi gue percaya kalau lo memang serius, lo pasti bisa meyakinkan mami. Perjuangkan Aini kali ini, Dhu."Aini tersen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   286. Mengejutkan

    Anton menatap Luna dengan ekspresi sulit dijelaskan. Wajahnya menegang, sementara tangannya gemetar saat mengambil buku laporan kehamilan yang jatuh di kakinya. Perlahan, ia membaca nama yang tertera di sana: Luna Pramesthi. Jantungnya berdegup kencang."Luna... Kamu hamil?" suaranya serak, hampir seperti bisikan. Aris menatap ayah ibunya dengan tatapan tak paham. Luna terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah skenario yang selama ini ia hindari—pertemuan langsung dengan Anton saat ia belum siap memberikan jawaban. Matanya berkaca-kaca, bukan karena takut, tetapi lebih kepada kenyataan yang menohok bahwa rahasia yang ia simpan selama ini terbongkar begitu saja.Aris menatap kedua orang tuanya bergantian dengan kebingungan di wajahnya. "Ibu? Kenapa diam? Apa Ibu sakit?" tanyanya polos.Luna menunduk dan mencoba mengendalikan emosinya. Ia tidak ingin Aris melihatnya dalam keadaan rapuh. Dengan suara pelan, ia menjawab, "Ibu baik-baik saja, Nak. Cuma periksa saja. Minta obat dem

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   285. Sebuah Keputusan

    Hakim menghela napas panjang. Keputusan sudah ada di depan mata, dan ia hanya perlu melangkah maju. Tania telah menunjukkan kesiapannya, sementara Salsabila memiliki prioritas lain. Itu sudah cukup bagi Hakim untuk menentukan pilihannya.Pagi itu, ia kembali ke kantor dengan pikiran yang lebih jernih. Di ruangannya, ia menatap daftar agenda yang menumpuk di layar laptop. Salah satu yang paling penting adalah mengatur pernikahannya dengan Tania.Sebelum memulai pekerjaan, ia menghubungi Amel."Halo, Mas Hakim. Gimana? Sudah ada keputusan?" suara Amel terdengar ceria seperti biasa.Hakim mengangguk walaupun tahu Amel tidak bisa melihatnya. "Aku memilih Tania."Hening sejenak sebelum Amel berseru, "Serius? Aku nggak nyangka kamu bakal langsung memutuskan secepat ini, Mas.""Mama minta waktunya tiga minggu, Mel. Dan ini sudah lewat satu minggu. Aku harus cepat." Amel tertawa mendengar suara panik kakaknya. "Pilihan Mas Hakim tepat karena Tania memang siap. Kalau cewek kenalan dari Mbak A

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   284. Belum Menikah, Udah Pusing Duluan!

    Hakim kembali memijat pelipisnya setelah pertemuannya dengan Salsabila. Dua miliar bukan jumlah yang kecil, tetapi ia tahu bahwa dengan posisi dan kekayaan keluarganya, itu bukan angka yang mustahil. Yang menjadi pertanyaannya sekarang, apakah Tania akan meminta hal yang sama?Ia meraih ponselnya dan menghubungi Amel."Halo, Mas Hakim," suara Amel terdengar ceria seperti biasa."Amel, aku baru saja bertemu dengan Salsabila dan dia setuju, tapi ada syaratnya," kata Hakim."Syarat seperti apa?" tanya Amel penasaran."Dua miliar sebagai kompensasi atas perannya. Dia ingin semuanya berjalan profesional tanpa perasaan terlibat," jawab Hakim jujur.Amel terdiam sesaat sebelum tertawa kecil. "Wah, nggak kaget sih. Salsabila memang tipe wanita yang tahu apa yang dia mau.""Nah, itu yang mau aku tanyakan ke kamu. Apakah menurutmu Tania juga akan meminta kompensasi seperti itu?" Hakim bertanya hati-hati.Amel menghela napas. "Sejujurnya, aku nggak tahu, Mas. Tania orangnya berbeda dari Salsabil

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   283. Sebuah Jawaban

    Hakim duduk di kursinya dengan perasaan campur aduk setelah mengirim pesan kepada Amel. Ia memijat pelipisnya, mencoba mencerna semua pilihan yang tiba-tiba datang dalam hidupnya. Tiga minggu bukan waktu yang lama untuk mencari pasangan hidup, meskipun hanya sekadar pernikahan pura-pura.Di satu sisi, ada Salsabila. Wanita yang direkomendasikan oleh Aini dan tampak sangat profesional. Sikapnya tegas dan penuh perhitungan. Hakim bisa melihat bahwa Salsabila bukan tipe orang yang mudah dibohongi atau dimanfaatkan. Jika ia setuju, Hakim yakin mereka bisa menyusun kesepakatan yang jelas dan tidak akan ada drama di kemudian hari. Namun, justru itulah yang sedikit membuatnya khawatir. Wanita seperti Salsabila pasti punya standar tinggi dan bisa jadi ia tidak akan mau menjalani sandiwara ini tanpa syarat yang ketat.Di sisi lain, ada Tania. Wanita yang diperkenalkan oleh Amel. Dari deskripsi Amel, Tania tampak seperti gadis sederhana yang pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Yatim piatu,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   282. Calon Istri Hakim

    Hakim menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Setelah menelepon Dhuha, ia merasa sedikit lebih tenang, tetapi tetap saja, waktu yang diberikan orang tuanya sangatlah singkat. Ia bukan tipe pria yang terbiasa terburu-buru dalam mengambil keputusan besar, apalagi soal pernikahan. Namun, kali ini ia tidak punya banyak pilihan.Di sisi lain, Dhuha masih mencerna ucapan Hakim barusan. Ini bukan permintaan yang biasa. Mencari calon istri dalam waktu tiga minggu saja sudah sulit, apalagi jika syaratnya adalah pernikahan pura-pura. Ia merebahkan diri di sofa sambil menatap langit-langit. Aini, yang baru saja selesai mandi, keluar dari kamar dan melihat ekspresi suaminya yang sedang berpikir keras."Kenapa bengong begitu?" tanya Aini sambil mengeringkan rambutnya.Dhuha menoleh dan tersenyum kecil. "Barusan Hakim nelepon. Dia butuh istri dalam tiga minggu."Aini mengernyit. "Istri? Maksud Mas, dia mau menikah? Emang Hakim punya ayang? ""Iya. Tapi bukan pernikahan yang sebenarnya. Dia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Istri Sewaan?

    Hotel Mulia Sahabat sudah beroperasi sejak subuh. Para staf dengan cekatan mempersiapkan segala sesuatu untuk memastikan tamu mendapatkan pelayanan terbaik. Dari lobi yang dipenuhi dengan aroma kopi segar hingga restoran yang mulai menyajikan sarapan prasmanan, semuanya berjalan dengan rapi dan efisien. Hakim duduk di ruang rapat utama, menatap layar presentasi yang menunjukkan proyek ekspansi terbaru hotel mereka di Kota Malang."Baik, untuk grand opening di Malang, saya ingin semua berjalan sesuai jadwal. Pak Irwan, bagaimana progres renovasi gedungnya?" tanya Hakim dengan suara tegas namun tetap tenang."Alhamdulillah, Pak Hakim. Progresnya sudah mencapai 85 persen. Kami hanya tinggal menyelesaikan beberapa bagian interior dan pelatihan staf baru."Hakim mengangguk puas. "Bagus. Saya ingin kita pastikan bahwa pelayanannya tetap setara dengan standar hotel kita di kota lain. Bu Siska, bagaimana dengan marketingnya?""Sudah berjalan sesuai rencana, Pak. Kami sudah melakukan kampanye

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Apa Perlu Lapor Polisi?

    Dhuha menatap ibunya dengan perasaan terluka. "Mama, jangan bicara seperti itu. Aku memilih Aini bukan karena sihir atau apapun yang Mama pikirkan. Aku memilihnya karena aku mencintainya. Mama, aku mohon, berhentilah mencurigainya tanpa bukti yang jelas. Aini tulus mencintaiku, Ma. Dulu kami berpisah karena aku yang tidak dewasa. Sekarang aku sudah dewasa dan paham. Aku gak mau sampai pernikahanku gagal lagi.""Kamu tidak pernah tahu kan, kenapa bisa cinta berat sama Aini? Kamu saja jarang solat. Orang yang jarang solat itu, mudah dimasukin jin." Dhuha menggelengkan kepala. Mamanya selalu saja keras kepala dan pasti tidak akan menerima pembelaan darinya. Maria menghela napas panjang. Ia ingin membantah, tetapi dalam hatinya, ia pun ragu. Foto-foto itu memang tampak mencurigakan, tetapi apakah itu cukup sebagai bukti bahwa Aini tidak layak untuk Dhuha? Apalagi setelah mendengar bahwa foto tersebut adalah foto lama."Mama akan mencari tahu lebih lanjut. Tapi untuk sekarang, Mama tidak

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   280. Fitnah Keji

    Setelah membaca pesan itu, Aini merasa hatinya mulai tidak tenang. Meskipun Dhuha sudah meyakinkannya bahwa ia akan selalu melindunginya, tetap saja perasaan gelisah itu tidak bisa hilang begitu saja. Ia mencoba mengabaikan rasa takutnya dan melanjutkan aktivitasnya, tetapi firasat buruk itu terus menghantuinya.Keesokan harinya, Aini dan Dhuha pergi ke Sentul seperti yang mereka rencanakan. Udara pagi yang sejuk dan pemandangan hijau pegunungan sedikit mengurangi kegelisahan yang masih tersisa dalam hati Aini. Mereka mengunjungi rumah yang akan segera menjadi milik mereka, sebuah hunian minimalis dengan halaman luas dan suasana yang tenang."Masya Allah, indah sekali," gumam Aini takjub.Dhuha tersenyum melihat ekspresi bahagia istrinya. "Aku ingin kamu bahagia di sini. Aku ingin kita membangun rumah tangga yang penuh ketenangan dan cinta."Aini menggenggam tangan suaminya erat. "Terima kasih, Mas. Aku tidak butuh rumah besar atau barang mewah, yang penting kita selalu bersama." Mesk

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   279. Pesan Ancaman

    Dhuha menggeleng-geleng sambil tertawa, menarik Aini kembali ke dalam pelukannya. "Adek benar-benar bikin abang kalah terus ya?"Aini terkikik. "Bukannya kalah, tapi harusnya bangga punya istri cerdas."Dhuha mengecup kening istrinya lembut. "Iya, iya, abang bangga sekali."Mereka duduk berdua di ranjang, menikmati momen tenang setelah kejadian barusan. Aini bersandar di bahu Dhuha, memainkan jari-jarinya di telapak tangan suaminya. "Mas, menurutmu, Mama akan terus begini?"Dhuha menghela napas panjang. "Entahlah. Aku tahu Mama butuh waktu. Tapi aku yakin lama-lama beliau akan menerima kamu sepenuhnya."Aini mengangguk. "Aku tidak ingin buru-buru. Yang penting kita berdua tetap satu hati."Dhuha tersenyum. "Selalu."Sementara itu, di kamar Maria, wanita paruh baya itu duduk di depan cermin riasnya, memandangi wajahnya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Ia memegang dompet pemberian Monic, mengelus permukaannya pelan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan.Monic adalah kandidat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status