Home / Fantasi / Kembalinya Sang Dewa Pedang / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Kembalinya Sang Dewa Pedang: Chapter 241 - Chapter 250

320 Chapters

Tuan Muda Menawan Dari Kediaman Keberuntungan Besar

Feifei memicingkan mata, bibirnya mencerucut ketika menatap Ren Hui, yang dikenalnya sebagai pedagang arak yang ditemuinya di pasar. Sedangkan dua pria di belakangnya benar-benar asing baginya.Gadis berhanfu ungu itu masih diliputi rasa kesal dan akhirnya memutuskan untuk sedikit bermain-main dengan mereka. Tanpa ragu, ia melemparkan selendang putihnya. Selendang itu meluncur cepat, berputar halus, melingkar mengitari tubuh ketiga pria tersebut."Aiyo, Nona! Kenapa kau melakukan ini?" Ren Hui berteriak panik, mencoba melepaskan diri. Sementara Song Mingyu sedikit kesal, menyesali keputusan Ren Hui yang membebaskan gadis itu. Hanya Junjie yang tetap tersenyum tipis, jelas mengenali formasi selendang putih ini."Salahkan dirimu sendiri, Pedagang arak! Kenapa kau memasang jebakan di tempat ini?" Feifei berteriak seraya tertawa riang.Song Mingyu bergerak cepat, melompat dan terbang melayang menjauh, mendarat tak jauh dari tempat semula. Junjie hanya
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Jejak Rumor

Ren Hui tersenyum tipis, bibirnya membentuk lengkungan yang hangat, tetapi mengandung misteri. Ucapan pria muda menawan di hadapannya barusan masih menggema di telinganya. Tak pernah diduganya, rumor tentang dirinya telah menyebar luas, menjalar seperti api yang menyambar dedaunan kering, tak terhenti hingga mencapai pelosok negeri."Tuan Ren Hui, seorang pedagang arak dengan rumah berodanya yang unik," Hong Yi melanjutkan dengan nada serius, kendati senyum lembut tetap menghiasi bibirnya yang merah segar. "Konon, beberapa tahun lalu, Anda pernah memberikan arak dewa kepada pelanggan yang kemudian sembuh dari sakit yang sudah lama diderita."Ren Hui tertawa kecil, menyembunyikan ketertarikannya di balik wajah yang tenang. "Baiklah, jika Tuan Muda tidak keberatan, silakan singgah di rumah beroda kami," katanya dengan nada ramah. Dia tidak memiliki alasan untuk menolak kunjungan dari dua tamu tak diundang ini, meski hatinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka c
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Pertemuan Dan Jodoh

Ren Hui tertawa kecil, suaranya begitu halus, hampir tenggelam oleh angin senja yang sejuk. Dengan senyum tenang, dia berkata pelan, "Tuan Muda Hong Yi, agak sulit mengenali Anda, apalagi selama ini justru Tuan Muda kedua, Hong Li, yang lebih sering muncul di depan umum."Hong Yi tersenyum tipis, matanya memancarkan kilau cerdik. Dia menganggukkan kepalanya, menyadari sepenuhnya maksud tersirat dari ucapan pedagang arak di depannya. Meski penampilannya mungkin sederhana, tetapi jauh dari kata biasa."Aku yakin kau pasti pernah mendengar rumor mengenai dua Tuan Muda di Kediaman Keberuntungan Besar," balas Hong Yi dengan santai, mengibaskan kipas sutranya dengan gerakan anggun. Kali ini, dia tidak lagi berbicara dengan bahasa formal yang penuh basa-basi.Ren Hui mengangguk ringan, seolah menyetujui ucapan itu. "Jika rumor tentang seorang pedagang arak saja mampu menarik perhatian Tuan Muda dari kediaman bangsawan terhormat, maka tentu saja rumor mengenai tua
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Jamuan Hangat di Rumah Beroda

Suasana yang semula hening dan sedikit canggung mulai mencair saat Song Mingyu, tanpa ragu, mengambil sepotong dimsum dari piring di depan Junjie. Namun, Junjie dengan cepat menggeser piringnya, menjauhkan hidangan lezat itu dari jangkauan tangan temannya.“Aiyo, Junjie, kau pelit sekali!” protes Song Mingyu dengan nada kesal, sembari mengerutkan keningnya.“Di piringmu masih ada,” balas Junjie, santai sambil mengambil sepotong dimsum dari piringnya sendiri dan menyantapnya dengan tenang. Gerakannya anggun, menunjukkan kebiasaan makan yang tertata dan berkelas.Song Mingyu menatap Junjie dengan penuh arti sebelum tersenyum kecil, seperti mendapatkan ide nakal. “Aku mau dimsum isi udang,” ucapnya, dan kali ini tangannya dengan cepat kembali mencuri sepotong dimsum dari piring Junjie.Namun, Junjie tak kalah cepat. Ia menangkis serangan sumpit Song Mingyu, dan sepotong dimsum itu terjepit di antara dua pasang sumpit mereka. Perjuangan kecil itu mena
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bayangan Hantu di Keremangan Malam

Ren Hui dan Junjie segera melesat membantu Song Mingyu yang terhuyung, sementara Hong Yi menyapu pandangan ke sekeliling, wajahnya mencerminkan kewaspadaan. Sejenak mereka terdiam, menanti serangan atau kehadiran yang tak terduga. Hanya desiran angin malam yang terdengar, seolah turut menyimpan rahasia dalam senyapnya.“Ada yang menerobos formasi jaring laba-laba,” ujar Song Mingyu serak, tangannya menekan dada yang terasa nyeri, seakan tercekik oleh serangan tak terlihat.“Formasi jaring laba-laba itu tidak mudah ditembus,” gumam Junjie pelan, suaranya bagai bisikan angin yang berlalu. Pandangannya terarah ke pintu rumah beroda yang terbuka lebar, menghadap ke luar yang hanya diterangi sinar bulan dan kerlap-kerlip bintang. Lentera-lentera dan lampion yang bergoyang diterpa angin menambah suasana menjadi suram, seolah ada bayangan gelap yang bersembunyi di balik remang-remang malam.Hembusan angin tiba-tiba menjadi lebih kencang, memporak-porandakan nyala
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Suara Di Balik Topeng Hantu

Sosok berjubah dan bertudung hitam itu berdiri kaku di hadapan Ye Hun, topeng hantunya terbuat dari kayu gelap bak hantu, menatap kosong dan menyeramkan. Di balik topeng itu, terdengar tawa pelan, seperti angin malam yang berhembus lirih, penuh ejekan. Pria itu mengangkat dagunya sedikit, dan berkata dengan nada datar yang penuh ancaman, "Nona, menyingkirlah! Kami tidak memiliki urusan denganmu."Ye Hun hanya tersenyum tipis, bibirnya melengkung samar, menyembunyikan rasa pahit yang terpendam dalam ingatannya. Dari suara pria itu, dia sudah dapat mengenali identitas di balik topeng hantu yang kini dikenakan. Pasukan Hantu Kematian yang terkenal mengerikan, tetapi baginya, sosok di hadapannya adalah seseorang yang tidak mungkin dia lupakan."Tuan Liuxing," jawab Ye Hun dengan suara tenang, nyaris berbisik. "Aku hidup bertahun-tahun bersama Anda. Tak peduli seberapa baik Anda menyembunyikan diri, aku akan selalu mengenali Anda."Hanfu putih sederhana, berlap
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Siapa Yang Berkhianat?

Teriakan Ye Hun menggema di udara, menghancurkan ketenangan malam. Pria berjubah hitam dengan topeng hantu yang menyeramkan itu menoleh, seakan baru tersadar akan keberadaannya. Tanpa ragu, ia menggerakkan tangannya dan meraih leher Ye Hun, mencengkeram dengan kuat hingga tubuh mungilnya terangkat. Sepasang kakinya berayun lemah di udara, tak lagi menyentuh tanah."Ye Hun!" seru Yingying, suaranya penuh kepanikan. Tabib ilahi itu segera melompat keluar, melemparkan deretan jarum perak dengan gerakan secepat kilat, menargetkan Pasukan Hantu Kematian. Mereka, seperti bayangan malam, melompat ke udara, menghindari serangan tajam itu sebelum berbalik menyerang Hong Yi dengan kecepatan yang mengerikan.Sementara itu, sang pemimpin pasukan hanya berdiri diam, matanya yang tersembunyi di balik topeng menatap lekat-lekat pada Ye Hun. Tangan Ye Hun mencoba meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kuat yang mencekik lehernya. Yingying tak tinggal diam. Bersama Feif
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Melarikan Diri

Pemimpin pasukan Hantu Kematian itu mundur beberapa langkah, menyadari kehadiran sosok lain yang kini berdiri tegak di hadapannya. Malam yang diselimuti kabut tipis menambah kegelapan, membuatnya sulit mengenali siapa pria bermantel biru yang dengan angkuh menatapnya tajam. Hembusan angin malam mengibarkan rambut hitamnya yang tergerai, menciptakan siluet yang terasa akrab, tetapi entah di mana perasaan yang sama pernah hadir di benak pria itu."Tapak Matahari?" desis pria berjubah hitam dengan topeng hantu yang menutupi wajahnya. Senyum sinis terukir di sudut bibirnya, menciptakan bayangan menyeramkan di balik topeng putihnya. "Sudah lama jurus ini hilang bersama runtuhnya Sekte Delapan Matahari. Tapi mengapa muncul malam ini? Siapa dia?" pikirnya dalam hati, penuh keraguan.Di sisi lain, Junjie merasakan dadanya mulai bergejolak hebat. Sakit yang menusuk di dalam tubuhnya seakan mencakar dari dalam, racun bunga salju yang telah bersarang semakin menggeliat setela
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Malam Yang Terik

Udara malam terasa seperti bara api yang membakar kulit, panas menyengat seolah musim panas tiba lebih awal meskipun ini baru awal musim semi. Sepoi angin membawa serpihan kertas kimcoa yang beterbangan di udara, berbaur dengan aroma bunga musim semi yang pekat dan memabukkan. Setiap tarikan napas seakan memenuhi dada dengan wangi yang manis sekaligus menyesakkan, membuat kepala terasa berdenyut dan jantung berdegup lebih kencang. Di tengah kekacauan yang menggantung di udara, pemimpin pasukan hantu Kematian berdiri tegak, tak bergeming sedikit pun. Bayangan malam menyelubungi sosoknya yang mengenakan jubah hitam pekat. Dalam keheningan yang mencekam itu, ia mencoba memusatkan seluruh konsentrasinya, meski ia tahu benar bahwa situasi ini seperti berjalan di tepi jurang kebimbangan. "Apakah mereka sengaja memaksaku menggunakan jurus itu?" pikirnya sambil mengepalkan kedua tangan hingga suara persendian berderak pelan. Ucapan Ye Hun kembal
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Apa Yang Harus Aku Lakukan?

Ren Hui menggendong tubuh lemah Junjie, sementara Hong Yi dengan sigap mengangkat Feifei yang tak sadarkan diri di bahunya. Mereka berdua melesat melintasi jalanan hutan yang sunyi, hanya ditemani gemuruh angin malam. Langkah mereka tergesa-gesa, berpacu dengan waktu, menghindari kejaran Pasukan Hantu Kematian yang mengejar tanpa henti. Napas Ren Hui terdengar semakin berat, dadanya seakan dihimpit ribuan batu, tetapi dia terus berlari meski terasa seperti bisa tumbang kapan saja.Dalam hitungan detik, mereka tiba di sebuah lahan kosong, tempat Song Mingyu telah memarkir rumah beroda. Pemuda itu menunggu dengan waspada, tampak bersiap siaga. Ren Hui memberi instruksi cepat, suaranya tegas namun samar oleh lelah, "Song Mingyu, cepat berputar! Kita harus menuju Pondok Bukit Semanggi. Hanya di sana kita bisa berlindung sementara ini."Song Mingyu tidak membuang waktu. Dia hanya mengangguk, cambuk di tangannya mendera kuda-kuda yang sudah lelah. Rumah beroda mulai berg
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
32
DMCA.com Protection Status