Suci menatap lurus ke depan, matanya tak berkedip, seolah menyelami kegelapan yang semakin dalam. Langkah-langkah kecilnya, namun pasti, menggema dalam lorong sunyi itu. Tangannya gemetar sedikit, bukan karena takut, tetapi karena perasaan yang lebih dalam, lebih menggerogoti. Perasaan itu datang begitu mendalam, merayapi setiap pori-pori kulitnya, seperti rantai yang tak kasat mata, namun begitu kuat, menjerat hatinya.Lorong sempit yang dipenuhi bayang-bayang, tidak sepi seperti yang ia kira. Sesuatu mengikutinya. Sesuatu yang ia kenal, meskipun hanya dari bayangannya. Di sana, di kedalaman, ia merasa ada yang mengintai, mengamati setiap langkahnya dengan cermat. Wajah-wajah yang pernah ia kenal dalam kegelapan, kini kembali menghantui, seolah tak pernah meninggalkannya."Farhan…" gumam Suci pelan, suaranya hampir tenggelam dalam bisikan angin malam yang memeluk dinding lorong itu. Ia tahu, entah mengapa, meski tak ada suara yang terdengar, ia merasakannya. Farha
Read more