"Kita harus bergerak cepat, Suci!" suara Farhan memecah keheningan, menariknya kembali dari pikirannya yang berkecamuk.Suci menatap pintu bercahaya yang tampak mengundang, rasa takut dan rasa ingin tahunya berperang di dalam dirinya. "Tapi, Farhan... kita tidak tahu apa yang ada di baliknya.""Lebih baik kita menghadapi apa pun itu daripada terjebak di sini," jawab Farhan, suaranya penuh tekad. "Kau sudah merasakan apa yang bisa terjadi jika kita ragu."Suci mengangguk, meskipun keringat dingin mengalir di dahinya. Dia melangkah maju, dan Farhan mengikuti di belakangnya. Dengan satu tarikan napas dalam-dalam, dia meraih pegangan pintu dan mendorongnya dengan hati-hati.Pintu itu terbuka dengan suara berdecit, mengungkapkan ruangan lain yang tampak lebih terang, tetapi atmosfirnya tetap mencekam. Di dalam, suasana terasa aneh, seolah waktu dan ruang terdistorsi. Di dinding, ada cermin lain—lebih besar dan lebih mengesankan—yang memantulkan bayanga
Baca selengkapnya