Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Bisikan dari Masa Lalu

Share

Bisikan dari Masa Lalu

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Suci! Bangun, Suci!" Suara Farhan menggema di telinga Suci, membangunkannya dari kegelapan yang mengelilingi mereka. Saat matanya terbuka, dia mendapati dirinya terbaring di lantai dingin dengan Farhan berlutut di sampingnya, wajahnya tampak cemas.

"Apa yang terjadi?" Suci bertanya, suaranya serak dan nyaris tidak terdengar. Dia merasa pusing, kenangan yang baru saja dia ingat masih mengaburkan pikirannya.

"Kita terjebak dalam cermin itu. Bayangan—dia mencoba menarik kita lebih dalam," jawab Farhan dengan napas yang tersengal-sengal. "Tapi kita berhasil keluar. Aku tidak tahu bagaimana, tapi kita di sini sekarang."

Suci mencoba bangkit, tetapi rasa lelah menghambat gerakannya. Dia merasakan ketegangan di leher dan bahunya, seolah-olah dia baru saja bertarung melawan sesuatu yang lebih kuat dari dirinya. "Kita harus pergi dari sini," katanya, berusaha menahan rasa takut yang mulai melanda.

"Ke mana kita harus pergi? Kegelapan ini masih mengintai k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Misteri Di Balik Mata   Wajah Tanpa Nama

    "Suci! Suci, bangun!" Suara Farhan menggema di kepalanya, mengiris kegelapan yang menelannya. Suci membuka matanya, terkejut menemukan dirinya terbaring di tanah dingin. Sekelilingnya gelap, hanya ada suara berdesir angin yang membuatnya merinding."Apa yang terjadi? Di mana kita?" tanyanya, berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Ketakutan menyelubungi dirinya ketika ia teringat akan bayangan wanita yang mengerikan."Kita terperangkap di tempat yang tidak kita kenal," jawab Farhan, suaranya penuh kekhawatiran. "Tapi kita harus mencari jalan keluar dari sini!"Suci bangkit perlahan, merasakan sakit di tubuhnya. "Kita... kita harus menemukan kebenaran tentang wanita itu. Dia mengatakan sesuatu yang penting," katanya, berusaha mengingat kembali semua yang telah mereka alami."Dan kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi," Farhan menambahkan, matanya menyapu sekeliling. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Suci mengangguk, m

  • Misteri Di Balik Mata   Ambang Kebenaran

    "Ini saatnya, Suci," suara wanita itu menggema dalam benaknya, memecah keheningan yang melingkupi mereka. "Saatnya menghadapi kebenaran yang kau hindari."Suci mengangguk, merasakan tekadnya semakin kuat. Dengan setiap detak jantung, dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi mundur. Kegelapan mungkin masih mengintai, tetapi dia telah menemukan cahaya yang mampu menuntunnya."Di mana aku harus mulai?" tanya Suci, matanya menatap ke arah bayangan yang masih berseliweran di sekelilingnya."Kau harus kembali ke tempat itu," wanita itu menjawab. "Tempat di mana semua ini bermula. Hanya di sana kau bisa menemukan jawaban yang kau cari."Ingatannya bergejolak, dan tanpa ragu, Suci merasakan dorongan kuat untuk melangkah maju. Dia tidak ingin lagi terjebak dalam kebimbangan. Dalam sekejap, kegelapan itu mulai memudar, dan dia menemukan dirinya berdiri di ambang sebuah ruangan yang familiar—ruang penyelidikan yang pernah dia gunakan untuk menangani kasus-kasus pe

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Bayang-Bayang Kegelapan

    "Ini tidak bisa berakhir seperti ini, Suci!" suara wanita itu kembali bergema dalam pikirannya, membangkitkan kesadaran dari kegelapan yang melingkupinya. Suci merasa seolah terbangun dari mimpi buruk, tetapi kini dia tahu bahwa dia terjebak dalam realitas yang lebih menyeramkan.Saat cahaya mulai memudar, dia berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan sekeliling. Dia menemukan dirinya terbaring di lantai dingin, ruangan yang kini tampak lebih gelap dan misterius daripada sebelumnya. Di sekelilingnya, dinding-dinding batu yang dingin memancarkan aura yang menakutkan. "Di mana aku?" pikirnya, mencoba mengingat bagaimana dia sampai di sini."Di tempat yang seharusnya kau hindari," suara misterius itu terdengar lagi, lebih dekat dan lebih jelas. "Tempat kebenaran dan kebohongan bertemu."Dengan cepat, Suci bangkit dan mencari sumber suara. Di sudut ruangan, sosok bertopeng yang dia lihat sebelumnya kini berdiri dengan postur mengancam. "Apa yang kau inginkan d

  • Misteri Di Balik Mata   Langkah di Lorong Sunyi

    "Ini terasa terlalu tenang, bukan?" Suci berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam kesunyian lorong panjang di depan mereka. Dinding-dinding yang dingin tampak semakin menyusut seiring dengan langkah mereka yang hati-hati.Darius mengangguk, matanya melirik ke sekeliling. "Ya, seperti ada sesuatu yang mengintai di balik bayangan. Kita harus tetap waspada."Mereka melangkah maju, setiap langkah bergema di ruang kosong yang seakan menyimpan banyak rahasia. Suci merasakan ketegangan di udara, seolah setiap partikel bergetar dengan kekuatan yang tak terlihat. Setelah menghadapi sosok bertopeng, dia tahu bahwa kegelapan yang mereka hadapi belum sepenuhnya sirna. Ini adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah misi untuk menggali kebenaran dan menyingkirkan ancaman yang mengintai."Apakah kau yakin kita di jalur yang benar?" Suci bertanya, merasakan keraguan mengendap di hatinya. "Semua ini terasa begitu misterius.""Kita tidak punya pilihan l

  • Misteri Di Balik Mata   Terperangkap di Antara Bayangan

    "Suci, kamu yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan bergetar saat mereka berdiri di depan pintu yang tertutup rapat. Di balik pintu itu, bayangan gelap tampak bergerak-gerak, seolah menunggu untuk menyambut mereka."Ini satu-satunya cara untuk mengungkap apa yang terjadi," jawab Suci tegas, meskipun hatinya bergetar. Dia merasakan sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri. "Kita tidak bisa mundur sekarang."Farhan mengangguk, meskipun ragu. Pintu yang mereka hadapi tampak usang, dengan goresan-goresan yang membuatnya tampak lebih menakutkan. Dengan satu tarikan napas dalam, Suci mendorong pintu itu. Krek! Suara berderitnya menggema di lorong sunyi, seolah menggugah sesuatu di dalam kegelapan.Begitu mereka melangkah masuk, aroma lembap dan busuk langsung menyergap. Dalam kegelapan, cahaya dari senter Farhan hanya cukup untuk menerangi dinding yang tampak lembab dan berjamur. Suci melangkah hati-hati, merasakan ketegangan d

  • Misteri Di Balik Mata   Jeritan Tanpa Suara

    Kegelapan di lorong itu begitu pekat hingga Suci merasa jantungnya berdetak dalam irama yang sama dengan bayangan yang menelannya. Setiap langkah kaki yang ia ambil terdengar menggema, membuatnya seolah-olah berjalan di dalam kehampaan. Namun, Suci tahu ini bukanlah kehampaan biasa. Ada sesuatu—atau seseorang—di sana, menunggu di ambang pandangan, siap menerkamnya di saat yang tepat.Farhan sudah jauh tertinggal di belakang, dan itu bukan kesengajaan. Sejak mereka memasuki rumah tua yang terlantar ini, waktu terasa berjalan berbeda. Ada momen di mana Suci merasa sudah berjam-jam berada di sini, sementara pada saat lain, ia merasa baru saja tiba. Semuanya kabur, terbungkus dalam kabut ingatan yang tidak bisa dijelaskan.Langkah kaki Suci terhenti di depan pintu yang terbuka sedikit, tepat di ujung lorong. Suara bisikan samar terdengar dari balik pintu itu, tapi terlalu pelan untuk bisa dikenali. Ia merasakan bulu kuduknya berdiri saat mendekati pintu itu, seolah-ola

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Mengintai

    Jeritan tanpa suara di lorong sunyi itu masih terngiang di benak Suci. Ia belum bisa melupakan apa yang baru saja terjadi. Farhan, dengan wajah yang pias, nyaris tak berkata apapun. Mereka berdua hanya berdiri diam di ujung koridor yang gelap, diapit dinding yang lembab, dengan udara yang terasa begitu berat, seakan setiap molekul di sekitarnya membawa jejak kesakitan dari masa lalu yang tak pernah selesai.Suci menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Tatapan matanya beralih ke Farhan, berharap menemukan penjelasan. Namun Farhan hanya menunduk, matanya merah, entah dari kelelahan atau rasa takut yang tak terkatakan. Suci merasa waktu seolah membeku di sekitar mereka, seperti ada sesuatu yang menahan setiap langkah mereka.“Kita... kita harus keluar dari sini,” suara Farhan akhirnya pecah, meski terdengar lebih seperti bisikan. Ada ketakutan yang tak terdefinisikan dalam suaranya.Suci menggeleng perlahan. “Tidak, kita belum bisa pergi. Sesu

  • Misteri Di Balik Mata   Balik Mata Tertutup

    Suci duduk diam di tepi ranjangnya, pandangannya lurus ke depan namun pikirannya berkecamuk tak tentu arah. Di sudut kamar, cermin besar yang selalu ia hindari tampak memantulkan bayangan buram dari dirinya. Cermin itu adalah peninggalan dari almarhum kakeknya, benda yang telah menjadi saksi bisu bagi banyak hal yang seharusnya tak pernah terungkap. Dalam bayangannya, Suci merasakan kehadiran sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, yang sedang mengintai dari balik pantulan.“Ini hanya perasaan,” gumamnya pelan, meski batinnya tahu itu bukan sekadar ilusi. Mata batinnya selalu tahu lebih dari sekadar yang kasat mata.Farhan, sahabat sekaligus rekannya dalam memecahkan kasus-kasus pelik, sudah memperingatkan agar Suci berhenti memaksa dirinya. “Istirahatlah, Suci,” katanya dengan nada tegas yang jarang ia gunakan. “Kamu sudah terlalu jauh masuk ke dalam misteri ini. Tidak semua yang kamu lihat harus kamu selidiki.”Tapi Suci tahu betul, berhenti bukanlah pil

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

  • Misteri Di Balik Mata   Cahaya yang Menipu

    "Aku tidak yakin ini ide yang bagus, Suci," suara Farhan terdengar rendah, hampir berbisik, namun ketegangan di dalamnya jelas. "Cermin itu… apa pun yang kita lihat tadi, bukan hal yang normal."Suci tetap diam, pandangannya tajam menembus kegelapan rumah tua yang sekarang terasa lebih dingin dan suram. Cermin yang baru saja pecah kini berserakan di lantai, tetapi setiap pecahan seolah tetap hidup, memantulkan potongan-potongan bayangan masa lalu yang mengerikan. Suci tidak bisa melepaskan pikirannya dari sosok ibunya yang muncul di balik cermin itu."Ada sesuatu yang belum kita pahami," jawab Suci akhirnya, suaranya terdengar jauh, seperti dia sedang berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada Farhan. "Ibu… dia mencoba memberi tahuku sesuatu. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Tidak setelah semua yang aku lihat."Farhan melangkah mendekat, menyentuh lengan Suci dengan lembut. "Tapi kita bahkan tidak tahu apakah itu benar-benar ibumu. Bisa saja itu han

  • Misteri Di Balik Mata   Langkah Tak Terlihat

    "Apa yang kau temukan?" suara Farhan bergetar pelan, memecah kesunyian yang tegang di antara mereka.Suci duduk diam di kursi tua yang terletak di pojok ruangan, jari-jarinya bermain di atas permukaan meja kayu yang dingin dan berdebu. Matanya menatap kosong, seolah mencoba memahami sesuatu yang tak terjangkau. Dia tidak segera menjawab, mengabaikan pertanyaan Farhan sejenak."Suci," Farhan mendekat, nadanya memaksa kali ini. "Kau tahu lebih dari yang kau katakan. Apa yang terjadi? Apa yang sudah kau ingat?"Suci mengangkat pandangannya perlahan, matanya kini dipenuhi dengan kebingungan yang lebih dalam, namun di balik itu ada ketakutan yang sulit disembunyikan. "Aku tidak yakin, Farhan," bisiknya. "Ini... lebih dari sekadar ingatan. Ada sesuatu yang... salah. Sesuatu yang selalu bersembunyi di balik setiap langkahku."Farhan menelan ludah, mengamati perubahan ekspresi Suci. Dia tahu betul bahwa wanita ini adalah yang terkuat dari mereka berdua, d

  • Misteri Di Balik Mata   Bab 112: Selubung Masa Silam

    "Apa maksudmu dengan 'kegelapan itu ada di dalam dirimu'?" suara Farhan pecah di antara hening, gemetar dengan kepanikan yang sulit ia sembunyikan. Tangannya terulur, mencoba meraih Suci, namun sesuatu yang tak terlihat menahannya—sesuatu yang dingin dan kelam, seolah udara di antara mereka menjadi penghalang.Suci menoleh perlahan, pandangan matanya berubah. Tidak ada lagi kelembutan atau ketegasan yang biasa Farhan lihat. Mata Suci kini gelap, kosong, seperti cermin yang memantulkan kegelapan. "Aku tidak tahu, Farhan," suaranya bergetar, tapi bukan karena takut. Ada sesuatu yang lain di sana. "Mungkin ini bukan hanya tentang mereka. Mungkin... ini selalu tentang aku."Farhan terdiam, pikirannya berputar. “Suci, kita bisa keluar dari sini. Kau harus melawan ini. Ini semua manipulasi—mereka mencoba memecahmu, membuatmu percaya sesuatu yang tidak benar.""Manipulasi?" Suci tersenyum tipis, hampir sinis. "Bagaimana kalau kebenarannya memang tidak seperti yan

DMCA.com Protection Status