All Chapters of Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai: Chapter 41 - Chapter 50

112 Chapters

Bab 41

Di Rumah Sakit Semalaman, Danu tak bisa memejamkan mata. Hingga keesokan paginya, Danu terbangun dengan kepala yang berdenyut nyeri. Setelah kemarin malam tak berhasil membujuk Nandia. Namun, hari ini, Danu sudah memutuskan untuk kembali mengejar Nandia kembali. Dengan langkah mantap, Danu berangkat menuju rumah sakit lagi. Dia tidak peduli jika nanti Nandia akan mengusirnya atau memarahinya. Yang jelas, dia akan berusaha menebusnya. Semua dia lakukan demi Niel dan juga Nandia. Saat Danu tiba di rumah sakit dan membuka pintu kamar inap, Nandia sedang berbicara pelan dengan Niel yang mulai terbangun. Mata bocah itu masih berat, tapi ia masih bisa tersenyum. “Sayang, kamu lapar?” tanya Nandia lembut sambil membelai rambut anaknya. Niel mengangguk kecil. “Iya, Mama.” "Aku akan minta perawat bawa makanan, ya? Tunggu sebentar," kata Nandia sambil berdiri. Namun, begitu dia berbalik dan melihat Danu berdiri di pintu, senyumnya langsung memudar. “Kenapa kamu masih di sini?” nad
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 42

"Jenguk nggak ya?" Lidia mondar-mandir di ruang tamu rumahnya, hatinya tidak tenang. Semenjak Niel dibawa ke rumah sakit beberapa hari lalu, perasaan bersalah terus menghantuinya. Saat itu, dia sedang emosi hingga tanpa sadar menyakiti cucunya hingga harus dibawa ke rumah sakit. Untungnya, Danu bilang, Niel tidak apa-apa. Hari itu, saat mendengar dari Danu bahwa Niel sudah pulang, dan sekarang ada di rumah sang putra membuat rasa rindu dan cemasnya kian tak terbendung lagi. "Aku harus melihatnya." Setelah memastikan Nandia sudah pergi, Lidia pun memutuskan untuk mendatangi rumah sang putra. Dia tak ingin Nandia berada di sana ketika dia datang, karena gengsi masih menjadi tembok besar antara dirinya dan Nandia. Dengan cepat, Lidia menyiapkan tas berisi berbagai makanan kesukaan anak-anak. Coklat, susu, permen, biskuit—semua ia beli dengan harapan Niel akan menyukainya dan memaafkannya. Setidaknya, dia bisa menebus kesalahannya lewat hadiah ini. --- Sesampainya di rumah Danu, Lid
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

bab 43

“Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Nandia dengan nada dingin, tatapannya tajam seperti belati. Lidia merasa canggung saat berhadapan dengan Nandia. Wajah Lidia berubah seketika. Senyum yang tadi ceria kini lenyap, digantikan ekspresi datar dan angkuh. “Aku hanya melihat Niel sebentar,” jawabnya singkat, suaranya terdengar kaku. Niel, yang tadi tertawa bahagia, kini bingung melihat perubahan mendadak pada Omanya. Ingin bertanya, tapi tak berani. Bocah kecil itu hanya berani bertanya dalam hatinya. “Oma... kenapa ngomongnya kayak gitu?” Lidia menunduk sejenak, lalu berdiri. “Oma harus pulang sekarang,” katanya cepat, tanpa menatap Nandia lagi. Gengsi jika Nandia mengetahui dia merasa bersalah pada Niel “Kenapa Oma pergi?” tanya Niel dengan nada kecewa. “Tadi Oma baik sama Niel…” Nandia, yang sudah berusaha menahan emosinya, akhirnya tak bisa lagi. Dia meletakkan kantong belanja di atas meja dengan keras dan menatap Lidia dengan penuh amarah. Ingin mengumpat, tapi Lidia keb
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 44

"Diana bagaimana ini? Aku tadi mendorong anak itu hingga kepalanya terluka. Apa yang harus aku lakukan? Danu pasti marah padaku kalau sampai terjadi apa-apa pada anak itu." curhat Lidia pada Diana, calon menantunya. Diana tampak berpikir, ini adalah kesempatan emas bagi Lidia untuk bisa mengambil hati Danu lewat Niel. Jika Danu melihat ibunya sangat menyayangi Niel, tentu lelaki itu akan menuruti apapun perintah ibunya, termasuk segera menikahkan dia dengan Danu. "Tante, momen ini bisa Tante manfaatkan dengan berpura-pura baik pada Niel. Buat seolah Tante menyesal dengan apa yang telah Tante lakukan. Buat Danu percaya, kalau Tante sangat menyayangi Niel. Dengan begitu, hubungan Tante dan juga Danu akan membaik. Kalau sudah begitu, Danu pasti akan menuruti semua omongan Tante," nasehat Diana kala itu. Lidia terdiam. Apa yang Diana katakan memang benar. Namun, meskipun Diana tidak berkata seperti itu, Lidia memang ingin menjenguk bocah itu. Dia merasa bersalah karena telah memperl
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 45

Lidia mendengus sinis. “Kau peduli pada Niel, atau hanya pada egomu, Diana?” Pertanyaan itu membuat Diana terpaku di tempat. Rahangnya mengeras, dan dia menatap Lidia dengan marah. “Tante tahu betul bahwa aku mencintai anak itu! Aku melakukan semua ini untuk masa depannya!” “Tidak.” Lidia menggeleng pelan. “Kau melakukan ini karena kau ingin Danu kembali padamu. Kau pikir dengan mendapatkan Niel, kau bisa mengikat Danu?” Diana merasa seolah seluruh tubuhnya terbakar amarah. Dia mencengkeram lengan Lidia, matanya menyala penuh kebencian. “Jangan mencoba menilai apa yang ada di dalam hatiku, Tante Lidia! Tante tidak tahu apa-apa!” Lidia menatap tajam Diana. Baru kali ini dia tahu sifat asli Diana. Wanita itu bahkan tega menyakitinya saat ini.“Justru aku tahu terlalu banyak,” jawab Lidia datar. “Dan karena itulah aku tidak akan melanjutkan rencana ini.” Diana melepaskan cengkeramannya dengan kasar, berusaha menenangkan dirinya. “Tante-” ingin sekali dia mengumpatnya. Namun, seba
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 46

Hujan semakin deras ketika Diana tiba di depan gedung kantor Danu. Air mengalir deras di jalanan, membentuk genangan kecil di trotoar. Sesekali kilat menyambar, membuat langit malam tampak seolah retak. Diana memarkir mobilnya dan menarik napas panjang sebelum keluar. Kakinya terasa berat, seolah menolak untuk bergerak. Dia tahu apa yang akan terjadi. Danu pasti marah besar karena Lidia telah mengatakan rencananya pada lelaki itu. Namun, ada secercah harapan di hatinya: Jika Danu mau bertemu dengannya, berarti masih ada kesempatan baginya. Diana berusaha memasang wajah tenang saat berjalan melewati pintu kaca besar menuju lift. Pikirannya terus berputar—mencari-cari alasan dan cara untuk meyakinkan Danu. --- Di Dalam Ruang Kerja Danu Danu berdiri di depan jendela besar, menatap kota yang dibasahi hujan. Punggungnya tegap, kedua tangannya bersedekap. Dia tidak menoleh saat Diana masuk. Tapi, dia bisa merasakan wanita itu telah duduk di sofanya. “Danu...” Diana membuka perca
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

50

Kantor Danu Pintu ruang kerja Danu terbuka dengan bunyi lembut. Lidia, ibunya, masuk tanpa mengetuk, dengan raut wajah penuh penyesalan. Danu sedikit bingung dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba. “Danu, kita perlu bicara,” kata Lidia, suaranya rendah dan penuh rasa bersalah. Danu menatap ibunya dengan dingin. “Ada apa, Ma?” Lidia menghela napas dalam-dalam. “Sebelumnya, mama minta maaf. Kemarin, saat mama mendorong Niel hingga kepalanya berdarah, DIana datang menemui mama. Dan dia mengatakan semua rencananya, supaya hak asuh Niel bisa jatuh ke tanganmu. Semula, mama menurutinya, mama datang ke rumahmu, sesuai rencana kami. Namun, saat mama bermain dengan Niel semua terasa hilang begitu saja. Dan mama merasakan kehangatan saat bersamanya. Mama tahu, mama salah. Diana... dia membohongi mama. Mama pikir ini demi kebaikanmu dan Niel. Tapi, mama salah besar.” Danu menyandarkan tubuhnya ke kursi, melipat kedua tangan di dada. “Jadi kalian pikir menghancurkan pernikahanku denga
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 51

Diana duduk diam dalam mobilnya, pikiran bergemuruh dengan amarah. la tidak bisa menerima penghinaan yang baru saja terjadi. Danu hanya menjadikannya sebagai istri di atas kertas. Dan yang lebih menyakitkan lagi, dia melakukan ini hanya untuk menyingkirkannya dari hidup Nandia dan Niel. Semua rencana yang ia susun rapih seolah hancur dalam sekejap. "Kurang ajar si Danu. Enak saja menjadikanku istri diatas kertas. Memangnya aku Nandia yang mau saja diperlakukan begitu. Aku bukan Nandia. Awas kamu Danu!"Satu-satunya cara adalah dengan menyingkirkan Nandia dan Niel dari hidup mereka, sekali dan untuk selamanya. Pikiran Diana melayang pada sosok lelaki yang pernah membantunya dulu. la segera menghubungi seorang pria bernama Gino, sosok yang tak segan melakukan pekerjaan kotor hanya demi uang.---Pagi yang dingin menyelimuti gudang tua itu. Nandia terduduk lemas di lantai, kedua tangannya terikat di belakang kursi, wajahnya penuh luka dan lebam. Niel yang duduk tak jauh darinya juga tak
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 52

Siang Itu di Mall Niel, jangan lari-lari sayang, nanti jatuh." Nandia mengingatkan putranya.Senyum kecil terbit di bibirnya kala melihat putra semata wayangnya tampak bahagia. Mereka baru saja membeli mainan kesukaan Niel sebagai hadiah karena kemarin, Niel mendapatkan bintang di kelasnya karena sudah bisa membaca dengan lancar. Hampir lima belas menit Nandia menunggu di restoran fast food yang ada di dekat pintu keluar, namun, sang sopir tak kunjung datang. Nandia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi sopirnya. Dia mengerutkan kening ketika panggilan itu tidak terhubung. “Kenapa ponselnya tidak aktif?” gumamnya, agak bingung. "Niel, tunggu sebentar di sini, ya," katanya sambil mengalihkan pandangannya pada salah satu bodyguard yang berdiri tak jauh darinya. “Pak Anto, bisa tolong cari Pak Surya di parkiran? Tanyakan kenapa dia belum ke sini.” Anto, bodyguard setianya, mengangguk dan segera menuju ke parkiran tanpa banyak bicara. Sementara itu, Nandia menggenggam tan
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 53

Di Gudang Tua Tak lama kemudian, mobil van itu berhenti. Lelaki bertopeng itu menutup mata Niel sebelum mereka membawa Niel keluar. Sedangkan Nandia, karena wanita itu masih pingsan, jadi salah satu diantara mereka menggendongnya. Saat mereka sudah berada di sebuah kamar, barulah ikatan kepala Niel dibuka. “Mama… bangun Ma. Kenapa kita dibawa ke sini? Niel takut, Ma!” bisik Niel, memeluk ibunya dengan erat. Samar-samar, Nandia yang mendengar suara sang putra pun membuka mata. Ingatannya beralih pada kejadian setelah pulang dari Mall tadi. Ada beberapa orang yang mencoba menculiknya. Niel kembali memeluk ibunya. Merasa senang karena sang ibu ternyata tidak apa-apa. "Mama baik-baik saja?" Tanya Niel khawatir. Nandia mengangguk. Mengusap air mata putranya yang menangis karena ketakutan. “Tenang, sayang. Mama baik-baik saja kok,” jawab Nandia sambil memeluk erat sang putra. Tak lama, pintu terbuka. Beberapa lelaki berbaju hitam masuk ke dalam dan mengikat tangan keduanya. Nandia
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status