Semua Bab Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai: Bab 61 - Bab 70

112 Bab

Bab 64

Danu menghela napas dalam saat melihat wajah Diana yang terbaring di ranjang rumah sakit, terlihat lemah namun penuh kepura-puraan. Emosi masih berkecamuk dalam dirinya, terutama setelah mengetahui betapa jauh Diana telah melangkah demi obsesinya yang mulai tak terkendali. Namun, Danu bukan satu-satunya orang yang geram dengan tindakan Diana. Tak lama kemudian, Galih, asisten setia Danu, masuk ke dalam kamar dengan wajah dingin, melirik ke arah Diana tanpa rasa simpati sedikitpun “Maaf, Tuan Danu, saya sudah menyiapkan rencana yang Anda perintahkan,” ucap Galih, suaranya rendah namun tegas. Danu mengangguk pelan, pandangannya tetap tertuju pada Diana. “Baiklah, Galih. Kita selesaikan semua ini sekarang,” jawabnya dengan nada berat namun penuh tekad. Diana yang terbaring, perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mereka dengan tatapan bingung namun tetap arogan. "Apa yang kalian rencanakan?" tanyanya, mencoba mempertahankan gengsinya."Bangun, nggak usah pura-pura kamu! Dokter sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

bab 65

“Semua sudah beres, Tuan Danu,” lapor Galih, suaranya terdengar lebih tenang. Danu mengangguk tanpa berkata-kata, menatap kosong ke arah jendela. Ia merasa bersalah, namun juga lega. Meski Diana adalah sahabatnya, dia tahu, jika dia memaafkan Diana, wanita itu akan terus bertindak semaunya yang bisa membahayakan nyawa anak dan istrinya. “Aku harap dia benar-benar pergi,” gumam Danu lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Galih mengangguk. “Dia akan pergi, Tuan. Tapi kita tetap harus waspada. Jika dia mencoba melanggar perjanjian ini, kita sudah tahu apa yang harus dilakukan.” Danu hanya mengangguk, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih, Galih. Karena selalu ada di sisiku. Mari kita tutup masalah ini dan fokus untuk menjaga keluarga kecilku.” Galih membungkuk hormat. “Itu sudah menjadi tugas saya, Tuan.” --- "Tuan, Sepupu Tuan saat ini sedang datang ke kantor istri, Tuan." Begitu laporan yang dikirim oleh anak buah Danu melalui pesan singkat.Danu segera mengambil kunc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

Bab 66

Nandia menghela napas panjang saat Danu sudah keluar dari ruangannya. Jujur, dia merasa lelah dengan semua ini. Wanita itu menutup wajahnya dengan tangan yang bertumpu di meja. "Kenapa semua jadi rumit begini?" Setelah keluar dari kantor Nandia, Danu melangkah cepat menuju mobilnya. Tujuannya hanya satu segera ke kantor dan bertemu dengan Galih. Setibanya di mobil, Danu menghentikan langkahnya, memejamkan mata sejenak untuk meredakan emosinya. Dalam benaknya, ia mendengar kembali ucapan Nandia yang meminta agar ia menghormati pilihannya. "Tidak Nandia, sampai kapanpun, aku tidak akan mau mengalah dengan Reihan, meskipun itu sepupuku sendiri. Danu duduk di kursi kantornya dengan tatapan penuh amarah yang membara. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertemuan Reihan di kantor Nandia. Harga dirinya terasa tercabik-cabik saat Nandia lebih memilih melindungi pria itu ketimbang dirinya. Baginya, orang-orang yang berani melawannya harus diberi pelajaran—dan kali ini, ia tak akan ragu u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

Bab 67

BrakPintu dibuka dengan paksa. Seorang wanita paruh baya yang masih cantik masuk dengan angkuhnya."Bibi Rina? Tumben datang kemari?" Tanya Nandia yang terkejut melihat kedatangan Bibi dari mantan suaminya ini.Bibi Rina tak menjawab, dia hanya berdiri di tempat dan menatap tajam Nandia dengan sorot mata seolah ingin membunuhnya. “Bibi Rina… silakan duduk,” ucap Nandia ramah, meski ada sedikit rasa takut melihat tatapan tak bersahabat Bibi Rina. Namun, Bibi Rina tidak menjawab sapaan itu. Ia berjalan cepat masuk dan menutup pintu dengan suara keras, membuat beberapa karyawan di luar kantor melirik dengan penasaran. Tanpa basa-basi, Bibi Rina langsung mengutarakan maksud kedatangannya. “Nandia, apa maksudmu mendekati putraku? Kau pikir, setelah dibuang oleh Danu, kamu bisa menggoda putraku yang lugu?” suara Rina penuh nada sinis dan mengejek. Nandia menarik napas dalam, berusaha tetap tenang agar tidak ikut terpancing. “Bibi, saya dan Reihan hanya berteman. Saya tidak pernah berni
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

Bab 68

Reihan mengetuk pintu kantor Nandia, membuyarkan lamunan wanita itu yang sedang sibuk membaca laporan keuangan perusahaannya. Nandia menatapnya dengan kening berkerut, terkejut melihat sosok pria yang kini berdiri di hadapannya. “Reihan? Ada apa kamu datang ke sini?” tanya Nandia sambil menyimpan laporannya. Reihan tersenyum hangat, lalu melangkah masuk ke dalam kantor. "Aku hanya ingin mengajakmu makan siang, Nandia. Sekaligus, aku ingin minta maaf sama kamu ... Soal mama." Nandia menghela napas panjang, mengingat kembali pertemuannya dengan Bibi Rina yang tadi pagi datang untuk mengintervensi hubungannya dengan Reihan. “Reihan, aku rasa... sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin mempunyai masalah dengan siapapun. Aku sudah cukup lelah berurusan dengan keluarga Adiwijaya,” jawabnya hati-hati. Reihan menggelengkan kepalanya. Menatap wanita yang telah mengambil hatinya ini dengan serius. "Tidal perlu khawatir, tidak akan ada yang marah padamu hanya karena kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

Bab 69

Nandia, yang masih terkejut dengan tindakan Tasya, meski amarahnya membumbung tinggi, tetapi dia mencoba menenangkan dirinya. “Maaf, Nona, saya dan Reihan ini masih saudara sepupu, dia adalah sepupu dari suami saya. Jika saya bertemu dengannya, aku rasa tidak masalah. Dan kebetulan, kami memiliki kerja sama yang akan kami jalankan.” “Saudara sepupu ya? Kalian pikir aku bodoh!” Tasya menyela dengan nada sinis. “Wanita sepertimu memang pandai berpura-pura. Mendekati pria lain meskipun kamu sudah bersuami, atau, jangan-jangan, kamu kesepian ya ditinggal suami kamu, maka dari itu, kamu mengejar tunanganku!!” Reihan, yang tidak bisa menahan lagi kemarahannya, menatap Tasya dengan tajam. “Cukup, Tasya! Jangan bersikap kasar seperti ini pada Nandia. Dia tidak salah apa-apa.” Tasya terperangah melihat sikap Reihan yang justru membela Nandia. “Jadi, kamu lebih memilih membela wanita ini daripada aku? Tunanganmu sendiri?” Reihan menatap Tasya dengan tatapan dingin. “Bukankah sudah kukat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

Bab 70

"Aku tidak akan tinggal diam, Nandia. Aku menyelidikinya lebih lanjut, kalau sampai bukti itu memang mengarah kesana, aku pastikan dia akan menyesal telah mengganggu seorang Reihan Adiwijaya.” Nandia tersenyum lemah, dia sangat tahu, kalau Reihan akan selalu melindunginya. Bahkan lelaki itu berdiri di garda paling depan saat semua keluarga Danu menghinanya dulu. Namun, masalah ini, lebih serius dari sekedar hinaan. Isu yang berkembang di masyarakat tentu akan mempengaruhi mental Niel, karena nama dia ikut disangkut pautkan. --- Sementara itu di tempat lain, seorang wanita tersenyum puas. Tak sia-sia dia membayar mahal sebuah redaksi untuk membuat berita ini viral dalam satu hari. "Heh! Jangan kalian pikir aku akan diam saja. Meski aku berada jauh dari kalian, aku tidak akan membiarkan kalian bahagia." Wanita itu pun mengeluarkan segepok uang kemudian dia berikan pada lelaki yang telah menjalankan perintahnya dengan baik. "Bos, kalau mereka melakukan test DNA, gosip ini p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

Bab 71

Danu baru saja selesai berbicara dengan pengacaranya di kantornya ketika ponselnya berdering. Saat melihat nama anak buahnya tertera di layar, wajahnya langsung berubah serius begitu mendengar suara di ujung telepon. "Tuan Danu, kami baru saja melihat Nyonya Nandia dan Tuan kecil Niel sedang bermain di taman. Tapi ada yang aneh, Tuan. Ada beberapa orang mencurigakan yang membawa kamera, sepertinya mereka wartawan." Wajah Danu seketika mengeras. Ia tahu betul apa artinya ini—gosip murahan tentang Nandia yang tak henti-hentinya beredar sudah sampai ke titik yang membahayakan keluarganya. Padahal, dia sudah menutup berita ini. Akan tetapi, wartawan itu tak henti-hentinya menguntit, mencari celah untuk mempermalukan mereka di depan publik, kini mulai mengganggu privasi mereka di tempat umum. “Galih, siapkan mobil. Kita harus segera ke taman. Wartawan mulai mengepung Nandia dan Niel,” ucapnya, nada suaranya tegas namun terdengar kemarahan terpendam. Galih, yang sudah terbiasa dengan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

Bab 72

Nandia tersentak ketika bibir Danu tiba-tiba menyentuh bibirnya. Detak jantungnya berdentam kencang, tubuhnya menegang dalam dekapan Danu. Di depan banyak orang, termasuk para wartawan yang masih berkerumun, ia benar-benar tak menyangka Danu akan melakukan hal seperti ini. Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, Danu akhirnya melepaskan ciumannya, matanya menatap Nandia dengan penuh kelembutan. Namun Nandia justru memalingkan wajahnya. Saat ini wajahnya sudah semerah tomat. Ingin rasanya dia menutupi wajahnya menghindari tatapan para wartawan karena malu akibat ulah Danu. “Danu… kamu ini…” bisiknya, sambil menundukkan wajah dan menyembunyikannya di dada sang suami. Danu tersenyum kecil, lalu merangkul pundak Nandia lebih erat. “Tenang, sayang. Aku cuma ingin mereka tahu, siapa wanita yang kucintai,” gumamnya pelan di telinga Nandia, membuat pipi wanita itu semakin memerah. Dengan cepat, Danu menggiring Nandia dan Niel ke dalam mobil yang sudah siap di pinggir jalan. Ketika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

Bab 73

Siang itu, Danu tiba di rumah ibunya, Lidia, dengan hati yang berdebar. Selama ini, dia jarang mengunjungi sang mama, terutama sejak Lidia terus mendesaknya untuk menikahi Diana. Terakhir, mereka bertemu di kantor saat sang Mama memberitahu kebusukan Diana. Namun kali ini, Danu ingin dia dan Nandia nanti hidup bahagia dengan restu sang mama. Dia tak ingin, antara Nandia dan mamanya terlibat lagi perselisihan, seperti sebelumnya. Dia berharap, mamanya bisa menerima Nandia dan Niel kali ini. Danu mengetuk pintu rumah Lidia dengan tangan bergetar. Beberapa saat kemudian, Lidia keluar. Sedikit terkejut melihat keberadaan putranya. Meski ragu, Lidia tetap menyuruh Danu masuk ke dalam. "Ada apa, Danu? Tumben kamu datang kemari?" tanya Lidia, sedikit dingin namun tetap tenang, duduk di ruang tamu sambil menatap Danu penuh kerinduan. Danu duduk di hadapannya dengan gugup. "Ma, aku datang karena aku ingin minta maaf, dan aku juga ingin meminta restu dari Mama." "Restu? Untuk apa?" Lidia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status