All Chapters of Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai: Chapter 21 - Chapter 30

112 Chapters

Bab 21

Di rumah keluarga Hadiwijaya, Lidia duduk di ruang tamu sambil memutar cangkir teh di tangannya. Ekspresinya keras, penuh dengan tekad. Di hadapannya, Diana duduk dengan tubuh yang sedikit tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut ibu Danu. Lidia sudah lama menaruh harapan besar pada Diana. Wanita itu adalah pilihan yang tepat untuk Danu—lemah lembut, penurut, dan setia. Namun, kenyataan bahwa putranya masih enggan mengambil langkah untuk menikahi Diana membuat Lidia semakin frustrasi."Diana," Lidia memulai dengan suara dingin namun tegas. "Aku sudah cukup sabar menunggu. Kamu juga sudah banyak berkorban untuk keluarga ini, terutama untuk Danu. Sekarang, saatnya kamu bertindak lebih agresif."Diana menelan ludah, merasa beban berat menimpa bahunya. "Tapi, Tante, aku—""Aku tidak mau mendengar alasan lagi," potong Lidia dengan nada memaksa. "Danu terlalu sibuk dengan urusannya, tapi aku yakin dia masih ada perasaan untukmu. Kamu harus lebih pintar memainkan peranmu. Dat
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Bab 22

Danu memandang layar ponselnya dengan raut wajah tegang. “Ini tentang perusahaan, ada masalah besar!” kata Galih, nada suaranya penuh kecemasan.Diana melangkah mendekat, mencoba memahami situasinya. "Danu, apa yang terjadi? Apa ada yang salah dengan perusahaan?"Namun, Danu tidak menanggapi. Dengan gerakan cepat, dia merogoh kunci mobil dari saku celananya dan berjalan keluar ruangan tanpa sepatah kata lagi. Diana mencoba mengejar, tapi langkah Danu sudah terlalu jauh. Melihat Danu telah pergi, Nandia pun akhirnya mengajak Niel kembali pulang. Bocah kecil itu menurut saja dengan apa yang disuruh oleh sang mama. Di dalam mobil, Nandia memejamkan matanya, berusaha mencari banyak stok kesabaran. Karena setelah ini, dia akan menghadapi kemarahan Danu akibat perbuatannya.---Danu memacu mobilnya menuju kantor dengan pikiran carut marut. Mendengar apa yang diucapkan Galih tadi, membuat dia sampai meninggalkan Diana begitu saja. Dia yakin, wanita itu sekarang pasti marah dan mengadu pada
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 23

Danu duduk di kursi kantor dengan tangan mengusap wajah, pikirannya masih tak tenang. Nama James terus berputar di kepalanya. Danu tidak pernah takut jika James menyerobot bisnisnya, tapi Nandia. Tidak! Dia tidak bisa menyerahkan Nandia begitu saja pada lelaki sekelas James. Sedari tadi, Danu memutar otaknya agar bisa menyaingi permainan licik James. Dering ponsel memecah keheningan di ruangan Danu. Tanpa ragu, dia mengangkatnya, berharap ada kabar baik dari Galih. Namun, suara asistennya justru membawa kabar yang semakin membakar amarahnya. "Tuan, saya sudah mendapat sedikit info, tapi ini belum sepenuhnya terverifikasi," suara Galih terdengar hati-hati di seberang. "Teruskan," desak Danu, nadanya tajam. "Nandia membatalkan kerja sama karena James menawarkan keuntungan yang lebih besar dari kita. Selain itu..." Galih terdiam, seolah ragu untuk melanjutkan. "Selain itu apa?" Danu mengepalkan tangannya, perasaannya mulai tidak enak. "James sepertinya juga menyukai Nandia, Tuan. D
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Bab 24

Danu memandang layar laptopnya dengan ekspresi dingin. Beberapa berkas yang telah dikumpulkan Galih sekarang terbuka di hadapannya, menampilkan seluruh bukti kelicikan James dalam beberapa transaksi bisnis terakhir. Mulai dari penggelapan aset hingga pemanipulasian kontrak kerja sama dengan berbagai perusahaan. Danu menggertakkan giginya, amarah semakin membara dalam hatinya. "Ini lebih buruk dari yang kuduga. Lelaki licik itu ternyata tidak lebih dari seorang pecundang. Aku tidak akan membiarkan kamu mengalahkanku, apalagi menghancurkan Nandia!" gumamnya. Dengan segera, Danu meraih ponselnya dan mengetik pesan singkat kepada Nandia, memintanya untuk bertemu. Sudah saatnya Nandia tahu dengan siapa dia berurusan. Meski perasaan terhadap Nandia bercampur antara kesal dan kecewa, dia tidak ingin perempuan itu terjebak lebih dalam dalam permainan kotor James. --- Beberapa jam kemudian, Nandia tiba di kafe tempat mereka berjanji bertemu. Wajahnya terlihat penuh pertanyaan, namun Da
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 25

Nandia, jika Danu tak bisa melihat betapa berharganya dirimu, biarkan aku yang menunjukkannya. Karena, sungguh, kau lebih indah dari sekadar kenangan atau penyesalan." Mata mereka bertemu. Ada magnet tak terlihat di antara keduanya, membuat Nandia sulit berpikir jernih. "Percayalah, di sisiku, kau bukan hanya mitra bisnis," tambah James, kali ini suaranya sangat lembut. "Kau akan jadi ratu—ratu dari setiap mimpi dan ambisi yang bisa kita capai bersama." Nandia ingin menolak. Ingin mengatakan bahwa semua ini hanyalah permainan kata-kata. Tapi di bawah tatapan tajam dan senyum menawan James, semua pertahanan terasa rapuh. James menyentuh tangannya sekali lagi, kali ini lebih lama. "Jadi, bagaimana?" tanyanya pelan namun pasti. "Izinkan aku menjadi alasan senyummu, Nandia." Nandia menggigit bibirnya. "Apa kau yakin ini pilihan tepat, James? Situasinya tidak mudah, apalagi, aku memutuskan kerjasama dengan Danu karenamu..." James menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tak lepas dari
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 26

Danu berdiri di depan pintu apartemen Diana, berusaha menenangkan dirinya. Pikirannya masih berkecamuk setelah pesan dari Nandia. Dia hampir membalas pesan itu ketika telepon dari Lidia datang, meminta dia memenuhi undangan Diana malam ini. “Dengarkan aku, Danu. Diana punya pengaruh besar dalam dunia bisnis. Jangan tolak. Aku tahu kamu sibuk, tapi sekali ini saja, anggap saja sebagai kerja sama,” Lidia memperingatkannya dengan nada tegas.Danu menghela napas panjang dan mengetuk pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka, menampilkan Diana dalam balutan gaun merah panjang tanpa lengan, dengan belahan bawah hingga paha dan potongan dada yang rendah. Tak lupa senyum tipisnya yang menggoda."Masuklah, Danu," Diana mempersilakan dengan suara lembut, tapi mata birunya menyiratkan sesuatu yang lebih.Danu memasuki apartemen mewah itu dengan langkah kaku. Diana memperhatikan gerak-geriknya, seperti seekor kucing yang bermain dengan mangsanya. "Kamu datang tepat waktu," katanya sambil menutup pi
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 27

Galih berdiri di depan pintu apartemen Diana, mengetuk dengan tegas, tetapi tetap sopan. Di dalam, Diana memutar bola matanya kesal. “Siapa yang menggangguku?” gumamnya. Danu yang setengah sadar terbaring di sofa, terlihat lemah dan kehilangan kendali. Diana menatapnya dengan ekspresi kecewa, sadar momen yang ia rencanakan dengan sempurna kini berada di ambang kehancuran. “Siapa itu?” suara Danu terdengar serak, namun Diana mendekat, menyentuh bibir pria itu lembut dan berbisik, “Jangan pedulikan. Kita hanya perlu sedikit lebih lama.” Tapi ketukan semakin keras. Danu pun menyuruh Diana membuka pintu. Dengan wajah bersungut kesal, Diana pun bangkit dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu apartemennya. Saat pintu iy terbuka, muncul wajah seseorang yang sangat tak ingin Diana lihat. "Kamu!" --- Beberapa Jam Sebelumnya Di dalam mobil hitam yang berhenti di depan gedung apartemen, Galih melihat gelagat aneh dari bosnya. Danu tampak gelisah, menggigit bibir, sesekali memeg
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 28

Nandia menatap tubuh Danu yang terkulai di lantai dengan panik. Nafasnya terengah-engah, dan seluruh tubuhnya gemetar. “Danu! Bangun!” serunya, mengguncang bahu pria itu. Tapi Danu tak merespons, hanya terdengar helaan nafas lemah dari bibirnya yang pucat. “Astaga…” Nandia bergumam dengan cemas. Tanpa pikir panjang, dia memanggil Asih, asisten rumah tangga yang baru saja selesai membereskan dapur. “Asih, cepat bantu saya! Bawa dia ke kamar tamu!” perintah Nandia dengan suara mendesak. “Asih angguk cepat dan menghampiri. Bersama-sama, mereka mengangkat tubuh Danu dan membaringkannya di ranjang kamar tamu. Nandia menatap wajah Danu yang pucat dan keringat dingin yang mengucur deras dari dahinya. Ada sesuatu yang salah—sangat salah. --- Nandia segera meraih ponselnya dan menelepon dokter langganannya. “Dokter, saya butuh Anda datang sekarang. Ini darurat. Seorang teman pingsan tiba-tiba setelah terlihat terlalu bergairah.” Beberapa menit kemudian, suara bel rumah berbunyi. N
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 29

Nandia mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Diana. Wanita itu pun memberikan handphone-nya pada Galih. “Galih, kamu lihat ini. Apa maksud Diana dengan mengirimiku pesan seperti ini?" tanyanya. Galih menatap sekilas pesan itu. Mulai mengerti dengan apa yang sedang dimainkan oleh Diana. “Nyonya, saya tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Nona Diana. Hanya saja, saya sudah bisa membaca langkahnya. Cuma, saya tidak berani mengatakannya pada Tuan. Mungkin, Nyonya bisa mencegahnya-" Galih berhenti sejenak, tampak ragu untuk melanjutkan. Nandia mengerutkan kening, semakin penasaran. “Apa maksud kamu, Galih? Bicara yang jelas!” Galih menatap Nandia dengan penuh simpati, lalu duduk di kursi sampingnya. “Setelah Nyonya pergi, Tuan Danu sangat terpukul. Saya tidak pernah melihatnya begitu hancur sebelumnya. Awalnya dia mencoba kuat, tapi setelah beberapa bulan... dia mulai menjauh dari semua orang. Terutama Nyonya Lidia.Mereka sering kali bertengkar tiap kali bertemu. Nona Di
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

bab 30

Nandia berjalan keluar dari ruang dokter dengan wajah cemas. Kabar tentang kondisi Danu memang mengejutkan, tapi dia memutuskan untuk tidak larut dalam emosi. Saat dia kembali menuju kamar rawat Danu, langkahnya terhenti begitu melihat sosok Diana berdiri di depan pintu kamar dengan senyum sinis yang membuat emosinya kembali naik. "Ah, Nandia... Kamu sudah di sini rupanya. Terima kasih ya, sudah merawat tunanganku," sapa Diana dengan nada manis, tapi penuh ejekan. Nandia menatap tajam. “Apa yang kamu lakukan di sini, Diana?” Diana melangkah maju, wajahnya dipenuhi kesombongan seolah-olah dia istri sah Danu. “Tentu saja aku datang untuk menjemput Danu. Bagaimanapun, aku ini tunangannya.” Kalimat itu membuat dia tak sanggup lagi menahan emosinya. Namun, dia berusaha untuk meredamnya. Dia harus bisa bermain licik sama seperti halnya Diana. “Danu masih butuh perawatan. Dia nggak bisa pergi dari rumah sakit sekarang.” Diana tertawa kecil. “Oh? Kamu masih peduli, ya? Aneh sekali,
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status