Lalita lantas tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya itu. "Ngaco, mana mungkin Mario!” Tawa wanita itu terdengar begitu lepas dan renyah. “Dia CEO sedangkan aku hanya Upik Abu.”Melihat hal itu, Mario jadi tersenyum. “Begitu? Kalian terlihat sangat akrab. Aku kira, kamu menyukainya,” ulang pria itu.“Tidak mungkin,” sanggah Lalita lagi. “Pun kalau aku suka pada CEO-CEO itu, sudah pasti aku akan patah hati duluan, Mario.”Lalita tertawa. Kali ini, terdengar lebih dibuat-buat. Sebab, dia mulai merasakan… mungkin sebentar lagi dia akan merasakan patah hati.Bukan karena Rangga, tapi karena CEO dingin yang sudah menjeratnya dalam pernikahan. Lalita sendiri masih belum berani menyimpulkan, akan tetapi… dia mulai khawatir bibit cinta mulai bersemi di hatinya.Absennya Arga di kantor membuat pekerjaan Lalita jadi lebih ringan. Dia bahkan bisa pulang teng go, di luar kebiasaannya ketika ada sang atasan.Seharian ini, alih-alih bekerja Lalita justru terlihat lebih sering membaca. Bahkan hingg
Baca selengkapnya