Home / CEO / The CEO's Baby Project / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of The CEO's Baby Project: Chapter 11 - Chapter 20

76 Chapters

11. Sisi Lain

Tamara melangkah keluar dengan wajah yang sudah lebih tenang meski masih ada sedikit rona merah di pipinya. Sementara itu, Davis sudah berpakaian lengkap. Cukup lama Tamara berada di kamar mandi karena dia masih harus mencoba untuk melupakan insiden sebelumnya."Kau sudah selesai? Bagaimana kalau kita makan siang?" ujarnya sambil menghampiri Tamara yang baru keluar.Tamara mengangguk, masih merasa sedikit canggung. Davis kemudian melangkah, memimpin mereka menuju ruang makan yang terletak di lantai bawah.Mereka berjalan menyusuri koridor yang berlapis karpet tebal dengan ornamen klasik di sepanjang dinding. Setiap langkah terasa ringan, seolah dunia di luar tak ada artinya dibandingkan dengan suasana tenang di dalam penginapan mewah ini.Begitu tiba di ruang makan, mata Tamara melebar saat melihat meja panjang yang sudah dipenuhi hidangan lezat. Berbagai macam makanan tersaji rapi di atas piring-piring besar. Aroma harum dari makanan yang baru saja disiapkan memenuhi ruangan, membuat
Read more

12. Mimpi Buruk

Aku lega karena ternyata mereka langsung menjalankan operasi untuk Cale. Tapi aku benar-benar tidak menyangka kalau prosesnya akan secepat ini… Tamara membatin. Wanita itu diam sambil memperhatikan pesan yang baru saja dikirimkan oleh ibunya.“Apakah ada sesuatu?” tanya Davis yang melihat wajah Tamara tampak begitu serius memperhatikan ponselnya. Suara Davis seketika menyita perhatian Tamara.“Tidak ada.” Tamara mematikan ponselnya lantas beralih meneguk tehnya untuk yang terakhir. Tak lama, wanita itu lantas beranjak dari tempat duduknya. “Aku mulai mengantuk. Aku tidur duluan, ya.”“Baiklah, aku akan menyusul begitu tehku habis.”Tamara beranjak meninggalkan Davis seorang diri di sana. Membiarkan pria itu menikmati tehnya serta pemandangan laut malam.*Davis spontan membuka kedua matanya. Keringat dingin membasahi dahinya, dan napasnya terengah-engah seolah baru saja berlari jauh. Dengan wajah resah, dia terduduk di ranjang, mencoba mengatur napas yang tak beraturan. Tangannya mera
Read more

13. Gelang

Davis membaca pesan itu dengan perasaan bercampur aduk. Ketika dia mengecek jam di ponselnya, dia baru menyadari betapa terlambatnya dia bangun. Sudah lewat tengah hari, dan itu berarti dia telah melewatkan sarapan, dan bahkan makan siang.Sial, pikirnya. Akibat dia baru bisa tidur jam tiga pagi, Davis jadi tertidur terlalu lama.Dengan cepat, Davis menuju kamar mandi, mencuci wajahnya untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih tersisa. Dia kemudian segera bersiap untuk menyusul Tamara. Namun sebelum berangkat, Davis memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Dia tidak ingin pergi dengan perut kosong.Di ruang makan, beberapa pelayan sudah mempersiapkan segalanya. Seorang pelayan dengan sigap menghampirinya, menawarkan berbagai pilihan menu yang telah disiapkan. Sambil menunggu makanannya disajikan, Davis sempat bertanya kepada salah satu pelayan tentang keberadaan Tamara."Apakah kau tahu ke mana Tamara pergi?" tanya Davis dengan nada yang tenang."Beberapa saat yang lalu, nona Ta
Read more

14. Penyelamat

"Tolong! Tolong!" Tamara berteriak sekuat tenaga, berusaha agar suaranya terdengar di atas deru ombak. Dia mengayunkan tangan dan kakinya, mencoba menggapai apapun yang bisa menyelamatkannya, tapi ombak yang semakin besar terus menariknya ke tengah.Dengan setiap detik yang berlalu, Tamara semakin merasa putus asa. Tenaganya mulai habis, dan kesadarannya mulai menipis. Dia hanya bisa berharap, di tengah kepanikannya, ada seseorang yang mendengar teriakannya dan datang menolongnya sebelum semuanya terlambat.*Pria itu beranjak bangkit dari kursinya dengan mantap, lalu menjabat tangan kliennya yang tersenyum puas. "Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Carson dengan nada tenang namun tegas.Rapat penting itu telah berakhir dengan sukses, dan setelah ini, Carson berencana untuk kembali ke penginapan dan memeriksa ulang semua data yang telah disusunnya.Sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas meja, Carson memasukkan dokumen-dokumen ke dalam tas kulitnya. Namun, di tengah
Read more

15. Siapa Dia?

Namun, sebelum Tamara bisa lebih jauh menyalahkan dirinya sendiri, suara Carson kembali menyadarkannya. "Kau yakin kau baik-baik saja? Mungkin sebaiknya aku membawamu ke rumah sakit. Kau terlihat sangat pucat," ujar Carson, masih dengan nada khawatir.Tamara terdiam lagi, pikirannya langsung tertuju pada Davis. Jika dia sampai dibawa ke rumah sakit, Davis pasti akan cemas luar biasa. Dia juga mungkin akan marah karena Tamara pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Tamara menimbang-nimbang sejenak, lalu memutuskan untuk menolak tawaran Carson."Tidak perlu, aku baik-baik saja," jawab Tamara dengan suara yang masih agak serak. "Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan nyawaku. Aku berhutang nyawa padamu."Carson menggelengkan kepala, "Tidak perlu memikirkannya. Yang terpenting kau selamat sekarang. Aku senang bisa membantumu."Mata Tamara kembali menatap Carson dengan rasa terima kasih yang mendalam. Dia tahu bahwa tanpa kehadiran Carson, kemungkinan besar dia tidak akan berada di sini
Read more

16. Melanggar Kontrak

“Kau tenggelam? Bagaimana bisa?” Davis menatap Tamara dengan wajah cemas.“Akan aku ceritakan semuanya nanti. Sekarang lebih baik kita masuk dulu…” Tamara mencoba untuk membawa Davis masuk agar dia bisa menjelaskan semuanya.“Terima kasih karena kau sudah menolong bahkan sampai mengantarkanku pulang. Aku sungguh berhutang budi padamu. Lain kali, jika kita bertemu lagi, aku akan membalas kebaikanmu, dan karena aku sudah sampai dengan selamat, maka kau boleh kembali,” ujar Tamara pada Carson.“Baiklah, kalau begitu sampai jumpa!” Carson tersenyum.Tamara kemudian beranjak masuk ke penginapan bersama Davis yang masih tampak sedikit kesal. Carson terdiam sesaat sambil menatap Tamara yang terus berjalan hingga akhirnya menghilang dari pandangannya.Tak lama setelahnya, Carson lantas pergi dari sana. Dia harus segera kembali ke cafe untuk mengambil berkas-berkasnya yang tertinggal di sana, lalu kembali ke penginapannya sendiri.*Davis menutup pintu kamar dengan rapat. Sekarang, hanya ada m
Read more

17. Rasa Bersalah

Lilya menggandeng tangan Tamara, membimbingnya dengan langkah-langkah tenang menyusuri jalan setapak yang mengarah ke pantai. Sinar matahari yang mulai meredup memberi kilauan lembut pada ombak yang perlahan-lahan menyapu pasir.Tamara tidak tahu ke mana Lilya akan membawanya, namun hatinya dipenuhi rasa penasaran. Mereka berjalan tak jauh dari penginapan, dan suara deburan ombak semakin terdengar jelas di telinga.Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah tempat yang tak disangka-sangka oleh Tamara. Di hadapannya terbentang pemandangan yang menakjubkan.Di bibir pantai, tepat di bawah naungan pohon kelapa yang rindang, berdiri sebuah meja yang telah dihiasi dengan sangat indah. Meja itu ditata rapi dengan taplak putih yang anggun, lilin-lilin kecil yang disusun dengan begitu rapi, serta rangkaian bunga mawar merah yang segar. Kursi-kursi di sekelilingnya dilapisi kain sutra, memberikan sentuhan romantis yang sempurna.Tamara terdiam, matanya terpaku pada pemandangan itu. Ia tidak
Read more

18. Hukuman

Davis menarik Tamara ke dalam pelukannya, bibirnya menempel penuh gairah di bibir Tamara.Tamara terkejut dengan tindakan mendadak itu. Dia mencoba mendorong Davis menjauh, tetapi pria itu tidak memberikan ruang sedikit pun. Genggaman tangan Davis kuat, seolah tidak ada niat untuk melepaskan Tamara. Setiap kali Tamara mencoba berbicara atau menghentikannya, Davis hanya semakin mendalam mengekspresikan perasaannya melalui ciuman yang penuh hasrat.Sementara bibir Davis sibuk melumat bibirnya, dan satu tangan mendekapnya, tangan Davis yang lain kini sibuk menyelinap masuk ke dalam pakaiannya, membuat Tamara semakin terdesak hingga tidak bisa berbuat banyak.Dengan cepat, Davis memutuskan untuk membawa Tamara menuju kamar mereka. Langkahnya mantap dan tanpa ragu. Tamara hanya bisa pasrah, tubuhnya diangkut dalam pelukan Davis dengan lembut namun kuat. Ketika sampai di kamar, Davis langsung membaringkan Tamara di ranjang dengan lembut, tetapi gerakan itu tetap tegas.Davis tidak memberi w
Read more

19. Pertanyaan

“Kau melanggar kontrak kemarin, dan aku akan menghukummu atas itu,” bisik Davis dengan nada yang lebih gelap.Tanpa memberi kesempatan bagi Tamara untuk merespons, Davis langsung mencium bibirnya dengan begitu ganas. Tangannya mencengkeram Tamara dengan erat, membuat wanita itu semakin tak berdaya.Tamara mencoba meronta, tapi ciuman Davis semakin mendalam. Tamara bisa merasakan kegelisahan dan kemarahan yang memancar dari Davis, namun di balik semua itu, dia juga bisa merasakan keinginan yang kuat dari pria itu. Keinginan yang sama sekali tak terelakkan.Ciuman Davis lantas beranjak turun, kembali menyusuri tengkuknya. Menjamah setiap inci kulitnya yang masih meninggalkan bekas kissmark dari percintaan mereka semalam.Tamara menghela napas panjang sambil mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Davis, kita sudah melakukannya sepanjang malam. Apakah itu cukup?” bisiknya di antara desahan.Davis yang saat itu tengah menciumi tengkuknya dengan penuh gairah, mendadak berhenti. P
Read more

20. Alasan Tamara

Tamara terdiam mendengar pertanyaan itu. Perasaannya bercampur aduk; antara keinginan untuk jujur dan ketakutan akan reaksi Davis. Dia ragu-ragu, menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan semuanya atau tidak. Namun, melihat Davis yang tampak tenang dan suasana hati yang tampaknya sedang baik, Tamara merasa tidak ada salahnya untuk mengungkapkan yang sebenarnya.Tamara menghela napas pelan, mencoba mengumpulkan keberanian. Setelah merasa lebih tenang, dia lantas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin hingga membuat insiden itu bisa terjadi.Davis mendengarkan dengan seksama, matanya tak lepas dari wajah Tamara, seolah mencoba membaca setiap ekspresi yang muncul. Tapi tak lama, Davis menghela napas panjang setelah mendengar semua cerita Tamara hingga akhir. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa insiden itu terjadi karena hal yang tampaknya sepele.“Jadi itu sebabnya, kau sampai hampir mati tenggelam?” Davis berkata pelan. Dari aura yang keluar dari tubuhnya, Tamara merasa
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status