Home / CEO / The CEO's Baby Project / 16. Melanggar Kontrak

Share

16. Melanggar Kontrak

Author: Alpha Arietis
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kau tenggelam? Bagaimana bisa?” Davis menatap Tamara dengan wajah cemas.

“Akan aku ceritakan semuanya nanti. Sekarang lebih baik kita masuk dulu…” Tamara mencoba untuk membawa Davis masuk agar dia bisa menjelaskan semuanya.

“Terima kasih karena kau sudah menolong bahkan sampai mengantarkanku pulang. Aku sungguh berhutang budi padamu. Lain kali, jika kita bertemu lagi, aku akan membalas kebaikanmu, dan karena aku sudah sampai dengan selamat, maka kau boleh kembali,” ujar Tamara pada Carson.

“Baiklah, kalau begitu sampai jumpa!” Carson tersenyum.

Tamara kemudian beranjak masuk ke penginapan bersama Davis yang masih tampak sedikit kesal. Carson terdiam sesaat sambil menatap Tamara yang terus berjalan hingga akhirnya menghilang dari pandangannya.

Tak lama setelahnya, Carson lantas pergi dari sana. Dia harus segera kembali ke cafe untuk mengambil berkas-berkasnya yang tertinggal di sana, lalu kembali ke penginapannya sendiri.

*

Davis menutup pintu kamar dengan rapat. Sekarang, hanya ada m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The CEO's Baby Project   17. Rasa Bersalah

    Lilya menggandeng tangan Tamara, membimbingnya dengan langkah-langkah tenang menyusuri jalan setapak yang mengarah ke pantai. Sinar matahari yang mulai meredup memberi kilauan lembut pada ombak yang perlahan-lahan menyapu pasir.Tamara tidak tahu ke mana Lilya akan membawanya, namun hatinya dipenuhi rasa penasaran. Mereka berjalan tak jauh dari penginapan, dan suara deburan ombak semakin terdengar jelas di telinga.Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah tempat yang tak disangka-sangka oleh Tamara. Di hadapannya terbentang pemandangan yang menakjubkan.Di bibir pantai, tepat di bawah naungan pohon kelapa yang rindang, berdiri sebuah meja yang telah dihiasi dengan sangat indah. Meja itu ditata rapi dengan taplak putih yang anggun, lilin-lilin kecil yang disusun dengan begitu rapi, serta rangkaian bunga mawar merah yang segar. Kursi-kursi di sekelilingnya dilapisi kain sutra, memberikan sentuhan romantis yang sempurna.Tamara terdiam, matanya terpaku pada pemandangan itu. Ia tidak

  • The CEO's Baby Project   18. Hukuman

    Davis menarik Tamara ke dalam pelukannya, bibirnya menempel penuh gairah di bibir Tamara.Tamara terkejut dengan tindakan mendadak itu. Dia mencoba mendorong Davis menjauh, tetapi pria itu tidak memberikan ruang sedikit pun. Genggaman tangan Davis kuat, seolah tidak ada niat untuk melepaskan Tamara. Setiap kali Tamara mencoba berbicara atau menghentikannya, Davis hanya semakin mendalam mengekspresikan perasaannya melalui ciuman yang penuh hasrat.Sementara bibir Davis sibuk melumat bibirnya, dan satu tangan mendekapnya, tangan Davis yang lain kini sibuk menyelinap masuk ke dalam pakaiannya, membuat Tamara semakin terdesak hingga tidak bisa berbuat banyak.Dengan cepat, Davis memutuskan untuk membawa Tamara menuju kamar mereka. Langkahnya mantap dan tanpa ragu. Tamara hanya bisa pasrah, tubuhnya diangkut dalam pelukan Davis dengan lembut namun kuat. Ketika sampai di kamar, Davis langsung membaringkan Tamara di ranjang dengan lembut, tetapi gerakan itu tetap tegas.Davis tidak memberi w

  • The CEO's Baby Project   19. Pertanyaan

    “Kau melanggar kontrak kemarin, dan aku akan menghukummu atas itu,” bisik Davis dengan nada yang lebih gelap.Tanpa memberi kesempatan bagi Tamara untuk merespons, Davis langsung mencium bibirnya dengan begitu ganas. Tangannya mencengkeram Tamara dengan erat, membuat wanita itu semakin tak berdaya.Tamara mencoba meronta, tapi ciuman Davis semakin mendalam. Tamara bisa merasakan kegelisahan dan kemarahan yang memancar dari Davis, namun di balik semua itu, dia juga bisa merasakan keinginan yang kuat dari pria itu. Keinginan yang sama sekali tak terelakkan.Ciuman Davis lantas beranjak turun, kembali menyusuri tengkuknya. Menjamah setiap inci kulitnya yang masih meninggalkan bekas kissmark dari percintaan mereka semalam.Tamara menghela napas panjang sambil mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Davis, kita sudah melakukannya sepanjang malam. Apakah itu cukup?” bisiknya di antara desahan.Davis yang saat itu tengah menciumi tengkuknya dengan penuh gairah, mendadak berhenti. P

  • The CEO's Baby Project   20. Alasan Tamara

    Tamara terdiam mendengar pertanyaan itu. Perasaannya bercampur aduk; antara keinginan untuk jujur dan ketakutan akan reaksi Davis. Dia ragu-ragu, menimbang-nimbang apakah dia harus menceritakan semuanya atau tidak. Namun, melihat Davis yang tampak tenang dan suasana hati yang tampaknya sedang baik, Tamara merasa tidak ada salahnya untuk mengungkapkan yang sebenarnya.Tamara menghela napas pelan, mencoba mengumpulkan keberanian. Setelah merasa lebih tenang, dia lantas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin hingga membuat insiden itu bisa terjadi.Davis mendengarkan dengan seksama, matanya tak lepas dari wajah Tamara, seolah mencoba membaca setiap ekspresi yang muncul. Tapi tak lama, Davis menghela napas panjang setelah mendengar semua cerita Tamara hingga akhir. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa insiden itu terjadi karena hal yang tampaknya sepele.“Jadi itu sebabnya, kau sampai hampir mati tenggelam?” Davis berkata pelan. Dari aura yang keluar dari tubuhnya, Tamara merasa

  • The CEO's Baby Project   21. Mencari Gelang

    Davis terdiam merenungi kata-kata yang sebelumnya dia lontarkan. Ucapannya terhadap Tamara sebenarnya juga berlaku untuk dirinya sendiri. Davis merasa ada cermin di antara mereka yang memperlihatkan refleksi dirinya.Hal ini membuatnya teringat kembali akan pertanyaan Fabio yang pernah terlontar padanya. Dia yang awalnya merasa kebingungan mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Fabio beberapa waktu lalu. Kini merasa seolah dia mulai menemukan jawaban atas pertanyaan itu.Setelah perasaan gusarnya mereda, Davis memutuskan untuk kembali ke penginapan. Malam mulai merangkak naik, dan dia menyadari betapa waktu berlalu begitu cepat.Hampir seharian penuh dia menghabiskan waktu di luar, meninggalkan Tamara dengan sifat keras kepalanya yang entah sekarang sedang apa di penginapan.Davis menarik napas panjang, menenangkan diri, dan beranjak dari bar tempat dia duduk merenung.Sepanjang perjalanan menuju penginapan, Davis bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang dilakukan Tamara sekara

  • The CEO's Baby Project   22. Demam

    Hatinya diliputi ketakutan yang mendalam saat merasakan suhu tubuh Tamara yang sangat tinggi. “Sial, kau demam!” gumam Davis, kesadarannya mulai dipenuhi dengan kekhawatiran.Tanpa berpikir panjang, Davis langsung mengangkat tubuh Tamara ke dalam gendongannya. Dia bergegas naik dari kolam, air menetes dari pakaian mereka yang basah kuyup. “Lilya, cepat panggil dokter! Tamara demam tinggi!” perintah Davis dengan nada mendesak, wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi penuh kekhawatiran.Lilya mengangguk cepat, lalu bergegas menuju pergi untuk mencari bantuan. Sementara itu, Davis membawa Tamara menuju kamar, langkahnya tergesa-gesa namun tetap hati-hati agar tidak memperburuk kondisi Tamara.Begitu tiba di kamar, Davis segera membaringkan Tamara di ranjang dengan lembut, mencoba menenangkan dirinya meski kepanikan terus melanda pikirannya.*Davis terdiam, memandang wajah Tamara yang terbaring lemah di atas ranjang. Rasa cemas membayangi setiap pikirannya. Dokter yang baru sa

  • The CEO's Baby Project   23. Biar Aku Menyuapimu

    Tamara terdiam, wajahnya dipenuhi kebingungan. Dia tidak mengerti kenapa sikap Davis tiba-tiba berubah drastis terhadapnya. Sejak dia terbangun dari pingsan, semuanya terasa berbeda. Davis menjadi begitu perhatian dan lembut, sebuah sikap yang membuat Tamara merasa asing.Lamunannya buyar ketika pintu kamar terbuka. Lilya melangkah masuk dengan membawa troli makanan yang berisi sarapan untuk Tamara. Di atasnya, ada semangkuk bubur yang tampak hangat, tepat untuk kondisinya yang masih lemah. Lilya mendekat, mendorong troli ke sisi ranjang Tamara."Nyonya, saya membawakan semangkuk bubur untuk anda.”“Terima kasih, Lilya.”“Omong-omong, bagaimana perasaan anda sekarang? Apakah anda sudah merasa lebih baik?" tanya Lilya dengan nada penuh kekhawatiran.Tamara mengangguk pelan sebagai jawaban. "Hanya masih sedikit pusing. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa?"Lilya menatap Tamara sejenak sebelum menjelaskan dengan hati-hati. "Kemarin, anda pingsan sa

  • The CEO's Baby Project   24. Kebahagiaan Kecil

    Davis baru saja selesai mengenakan pakaian lengkap setelah mandi. Namun, meski telah bersiap sepenuhnya, langkahnya tertahan ketika matanya tertuju pada sosok Tamara yang masih terbaring lemah di atas ranjang.Tamara terlihat sangat lemah, wajahnya pucat dan napasnya terdengar halus. Davis terdiam, memperhatikan setiap detail wajah wanita itu. Dalam keheningan seperti ini, kecantikan Tamara tampak lebih mencolok. Ada kehangatan dan ketenangan yang terpancar dari wajahnya, meskipun kondisi tubuhnya sedang tak berdaya.Perlahan, Davis mendekat dan duduk di tepi ranjang, pandangannya masih tertuju pada Tamara. Wajah wanita itu begitu damai, jauh berbeda dari biasanya. Seakan-akan, dalam tidur, semua masalah dan beban hidupnya menghilang sejenak, meninggalkan hanya kedamaian.Tatapan Davis kemudian beralih ke arah meja kecil di samping tempat tidur. Di sana, tergeletak sebuah gelang yang baru saja ditemukannya. Gelang itu terlihat biasa saja, terbuat dari tali kulit dengan sebuah liontin

Latest chapter

  • The CEO's Baby Project   75. Kembali

    Bellatrix menghela napas dalam-dalam. Udara malam yang begitu dingin terasa begitu menusuk hingga membuatnya tidak tahan berlama-lama di luar. Wanita paruh baya itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung tempat dimana biasa anak-anak buahnya berkumpul. Tiba di sana, kedatangannya langsung disambut oleh Ollie yang sudah menunggunya sejak tadi.“Selamat malam, nyonya.”“Tidak perlu basa-basi. Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Langsung antarkan saja aku pada mereka!” ucap Bellatrix tanpa menoleh sama sekali. Wanita berpakaian serba hitam itu kini berjalan dengan tergesa-gesa dengan Ollie yang mencoba mengimbangi langkahnya.“Mereka sudah menunggu di ruang biasa, nyonya. Begitu tiba, aku langsung meminta mereka berkumpul di sana sesuai dengan permintaan anda.”“Bagus! Lalu bagaimana dengan tugas lain yang aku berikan padamu?”“Saya sudah berhasil mendapatkan informasi yang anda minta. Hanya saja…, ada beberapa hal, nyonya,” gumam Ollie dengan kepala tertunduk. Bellatrix yang mendeng

  • The CEO's Baby Project   74. Antara Janji Dan Perasaan

    “Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku, sayang?” Bellatrix menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini memasang ekspresi serius seperti ini.“Kau sudah tahu kalau dia kembali, kan?” Hailey melontarkan pertanyaan retoris. Bellatrix sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Akan tetapi, walau terlihat begitu jelas, dia masih tetap berusaha untuk tenang seolah tidak mengerti dengan maksud dari perkataannya.“Apa maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku. Orang yang selama ini menjadi penghalang! Kau sudah tahu dia kembali, kan? Maka dari itu, kau meneleponku kemarin, ya kan?” Hailey menatap wajah Bellatrix intens. Dugaannya tidak akan mungkin salah. Bellatrix pasti sudah bertemu dengan Serena. Itulah kenapa dia meneleponnya kemarin.“I-Itu…, darimana kau tahu? Apakah jangan-jangan kau…”“Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Sekarang aku mengerti alasan kenapa kau menghubungiku kemarin. Itu pasti karena kau suda

  • The CEO's Baby Project   73. Dilema

    Hugh terdiam memandang Serena yang kini duduk di hadapannya sambil melahap makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka. “Bagaimana? Kau menyukainya?” tanya Hugh, sambil menunggu respon darinya.Serena mengunyah makanan di mulutnya sebelum mengutarakan pendapatnya. “Ini enak. Aku menyukainya.” Serena tersenyum simpul.“Sudah aku duga kau pasti akan menyukainya!”“Darimana kau tahu ada restoran seenak ini?”“Aku tidak sengaja menemukannya ketika aku dan Shawn pergi ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Tempat ini sangat ramai, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk berkunjung ke sini. Selain itu, aku juga sempat melihat review di internet tentang restoran ini, dan ternyata memang bagus.”“Oh, begitu… tapi ini sungguh enak!” Serena kembali melahap makanannya. Sekarang ini, Serena dan Hugh sedang berada di restoran. Mereka sedang menikmati waktu makan siang bersama. Saat di rumah, Hugh melihat Serena sangat kelelahan dengan pekerjaannya, dan karena sudah saatnya jam makan siang,

  • The CEO's Baby Project   72. Tidak Akan Menyerah

    “Kalau begitu, saya permisi.” Aiden tersenyum lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Dia berniat untuk menemui putrinya sebelum meninggalkannya, dan membiarkan dia belajar bersama teman-teman barunya.Langkah Aiden mendadak terhenti saat dia melihat Rhys yang berdiri di koridor dengan wajah panik. Pria itu tampak kebingungan mencari sesuatu. Karena tidak melihat Loui bersamanya, Aiden bergegas menghampiri pria itu. “Rhys!”“Aiden, gawat!” Rhys mendekat dengan wajah cemas. “Loui hilang.”“Apa?” Aiden membelalakan mata begitu mendengar penuturannya barusan. “Tadi aku meninggalkan barangku di mobil, dan aku berniat untuk mengambilnya. Tapi Loui tidak mau dan bersikeras ingin menunggu di sini, jadi aku memintanya untuk duduk di sini sebentar sementara aku pergi. Begitu aku kembali, dia sudah tidak ada.”“Astaga, kau seharusnya tidak boleh lengah. Loui itu anak yang tidak bisa diam. Sekarang ayo cari dia sebelum dia melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya!” Aiden dan Rhys lantas

  • The CEO's Baby Project   71. Penolakan

    “Jadi maksudmu adalah wanita jalang itu tidak sendirian?” Bellatrix mengalihkan perhatiannya pada Ollie. Lelaki itu sudah menjelaskan semuanya, dan begitu Bellatrix mengetahui cerita lengkap dari Ollie, dia segera meminta Ollie pulang.“Betul, nyonya. Dan sepertinya dia yang melindunginya selama ini.”Bellatrix termangu sambil mencerna ucapan Ollie barusan. Dia sungguh tidak menyangka kalau Serena akan memiliki seorang pelindung seperti yang diceritakan Ollie. Siapa pria yang dia maksud sebenarnya? Tidak mungkin itu Rhys, kan?“Aku ingin kau terus memantau Serena! Ikuti dia secara diam-diam dan terus pantau dia. Selain itu, coba juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lelaki yang kau maksud. Cari tahu siapa namanya, bagaimana latar belakangnya, dan berikan aku seluruh detail informasi tentangnya. Pokoknya aku harus tahu semua yang tentang lelaki itu, agar aku bisa menilai apakah pria ini bisa menjadi ancaman atau tidak. Jika dia tidak menjadi ancaman, maka kita aka

  • The CEO's Baby Project   70. Pernyataan Cinta

    Ollie melirik jam di ponselnya. Sudah hampir lewat dari jam pulang kantor, dan wanita yang menjadi targetnya sama sekali belum juga terlihat. Matanya yang terus mengawasi semakin sadar bahwa pegawai kantor yang ada semakin berkurang.Ada yang aneh, sepertinya aku harus memastikannya. Ollie melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Begitu tiba di dalam, dia dapat melihat beberapa pegawai yang baru tiba di lobi dan sedang berjalan mengarah ke pintu dimana dia datang.Tepat saat matanya mengedar ke sekeliling, Ollie menangkap pemandangan tidak biasa. Matanya melihat seorang pegawai wanita yang berjalan menuju arah yang berbeda dari pegawai yang lain. Begitu diamati lebih seksama, Ollie baru sadar bahwa wanita yang dilihatnya adalah Serena. Orang yang ditunggunya sejak tadi. Sial! Sepertinya dia sudah sadar bahwa aku mengikutinya sejak tadi. Kalau sampai nyonya Bellatrix tahu, maka ini akan menjadi masalah besar. Aku harus segera mengikutinya!Ollie mempercepat langkah kakin

  • The CEO's Baby Project   69. Larangan

    “Aku senang kau datang dengan cepat.” Bellatrix tersenyum sambil menatap Ollie yang kini berdiri di hadapannya. “Apa yang bisa saya lakukan untuk anda, nyonya?”Bellatrix mengeluarkan ponselnya. Wanita itu lantas menunjukkan foto Serena. “Kau perhatikan wajah wanita ini, dan ingat-ingat wajahnya.”“Bukankah ini adalah—““Ya, ini adalah wanita yang selama ini aku incar!” Bellatrix memotong kalimat Ollie. Membuatnya seketika diam sambil menatap Bellatrix yang tampak kesal. Dari ekspresinya, Ollie bisa melihat bahwa wanita itu benar-benar resah dengan kehadiran Serena. “Wanita itu saat ini ada di dalam, dan tugasmu adalah mengawasinya. Ikuti dia, dan jangan sampai lepas! Begitu kau berhasil menemukan dimana dia tinggal, kau harus segera melaporkannya padaku. Mengerti?”“Baik, nyonya. Saya mengerti.”“Bagus! Aku harus membereskan wanita itu secepatnya agar aku bisa hidup dengan tenang!” Bellatrix beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Ollie seorang diri. Wanita itu berniat untuk pergi bela

  • The CEO's Baby Project   69. Aturan Baru

    Bellatrix melangkah keluar dari dalam toilet dengan perasaan campur aduk. Dia kesal dan marah di saat yang bersamaan saat dugaannya ternyata benar. Wanita yang dia lihat ternyata memang Serena. Orang yang paling dia benci.Sebelum mencapai meja tempatnya dan Shopia menikmati makan siang, dia sempat berhenti sejenak untuk menghubungi seseorang. Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan langsung melakukan panggilan telepon. “Ollie, aku memiliki tugas untukmu. Datanglah ke restoran tempatku berada saat ini. Akan langsung aku kirimkan lokasinya!” ujar Bellatrix yang segera memutus sambungan teleponnya begitu selesai bicara dengan anak buahnya. Lalu dengan segera, wanita itu mengirimkan lokasi restorannya berada saat ini.Bellatrix kembali ke mejanya dan melihat Shopia yang baru saja selesai melakukan panggilan telepon dengan seseorang. “Oh, astaga. Maaf karena aku membuatmu menunggu.” Bellatrix duduk di kursinya.“Tidak masalah. Omong-omong apakah setelah ini kau masih memiliki waktu?”“Aku t

  • The CEO's Baby Project   68. Cemburu

    “Bibi Hailey!” Loui tersenyum sambil berlari menghampirinya dengan kedua tangan yang terentang. Wanita yang sejak tadi berdiri sambil menunggunya itu lantas berjongkok sambil tersenyum. “Hai, sayang.”Loui memeluk Hailey erat. Dia sungguh senang akhirnya bisa bertemu lagi dengan bibinya setelah sangat lama mereka tidak bertemu. “Aku sungguh merindukan, bibi.”“Benarkah? Aku juga sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu selama tinggal di Cybertrone? Kenapa kau tidak pernah mengabariku?”“Dia sibuk sekolah!” Aiden menjawab. Pria yang menjadi kakaknya itu sibuk dengan tablet dan koper besar di tangannya.“Hai, kak! Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Tapi aku sungguh sangat sibuk. Sejak sehari sebelum keberangkatanku kemari, papa terus menghubungiku dan mengatakan banyak hal tentang pemilihan pemimpin baru. Aku sampai merasa muak mendengarnya. Bisakah kau membantuku agar papa berhenti menggangguku? Untuk sekarang aku ingin fokus pada Loui du

DMCA.com Protection Status