Home / Rumah Tangga / KAU MENDUA AKU PUN SAMA / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of KAU MENDUA AKU PUN SAMA : Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

Bab 61

Di sisa perjalanan, Naira hanya diam. Sibuk merangkai rencana. Bukti kecurangan Medina sudah dikantongi. Kini gilirannya, menjatuhkan perasaan Hangga. Memikirkan hal itu, membuatnya mendengkus kasar. "Are you okey??"Suara Aric menginterupsi. Membuatnya lekas menoleh dan tersenyum tipis.“Hmm ... Iam fine, Ric. Hanya agak ngantuk saja,“ jawab Naira. Tapi Aric tak percaya begitu saja.“Kamu pasti mikirin Hangga kan? Takut ketahuan jalan sama aku, kan?“ tebaknya.Naira menggeleng pelan.“No, Ric. Kan aku udah bilang, dia lagi sibuk sama istrinya satu lagi ...“ Naira terdiam sejenak.“Lagian aku sama dia bakalan pisah,“ lanjutnya sambil menepuk mulut. Merutuki dirinya karena tak sadar sudah membuka sesuatu yang ingin dirahasiakannya dari lelaki itu. Mendengar itu, kedua sudut bibir Aric langsung melengkung ke atas. Tapi buru-buru ditarik kembali, takut Naira tersinggung. Padahal dalam hatinya bersorak riang dan b
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 62

Acara berlangsung dengan khidmat. Tak ada yang menitikan air mata saat Adila meminta izin pada kakak perempuannya yang dilangkahinya. Semakin khidmat saat akad dimulai dan adik Adila didapuk menjadi wali. Menggantikan ayahnya yang sudah meninggal dua tahun lalu.“Perlu tisu, Princess?“ tanya Aric sambil memberikan tisu pada Naira yang menyeka air mata dengan tangan.“Makasih, Ric.“Naira menerimanya sambil tersenyum. Melihat keharuan di depan mata, membuatnya tak mampu menahan air mata. Teringat pada sosok sang ayah yang telah tiada. “Sini, biar aku saja.“Aric mengambil kembali tisu yang tadi diberikannya. Kemudian menyeka ke dua sudut mata Naira dengan hati-hati. Membuat perempuan itu tertegun sejenak. Benaknya berkelana jauh. Membayangkan memiliki suami yang seperhatian Aric. Hingga tak sadar, tak jauh darinya, Meera dan Cantika mengabadikan momen manis itu.“Gue nggak yakin, Naira bisa menahan perasaannya. Aric itu selain ga
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 63

Setelah memastikan Aric sudah tertidur, pelan-pelan Naira melepaskan tangan kekar itu dari perutnya. Merogoh saku dressnya dan mengeluarkan ponsel yang terhimpit tubuh Aric. Kemudian membuka hijabnya, memotret dirinya dengan Aric.Bukan tanpa alasan, dia melakukan hal itu. Ia akan memperlihatkan foto itu saat waktunya tiba nanti.“Khai ...“ Suara serak Aric membuat Naira gegas meraih hijab. Tapi terlambat, karena Aric segera menahan tangannya.“Kamu cantik banget, Khai.“Aric mengatakannya sebelum menyatukan bibir mereka. Naira hendak mendorong dadanya, tapi Aric justru merapatkan tubuh mereka.“Aku mau shalat.“ Naira berkata saat bibir mereka terlepas. Aric mengangguk, lalu beranjak duduk. Menyerahkan kunci kamar tanpa melepaskan pandangan pada Naira. Membuat perempuan itu salah tingkah dan gegas meninggalkannya.*Hawa dingin yang berembus tak menyurutkan langkah Naira dan yang lainnya untuk barbequ
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 64

“Bro, Lo serius sama Naira?“Aric tersentak mendengar pertanyaan Mahesa yang menatapnya serius. Sejurus kemudian, ia pun mengangguk. Membuat Mahesa menarik napas dalam-dalam.“Perjuangkan dia. Dia layak dibahagiakan.““Iya, Ric. Dan satu ...“ sahut Adila sambil melirik pada Meera, Cantika dan suaminya.“Buat dia jatuh cinta. Buat dia melupakan Hangga, karena dia sedang melakukan misi balas dendam sama Hangga dan kamu sebagai alatnya,“ lanjutnya.Aric terbelalak tak percaya.“Alat? Maksud kalian ...“ “Naira sengaja deketin Lo supaya bisa bikin Hangga sakit hati. Dan ini kesempatan bagus buat Lo. Lo harus bikin dia benar-benar jatuh cinta sama Lo. Dan melabuhkan hatinya pada Lo. Karena kita yakin cuma Lo yang bisa bikin dia bahagia,“ terang Meera.Kedua sudut bibir Aric langsung melengkung lebar. Dengan mantap ia mengangguk dan membulatkan tekadnya untuk merebut Naira dari sisi Hangga.*
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 65

“Mau mampir dulu?“ tanya Naira basa-basi, saat mereka sudah sampai di depan pagar rumah Naira.Terdiam. Aric berpikir sejenak dan kemudian bergegas turun. Naira pun sontak menepuk kening, merutuki basa-basinya yang ternyata ditanggapi serius.“Ayo turun, Khai!“Mengembuskan napas kasar, Naira pun gegas turun dari mobil dan membiarkan lelaki itu berjalan lebih dulu. Lalu kepalanya sontak menoleh, merasakan ada seseorang di belakang mobil. Tapi perasaan itu segera ditepisnya, saat Aric yang duduk di kursi teras, menyerukan namanya.“Padahal aku cuma basa-basi lho, Ric.“Naira berujar sambil memutar anak kunci. Tapi lelaki itu malah tersenyum semakin lebar dan masuk mendahului Naira.“Khai, aku nginep di sini, ya?“Bola mata Naira seakan mau loncat mendengar ucapan Aric. Dengan cepat, ia menggeleng. Lalu duduk di samping Aric yang menyandarkan punggung.“Pulang sana!“ serunya. Aric yang baru terpejam pun
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 66

Apa yang harus aku lakukan? Naira membatin pilu sambil menyeret langkah. Duduk di pinggiran ranjang. Cukup lama berpikir, ia pun menemukan jalan yang dirasa paling baik.Setelah cukup tenang, Naira merapihkan penampilannya dan kembali menjalankan rutinitasnya.Di gudang, Naira tak menanggapi obrolan atasan dan para rekannya. Begitupun saat jam istirahat tiba. Ia memilih diam di tempatnya, sibuk memikirkan nasib ke depannya. Hingga tak menyadari kehadiran Aric di hadapannya.“Khusyu banget. Ngelamunin apa sih?“Suara Aric menariknya dari lamunan. Naira mendongak, menatap Aric yang tersenyum sambil mengangkat dua kotak nasi. Lalu pandangannya pun lantas mengabut, mengingat banyak hal haram yang dilakukannya dengan Aric. Dalam diam, Naira bertekad akan menjauhi lelaki itu secepatnya. Setelah tujuannya tercapai.“Khairana ...“Aric mengibaskan tangannya di depan wajah Naira. Membuat perempuan ia memalingkan wajah sambil menghela nap
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 67

Pov NairaAku tertawa sinis membaca puluhan chat grup WA Bagaskara Family. Grup yang sudah lama kuarsipkan itu, kali ini ribut membahas Mbak Medina. Dua video terakhir yang diberikan Meera, memang melenceng dari perkiraanku. Bukan hanya video saat Mbak Medina mendatangi dukun dan keterangan dari orang-orang sekitar, Meera juga mengirimkan video yang mengharuskanku memberi imbalan lebih. Ternyata diam-diam, Mbak Medina menjalin hubungan dengan lelaki yang kukenal sebagai mantan kekasihnya. Di video itu, Mbak Medina tengah berci uman dengan lelaki yang berstasus suami orang. Bukan hanya beradu bibir, bahkan tangan lelaki itu juga menggerayangi tu buh Mbak Medina. Entah dari mana, orang suruhan Meera mendapatkannya. Aku tak peduli. Karena bagiku, yang penting kedok Mbak Medina terbongkar. Itu saja.Aktifitasku terhenti saat terdengar suara ketukan pintu. Sambil menderap langkah, kuraih hijab instan di sofa ruang tamu.
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 68

Setelah proses pemulihan, aku bergegas kembali ke ruang Kenanga. Saat masuk, kulihat Mas Hangga duduk di pinggiran ranjang di samping Mbak Medina yang ternyata belum melahirkan.“Bibi, Paman, Mbak,“ ucapku saat mereka belum menyadari kehadiranku. “Eh, Naira. Sudah selesai, Nak?“Aku mengernyit heran mendengar suara Bibi Tanti yang ramah, tidak seperti biasanya.“Sudah, Bi.“ Aku menjawab sambil menatap Mas Hangga yang mengusap-usap kening dan menggenggam tangan Mbak Medina.“Sudah bukaan berapa, Mbak?“ tanyaku. Tapi Mbak Medina hanya diam saja, mungkin masih marah padaku.“Masih bukaan dua.“ Bibi Tante menjawab sambil tersenyum.Aku membulatkan bibir. Lalu mencoba melihat kembali ke arah Mas Hangga yang kini juga balas menatapku. Melihat raut wajahnya yang tak bersahabat, aku pun segera memalingkan pandangan. Lalu beralih menatap Paman Ismail.“Paman, aku mau langsung pulang saja,“ ucapku.
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 69

Aku meringis saat tubuh terasa berguncang. Lalu bergeming saat membuka mata dan menyadari kalau aku berada di dalam mobil bersama ... Aric. Lelaki itu fokus pada jalanannya dengan wajah yang tampak mengeras.“Ric ...“ panggilku tapi dia tak menggubris dan justru menambah kecepatan. Membuatku mengeratkan pegangan pada sabuk pengaman.Setelah sekitar sepuluh menit berkendara, mobil memasuki halaman rumah Aric. Ia turun lebih dulu, kemudian membukakan pintu untukku. Lalu menyeretku dengan paksa, hingga aku berjalan dengan terseok-seok.Setelah memasuki rumahnya, ia kembali menyeretku menaiki tangga dan membawaku masuk ke sebuah ruangan yang sepertinya kamarnya.“Kamu ngapain nonton konser seperti itu?“Aric bertanya dengan suara dingin dan cukup keras. Membuatku seketika meneguk ludah dan meringis.Setelah itu, terdengar helaan napas beratnya. Lalu dia menarikku duduk di sofa panjang.“Kamu ngapain
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 70

Malam semakin pekat. Cuaca dingin kian menusuk kulit. Kueratkan pelukan pada Aric. Walau logika jelas menentangnya. Entahlah, selain terasa hangat, ada rasa nyaman yang kurasakan saat tubuh kami berpelukan. Perlahan aku membuka mata saat terdengar suara azan. Saat membuka mata, tiba-tiba saja teringat pada foto dan video Mbak Medina yang tengah bersama lelaki lain. Lalu apa bedanya aku dengannya? Aku juga sekarang tengah berada di pelukan lelaki lain. Bahkan dia memeluk pinggang ini sangat erat dan sebelumnya, kamu pun berciu man panas. Aku mendengkus kasar. Mengamatinya yang terlelap begitu tenang. Melihat alis tebal, hidung mancung kokoh dan bibirnya, membuatku tak mampu menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Cukup lama menyentuhnya, aku pun membulatkan tekad untuk ... menyudahi semuanya. “Khairana ... kamu sudah bangun?“ Aku tersentak mendengar suara seraknya. Lalu tersenyum tipis saat dia membelai pipi i
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status