Semua Bab KAU MENDUA AKU PUN SAMA : Bab 71 - Bab 80

89 Bab

Bab 71

“Please, Ric. Aku mohon ... Lupakan semuanya. Lupakan semua yang terjadi di antara kita,“ ujarku frustasi karena ucapannya langsung membayang di benak ini. Dia menarik tangan ini. Memaksaku untuk menatap matanya yang sayu. “Apa yang membuatmu ingin melupakan semuanya? Apa aku pernah menyakitimu?“ tanyanya lembut. Aku menggeleng cepat. “Kamu baik, Ric. Kamu tampan, baik, perhatian dan romantis. Kamu juga bisa membuatku nyam—“ Aku mengumpat pelan dan merutuki diri saat sadar sudah berkata jujur. Ingin kutarik lagi kata-kata itu, tapi percuma juga karena kini, Aric tersenyum lebar. Akhirnya hanya menghela napas dan menatapnya lekat-lekat. “Kamu memang sempurna, Ric. Tapi tetap saja kita harus melupakannya dan aku harus kembali pada Mas Hangga,“ ujarku berdusta dan matanya pun langsung mendelik tajam. “Apa sih yang membuatmu masih mau bertahan lagi dengannya? Ap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 72

Tiga minggu berlalu. Aku masih bekerja seperti biasa, tapi tidak dengan Aric. Sejak malam itu tak pernah kutemukan lagi sosoknya. Entah ke mana perginya, karena nomornya sudah tidak aktif. Tak dipungkiri, ada hampa yang kurasakan setelah sosoknya tak ada. Sejak itu juga Mas Hangga belum pernah menghubungiku. Melihat dari status WA-nya, tampaknya dia disibukan dengan putri juga istri barunya dan aku tak peduli itu. Bahkan aku merasa lebih nyaman seperti sekarang. Rasanya juga tak sabar ingin segera menanggalkan status sebagai istrinya dan fokus pada dua janin di perut ini. . Aku mengernyit heran setibanya di rumah dan mendapati mobil Mas Hangga di halaman. Dengan benak yang dijejali banyak tanya, aku melangkah masuk dan mendapatinya tengah duduk santai di sofa sambil memainkan gawai. Tanpa menyapa, aku gegas masuk ke kamar dan duduk di depan meja rias. Jujur saja, hati masih sakit saat karena perkataannya tempo har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 73

Aku tak langsung membalas dan memilih membuka pesan dari Hilya..[Mbak dimana? Enggak lupa kan kalau sore ini ada acara aqiqah?]Pesan dari mereka membuat perasaan jadi tak karuan. Aku pun langsung membuka pemberitahuan status WA terkini. Tapi tak ada status apapun dari saudara Mas Hangga yang lain. Pun dengan WA grup. Padahal biasanya mereka tak pernah absen mengunggah foto kegiatan terbaru. Apa mungkin mereka sangat sibuk? Tapi seingatku mereka tak pernah ikut rewang. Walau perasaan tak karuan, aku memantapkan diri untuk pergi ke sana.Hampir dua puluh menit berkendara, aku pun tiba di pagar rumah Ibu. Namun halaman tampak sepi, jauh berbeda dengan saat tujuh bulanan Mbak Medina. Tak ada tanda-tanda ada para tetangga yang datang. Lalu saat aku melaju masuk, mataku menangkap mobil Aric terparkir di dekat pohon rambutan. Sedangkan pintu rumah tertutup rapat.Entah kenapa jantungku berpacu dengan cepat saat turun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 74

“Naira ... Tunggu!“Aku yang hendak menyalakan motor, menoleh sejenak mendengar suara ibu. Ibu diikuti Mbak Hanin, Hasna dan Hilya langsung menghampiriku. Dia menatapku dengan wajah memerah.“Ibu nggak nyangka kalau kamu semurahan ini, Naira. Apa salah Hangga? Kenapa kamu tega berselingkuh? Padahal Hangga sudah lapang dada menerima kekuranganmu.“Aku tersenyum kecut mendengarnya.“Iya, Naira. Aku nggak nyangka kalau kamu semurahan ini. Ternyata kamu nggak ada bedanya sama Medina. Bahkan lebih murahan dari Medina.“ Hasna menimpali.Aku mencebik dan bersidekap, lalu menatap mereka satu-persatu.“Aku hanya melakukan apa yang anak ibu lakukan. Anak ibu berselingkuh, terus menikah siri. Sebagai makmum yang baik, aku coba mengamalkannya. Itu saja.“Mata mereka sontak terbelalak.“Jujur, Mbak, Hilya kecewa sama Mbak. Mbak nggak seperti Mbak Naira yang Hilya kenal. Kenapa Mbak melakukan hal serendah ini? Hilya yakin, bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 75

“Proses perceraianku memang sedang bergulir, Ric. Tapi seperti yang aku katakan malam itu ... aku tak bisa kembali padamu. Lupakan aku, lupakan semua tentang kita—““Tapi aku nggak bisa, Khai!“ tekannya.“Bisa atau tidak, aku nggak peduli, Ric. Karena aku tak menginginkanmu.““Bohong!““Terserah apa katamu, Ric. Aku pamit, Ric. Sekali lagi, lupakan kalau Naira Khairana pernah singgah di kehidupanmu. Aku doakan semoga kamu bahagia dan mendapatkan pasangan yang sepadan, seiman denganmu.“Aku bangkit berdiri sambil menahan sendu yang mengabuti diri. Lalu buru-buru melangkah dengan mantap, walau terdengar jelas suaranya yang menolak keputusanku.Begitu sampai di luar gerbang, aku buru-buru menyetop taksi yang lewat. Tangis yang sedari tadi kutahan pun pecah tak terkendali. Membuat atensi supir taksi seketika teralih padaku.“Mbak nggak apa-apa?“ tanyanya.“Enggak, Pak. Jalan saja.“Aku menjawab sambil menye
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 76

Aku tersenyum kecut dan menggeleng pelan, dan beralih menatap mereka.“Lalu apa?“ tanya Adila.“Aku hamil—““Serius?“Mereka menatapku dengan mata berbinar.“Ya. Aku hamil anak Hangga. Lelaki yang berkali-kali mengataiku mandul,“ ucapku dengan suara bergetar.“Ya Ampun ...“Mereka langsung merangkulku.“Congrat, Nai. Akhirnya Lo bakalan jadi ibu,“ ucap Cantika.“Iya, akhirnya penantian kamu berbuat manis. Selamat ya, Nai.“ Adila menimpali.“Kalau itu masalahnya, gue yakin, Aric bakalan nerima dengan lapang dada. Gue yakin, nanti dia bisa jadi hot daddy buat anak Lo,“ ujar Cantika yang disambut delikan tajam Meera dan Adila. Sementara aku hanya tersenyum tipis.“Bukan itu. Dia justru nerima kehamilanku. Bahkan janji bakal jadi yang terbaik buat kami. Tapi aku tetap nggak bisa nerima dia. Karena bukan hanya itu permasalahnnya,“ cetusku.“Lalu apa?“ tanya Meera terdengar gemas.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 77 (Season 2)

Kupikir setelah Naira pergi, tak akan ada perubahan berarti dalam hidupku. Tapi ternyata tidak. Setelah kepergiaannya, aku justru tersiksa. Wajah cantiknya, tubuh rampingnya, ketulusannya dan … Perselingkuhannya terus membayang silih berganti. ”Nggak ke grosir kamu, Ngga?” tanya ibu. Aku menoleh. Menatapnya yang entah sejak kapan datang. ”Nggak, Bu. Di grosir sudah ada Mas Ganjar,” jawabku. Mas Ganjar itu kakak iparku alias suaminya Mbak Hanin. Dia orang kepercayaanku, dan sangat bisa diandalkan. ”Walaupun ada Ganjar, tapi sekali-kali kamu juga harus ke grosir, Ngga. Sejak pisah sama si Naira kamu ngedekem terus di rumah. Nggak bosan kamu?” balas ibu. Aku mendengkus pelan, dan menggelengkan kepala. Justru berdiam di rumah adalah caraku menghapus rindu pada Naira. Percaya atau tidak. Tetapi setelah kami bercerai, rasa rindu tak henti menghujamku. Tak ada hari tanpa mengingat sosoknya. Walau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 78

”Aku lagi pengen aja, Mbak. Sekalian sidak juga, gimana pekerjaan kalian. Dan kalian bukannya bantu Hilya tapi malah santai-santai,” jawabku. Mbak Hanin langsung mengerucutkan bibirnya. ”Ya wajarlah kami senang-senang juga. Suami kami kan yang bantu kamu ngelola grosir ini. Sudah sewajarnya kalau kami santai-santai.”Aku mendengkus pelan. Malas meladeninya, aku pun meminta laporan bulan ini pada Hilya.”Sebentar, Mas, biar Hilya antarkan nanti ke ruangan Mas,” ujar Hilya.Aku mengangguk dan beranjak menuju ruangan kebesaranku. Begitu memasuki ruangan bercat abu muda, bau rokok langsung menyeruak ke indera penciuman. Mataku seketika terbelalak melihat beberapa potongan rokok bekas bertebaran di mana-mana.”Mbak Hanin, Hasna!” teriakku seraya mengambil sapu di sudut ruangan. Tak lama dua saudaraku itu masuk dengan wajah mengernyit.”Ada apa?” tanya Mbak Hanin.”Siapa yang beran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 79

Tampaknya, kali ini Medina benar-benar marah. Waktu isya sudah berlalu, dan belum ada tanda-tanda kepulangannya. Untung saja Meisya masih terlelap dalam tidurnya. Untung juga Meisya tak hanya meminum Asi saja. Jadi tak masalah jika tak ada Medina.Suara salam, membuatku beranjak dari sofa. Membukakan pintu dan mendapati Ibu berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang aneh.”Ada apa, Bu?” tanyaku. Ibu tak langsung menjawab, Hanya sedikit menggeser tubuhku. Lalu masuk dan duduk di sofa.”Mana Medina?” tanyanya sambil meliarkan pandangan ke sekeliling.”Nggak tau. Tadi dia merajuk gara-gara kusuruh masak,” jawabku. Ibu tampak tersenyum kecut.”Ibu lihat dia di kafe baru deket mini market. Sama laki-laki,” ujarnya membuat mataku terbelalak. Benarkah? Tapi sesaat setelah melahirkan, Medina sudah janji tak akan menduakanku. ”Coba kamu samperin sana!” serunya. Aku mengembuskan napas kasar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 80

"Kamu...." Aku menatap sengit lelaki selingkuhan Naira itu. "Apa kabar, Pak Hangga?" ujarnya santai sambil mengulurkan tangan. "Baik." Aku menjawab tanpa menyambut uluran tangannya. Aric. Lelaki tampan bertubuh atletis itu lantas menarik tangannya. Lalu mengedarkan. pandangan ke sekeliling. "Kebetulan kita bertemu di sini, Pak Hangga. Ada yang mau saya bicarakan sama Anda. Bisa kita bicara sebentar, Pak Hangga?" tanyanya. Aku menatapnya penuh selidik. Mau membicarakan apa? Pamer perselingkuhannya dengan Naira? "Saya mau meluruskan kekeliruan selama ini, Pak. Tentang hubungan saya dengan Khaira," sambungnya. Aku tersenyum sinis. Lihat, dia bahkan mempunyai panggilan khusus untuk mantan istriku itu. "Saya yakin bapak akan menyesal kalau tahu yang sebenarnya." Dia benar-benar cerewet! Aku menghela napas panja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status