/ Rumah Tangga / KAU MENDUA AKU PUN SAMA / 챕터 121 - 챕터 130

KAU MENDUA AKU PUN SAMA 의 모든 챕터: 챕터 121 - 챕터 130

154 챕터

Bab 121

Naira terduduk di pinggiran ranjang usai Sean keluar dari kamarnya. Tangannya masih bergetar, dan napasnya terasa berat. Setelah terdengar deru suara mobil Sean semakin jauh, Naira pun lantas mengambil kardus sepatu yang didalamnya terdapat ponsel Sean. “Cepat atau lambat Dia pasti tahu kalau akulah pelakunya,“ gumamnya sambil menatap ponsel ponsel Sean. “Aku harus menitipkannya di tempat yang aman,“ sambungnya. “Tapi dimana? Siapa yang bisa kupercaya? Tak mungkin aku menitipkannya di Adila, Cantika apalagi Meera. Mereka punya kesibukan masing-masing.“ Naira memijat lembut kepalanya yang dibalut hijab. Lalu tiba-tiba saja satu nama melintas begitu saja di pikirannya. “Aric? Haruskah aku menitipkannya pada Aric?“ Naira bergeming cukup lama. Setelah berpikir berulang-ulang, dia pun langsung mengirim pesan pada lelaki itu. [Ric, can you help me?] Centa
last update최신 업데이트 : 2025-02-23
더 보기

Bab 122

Waktu berjalan lambat. Naira duduk di ruang tunggu dengan tatapan kosong, mulutnya terus berkomat-kamit melafalkan doa. Rio mondar-mandir di depan pintu, sesekali mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang membuncah. Alisa terus memeluk Naira, mengusap punggungnya untuk memberikan kekuatan. Sementara Meera hanya diam, tenggelam dalam rasa bersalah yang tak tertahankan. Pun dengan Bu Anya. Setelah hampir tiga jam, pintu ruang tindakan akhirnya terbuka. Aric keluar dengan pakaian operasi masih melekat di tubuhnya. Ekspresi wajahnya serius, menunjukkan kelelahan yang amat sangat. “Bagaimana anak-anakku, Dok?” Naira langsung berdiri, tubuhnya gemetar. Aric menarik napas dalam sebelum menjawab. “Atharrazka stabil. Luka di dadanya sudah kami tangani, dan dia sekarang sedang dalam masa observasi. Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Naira men
last update최신 업데이트 : 2025-02-23
더 보기

Bab 123

“Ada apa, Bun?“ tanya Rio, melihat Bu Anya yang tampak melamun di depan laptop. Bu Anya menoleh, lalu menggeleng pelan. “Nggak ada apa-apa. Cuma ini katanya hape Sean hilang. Tadi Annisa minta rekaman cctv kemarin, tapi ternyata nggak ada. Kira-kira siapa ya yang matiin cctv-nya?“ ujarnya dengan nada penasaran. “Mungkin tukang dekor, Bun,“ jawab Rio. “Masa sih?“ Bu Anya tampak tak percaya pada asumsi Rio. “Bisa jadi nggak sengaja. Tapi hari ini gimana? Udah tersambung lagi?“ Rio bertanya sambil membuka rekaman cctv. “Yang hari ini udah nyala lagi. Ini ada pas kita berangkat tadi,“ lanjutnya sambil menunjukan rekaman cctv saat mereka hendak berangkat. “Tau lah. Nanti bunda coba tanya ke Naira,“ kata Bu Anya sambil beranjak berdiri. “Kok tanya Naira sih, Bun? Apa hubungannya?“ Rio mengerutkan dahi.
last update최신 업데이트 : 2025-02-23
더 보기

Bab 124

Suasana di ruang PICU hanya dihiasi suara detak mesin yang memonitor kondisi Shaka. Tubuh mungilnya terbaring lemah, dengan selang dan kabel yang berserakan di sekitar tempat tidur. Naira tak pernah merasa begitu hancur seperti saat ini. Tangannya gemetar menyentuh kaca, seakan sedang menyentuh anaknya. Sementara air mata terus mengalir di pipinya. “Shaka … mommy di sini, Nak,” bisiknya dengan suara parau. “Mommy nggak akan pergi, jadi kamu juga harus bangun, ya? Mommy mohon …” Sedangkan di sisi lain, Razka yang baru dipindahkan dari ruang perawatan mulai membuka matanya perlahan. Kelopak matanya bergerak, tubuh kecilnya tampak menggeliat. “Adek sudah bangun, Sayang?“ Rio yang bertugas menungguinya, buru-buru menghampirinya. Dia merunduk, mengusap rambut dan menatap wajah pucat putra angkatnya itu. “Razka, Sayang …“ “Ayah … Abang mana?“ Razka merespon sambil mengerjap beberapa kali.
last update최신 업데이트 : 2025-02-24
더 보기

Bab 125

Perlahan, Naira menatapnya. “Aku takut, Ric. Aku takut kehilangan mereka…” “Kamu nggak akan kehilangan mereka,” jawab Aric tegas. “Selama aku di sini, aku akan berusaha menjaga kalian. Semaksimal mungkin tak akanmembiarkan hal itu terjadi.” Naira ingin mempercayai kata-kata itu, tapi ketakutan masih menghantuinya. Namun melihat tatapan Aric yang penuh keyakinan, dia merasa sedikit tenang. Sebelum ia sempat menjawab, suara langkah kaki mendekat membuat mereka berdua menoleh. “Naira …” Sebuah suara berat menginterupsi keheningan di antara keduanya. Tak jauh dari mereka, Hangga berdiri di ujung koridor. Wajahnya tampak penuh rasa bersalah, dan tangannya mengepal erat. “Mas Hangga?” Suara Naira bergetar. “Aku tak sengaja bertemu dengan sahabatmu. Aku dengar anak-anak kecelakaan. Apa itu benar?” Hangga melangkah mendekat, tatapannya bergantian antara Naira dan Aric.
last update최신 업데이트 : 2025-02-24
더 보기

Bab 126

Naira masih terduduk di kursi ruang tunggu PICU, meski matanya sudah mulai terasa berat. Sementara Razka, ditunggui Rio dan Bu Anya. Sebenarnya Rio dan Bu Anya memintanya pulang untuk beristirahat. Naira pun memang lelah, tapi pikirannya menolak untuk beristirahat. Wajah anak-anaknya terus muncul di benaknya, terutama Shaka yang masih berjuang di ruang PICU. Di sebelahnya, Aric duduk dengan tubuh condong ke depan, kedua siku bertumpu pada lutut. Dia tak banyak bicara sejak tadi, membiarkan Naira menikmati keheningan dan ketenangan yang dia tahu sangat dibutuhkan. Tiba-tiba langkah kaki tergesa terdengar mendekat. Naira mendongak dan tubuhnya seketika menegang. Sean berdiri di sana, mengenakan jaket hitam dan celana jeans, wajahnya keras dan penuh amarah yang tertahan. “Naira,“ panggilnya, nada suaranya dingin. Naira langsung bangkit dari duduknya, nalurinya mendorongnya untu
last update최신 업데이트 : 2025-02-25
더 보기

Bab 127

Aric duduk di tepi trotoar sambil menunggu taksi yang dipesannya datang. Tubuhnya terasa berat, seperti dihantam bertubi-tubi oleh rasa lelah dan adrenalin yang menguap. Sementara Erlangga masih sibuk berbicara dengan pihak berwajib, memastikan dua pria yang memakai penutup wajah itu tak akan melarikan diri. "Nggak nyangka, Ric," ujar Erlangga sambil menghampiri Aric dengan tangan membawa dua botol air mineral. “Lo selalu bilang hidup lo aman-aman aja, tapi hari ini lo bikin gue balapan sama waktu. Yakin nggak ada urusan gelap yang Lo sembunyiin dari gue?“ Aric mendongak, menatap sahabatnya dengan pandangan lelah. “Kalau gue punya urusan gelap, gue pasti nggak bakal ngerepotin lo, Er. Kejadian barusan beneran nggak pernah gue duga.“ Erlangga mendudukkan dirinya di sebelah Aric, lalu menyodorkan sebotol air mineral pada Aric. “Gue percaya lo, Ric. Tapi i
last update최신 업데이트 : 2025-02-25
더 보기

Bab 128

Setelah kejadian dramatis yang menimpa Aric dan Rio, Naira jadi semakin waspada. Dia selalu mengecek Shaka dan Razka secara bergantian dan berkala. Tak peduli seberapa lelah tubuhnya. Baginya keselamatan kedua anaknya lebih penting. Aric dan Naira berdiri bersebelahan, di lorong ruang PICU. Pandangan mereka tertuju pada orang yang sama, yaitu Shaka. Tadi Shaka sempat sadarkan diri, tapi setelahnya anak itu tertidur kembali. Harap-harap cemas Naira menanti. Berharap putranya itu kembali sadarkan diri. Setelah cukup lama Aric dan Naira berdiri, Shaka yang semula tampak lemah dan tidak bergerak, perlahan membuka matanya. Nafasnya yang sempat terengah-engah kini mulai tenang, meskipun matanya tampak kabur, mencoba fokus pada wajah yang mengelilinginya. “Shaka bangun, Ric …“ Naira berbisik, air matanya hampir tumpah, tetapi dia menahan diri untuk langsung masuk. Bagaimanapun dia harus mematuhi prosedur rumah sakit. “Shaka … Anakku… kamu baik-baik saja kan?“ Seolah mendengar ri
last update최신 업데이트 : 2025-02-25
더 보기

Bab 129

Kata-kata itu seperti bom yang meledak di tengah-tengah mereka. Seketika suasana menjadi hening, dan setelah cukup lama barulah Bu Anya melayangkan protes. “Apa kamu serius, Nai?“ Bu Anya mendelik tajam. “Kenapa kamu memutuskan hal itu? Kenapa kamu tega memisahkan anak-anak dari dirimu sendiri dan dari kami?“ sambungnya kecewa Naira memilin jemari. Mata lelahnya pun mulai dikabuti air mata. “Ini keputusan yang sangat sulit, Bun. Tapi aku pikir inilah yang terbaik untuk mereka. Sean hanya menginginkanku. Aku nggak bisa membiarkan Shaka, Razka dan kalian terus-menerus diintai bahaya,“ jawab Naira dengan suara bergetar. “Diintai bahaya? Maksudmu apa?“ Meera menyahuti dengan bingung. “Kecelakaan kamu dan si kembar, intimidasi yang didapatkan Aric, lalu penganiayaan yang menimpa Abang … apa kalian pikir itu ulah orang iseng? Atau mungkin memang kejadian biasa? Tidak. Menurutku ini ada hubungannya dengan Sean. Kejadiannya berurutan, dan proses hukumnya pun sangat lambat. Engga
last update최신 업데이트 : 2025-02-25
더 보기

Bab 130

Pagi itu cuaca dihiasi mendung. Angin dingin mengembuskan bisikan lembut ke setiap sudut kota. Naira yang tengah berkutat dengan pesanan para pelanggan, menoleh saat mendengar ketukan di pintu.“Masuk!“Pintu terbuka, menampilkan sosok sang asistennya dengan ekspresi wajah tampak kebingungan.“Ada apa, Nin?“ tanya Naira. Satu alisnya terangkat, melihat gelagat yang tak biasa dari asistennya itu.“Anu, Bu … ada tamu,“ jawab gadis berusia 21 tahun itu. “Siapa?“ Naira mengerutkan dahi. Dia yakin tamunya bukanlah Sean. Karena lelaki itu pasti langsung menghampirinya.“Saya kurang tahu, tapi maaf … tamunya sudah tua.“Jawaban dari sang asisten membuat Naira semakin dilanda rasa penasaran. Setelah menutup jendela di laptop, dia lantas melangkah keluar dari ruangannya.“Orangnya nunggu di luar, Bu.““Oke.“ Naira melangkah ke arah yang ditunjukkan sang asisten. Saat tinggal beberapa jengkal lagi, langkahnya terhenti. Naira menatap punggung lelaki di depannya sambil menerka. Siapa kiranya dia
last update최신 업데이트 : 2025-02-26
더 보기
이전
1
...
111213141516
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status