Aric hanya mengangguk sambil memasang senyum yang tak kunjung hilang. Dia tetap berdiri tenang, seolah tak ada yang salah, tapi di matanya terlihat jelas ada sesuatu yang tersembunyi—sebuah keinginan yang tak bisa ditutupi lagi. Naira menghela napas, mencoba kembali berkonsentrasi. Namun, hatinya terus berdegup kencang, dan dia memahami satu hal. Akan sulit baginya mengabaikan perasaan yang kini muncul semakin jelas di antara mereka jika terus berhadapan dengan Aric. “Sudah, Kak?“ Suara Hilma membuat Naira sontak menggeser. Beranjak menjauh dari Aric. “Sudah,“ jawabnya sambil menunduk. “Kalau gitu kita tunggu Daddy sama Ibu di depan saja yuk, Kak!“ ajak Hilma. Naira mengangguk. “Sebentar, kakak bereskan dulu barang-barang kakak,“ katanya. “Yaudah, aku tunggu di depan,“ cetus Hilma.Naira mengangguk. Dengan segera memasukkan barang-barangnya ke d
최신 업데이트 : 2025-02-17 더 보기