/ Rumah Tangga / KAU MENDUA AKU PUN SAMA / 챕터 101 - 챕터 110

KAU MENDUA AKU PUN SAMA 의 모든 챕터: 챕터 101 - 챕터 110

154 챕터

Bab 101

“Orang-orang jaman sekarang memang luar biasa. Lihat yang bertengkar, yang gatal bukan mulutnya tapi tangannya.“ Naira menggerutu sambil memesan ojek online. Lalu membuang napas kasar saat mengingat lagi kejadian tadi. “Baru tunangan nggak resmi saja sudah seperti ini, apalagi kalau nikah? Apa kabar diriku?“ gumamnya lagi. “Honey!“ Naira berdecak melihat mobil yang berhenti di depannya. “Ayo, naik! Jangan kekanakan seperti ini!“ seru Sean dari dalam mobilnya, dengan suara melunak. Naira hanya menatap Sean dengan pandangan datar, tapi kilatan kesal kentara sekali terlihat di maniknya. “Aku kan sudah bilang, aku bisa pulang sendiri,” sahut Naira dengan nada dingin, lalu memalingkan wajahnya, berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Mengecek sudah sampai mana ojek pesanannya. Sean menghela napas panjang, menc
last update최신 업데이트 : 2025-02-15
더 보기

Bab 102

“Ya.“ Naira mendesah pelan. Memperlihatkan jari manis kirinya yang tak lagi mengenakan cincin dari Sean. “Wow … akhirnya.“ Meera bertepuk tangan. “Dari kemarin gue nungguin momen ini. Hubungan yang dimulai dari kebohongan memang tak akan berjalan mulus,“ lanjutnya. Naira bergeming. Meera benar, hubungan yang dimulai dengan kebohongan itu akan sulit dipertahankan, maupun dilanjutkan.Namun kali ini ada yang lebih mengganggu pikirannya. Dia teringat pertemuannya dengan Aric. Naira memejamkan mata. Membayangkan paras Aric yang semakin tampan saja. Naira sampai dibuat tak berkedip saat melihatnya tadi. Tapi sayangnya keadaannya sudah berbeda. Aric bukan lelaki single, ada perempuan cantik di sampingnya. Perempuan yang lima tahun lalu pernah mengiriminya dirrect message. “Lo kenapa lagi? Nyesel Lo putus sama Sean?“ tanya Meera membuat Naira tersadar dari lamunannya.“Ah, engg
last update최신 업데이트 : 2025-02-15
더 보기

Bab 99

Pada akhirnya, Liinata dan Aric tak jadi mampir makan di restoran Korea. Liinata yang kadung kesal meminta Aric mengantarnya pulang. Walau dalam hatinya berharap kalau Aric akan membujuk dan meminta maaf padanya. Namun hingga mobil berhenti di kediamannya, Aric tak mengatakan apapun. Lelaki itu malah anteng mengemudi sambil mendengarkan lagu.“Mampir dulu, Bang?“ tanya Liinata. Aric tak langsung menjawab. Lelaki itu malah memicingkan matanya. Lalu mengangguk saat melihat mobil sang ayah ada di halaman rumah Liinata.“Oke,“ katanya.Senyuman Liinata mengembang. Rasa kesalnya seketika sirna saat melihat Aric turun dari mobil. Mampirnya Aric ke rumahnya merupakan momen langka. Liinata berharap Aric sedang mempersiapkan surprise untuknya.“Assalamualaikum …“ ucap Liinata sumringah begitu melangkah masuk ke rumahnya.“Waalaikumussalam.“ Sahutan dari orang-orang di ruang tamu membuatnya semakin sumringah. Bagaimana tida
last update최신 업데이트 : 2025-02-16
더 보기

Bab 104

Sepanjang perjalanan menuju rumah ayahnya, perkataan Ken tak berhenti berdenging di telinga Aric. Lelaki itu membuang napas berkali-kali. Lalu mengusap wajahnya kasar. “Sesulit inikah mendapatkanmu, Khai?“ gumamnya. Tiba di rumah sang ayah, Aric langsung mencari keberadaan lelaki tua yang kini sudah mengurangi kegiatannya sebagai dokter obgyn. “Bang Aric!“ Aric menghentikan langkah, lalu membalikkan badan saat seseorang memanggilnya. “Hilma?“ ujarnya begitu tahu siapa yang memanggilnya. “Apa kabar, Bang?“ tanya Hilma, sumringah sambil menyalami kakak tirinya itu. “Baik, Alhamdulillah. Kamu sendiri apa kabar?“ balas Aric sambil mengusap puncak kepala Hilma yang dibalut hijab. “Alhamdulillah baik, Bang. Kebetulan banget Abang ke sini. Ada yang mau Hilma sampaikan sama Daddy, Ibu dan Abang,“ ujar gadis berusia 24 tahun itu. “Tentang?“ Aric memicingka
last update최신 업데이트 : 2025-02-16
더 보기

Bab 105

Wanita yang sebagian rambutnya sudah beruban itu lantas melangkah masuk ke kamar Naira. Lalu melirik sekilas pada si kembar yang tertidur pulas di kasur. Sebelum akhirnya duduk di sofa yang menghadap ke arah balkon. Tempat Naira menikmati malam sambil mencari inspirasi. “Kenapa tadi kamu nggak nganterin Sean pas dia mau pulang?“ tanya Bu Anya basa-basi. Naira tak menjawab. Tapi air mukanya yang keruh sudah mampu membuat Bu Anya menarik kesimpulan. “Berantem itu wajar, Nai. Tapi jangan lama-lama. Nggak baik,“ ujar Bu Anya. “Kami nggak berantem, Bunda. Tapi sudah sepakat buat mengakhiri hubungan ini,“ jelas Naira. Bukannya terkejut, Bu Anya malah terbahak. “Kok malah tertawa sih, Bun?“ Naira memprotes tak suka. “Kamu pikir bunda bakalan percaya sama trik prank kamu, Nai?“ seloroh Bu Anya. Naira mengerjap pelan. Lalu menggeleng.“Aku nggak bercanda, Bun. Aku sama Sean—“ “Aku sama Sean mem
last update최신 업데이트 : 2025-02-16
더 보기

Bab 106

Naira mengecek kembali alamat yang dikirim kliennya. Setelah memastikan tak salah alamat, dia lantas menghubungi kliennya itu. “Assalamu’alaikum,“ ucapnya begitu panggilan tersambung. “Waalaikumussalam, Kak Naira. Kakak sudah berangkat kah?“ sahut suara dari sebrang sana. “Sudah. Saya sudah di depan rumah Dek Hilma. Rumahnya yang cat putih kan?“ sahutnya memastikan sambil menatap bangunan megah di depannya. “Iya, Kak. Mobilnya masukin aja, Kak. Sebentar lagi saya turun. Ini lagi pake hijab.“ “Oke.“ Naira menatap ragu pada pagar yang menjulang tinggi. Rasanya tak sopan jika langsung masuk ke halaman rumah itu. Tapi keraguannya langsung enyah saat seorang satpam membukakan pintu, lalu menyuruhnya masuk. “Langsung masuk saja, Mbak.“ Satpam mengintruksi saat Naira keluar dari mobilnya. “Baik, Pak. Terimakasih,“ ucap Naira.
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 107

“Kamu nggak ke rumah sakit, Ric?“ tanya Pak Frans. Pria baya itu keheranan melihat putranya yang tampak santai. Padahal biasanya dia lebih mementingkan pekerjaannya dibanding yang lain. “Nggak, Dad,“ jawab Aric sambil mengeluarkan ponsel. Diam-diam dia membidikkan kameranya ke arah Naira. “Tumben,“ celetuk Pak Frans. Aric tak menjawab. Malah tersenyum sambil menatap hasil bidikannya. “Gimana kalau seperti ini?“ tanya Naira pelan pada Hilma. Senyuman Hilma langsung mengembang. Dengan antusias dia memperlihatkan hasil desain Naira pada sang ibu. “Gimana, Bu?“ Bu Hania menatap desain Naira dengan seksama. “Bagus. Cantik banget.“ “Kalau ada yang kurang berkenan, bilang saja. Biar saya perbaiki,“ ujar Naira. “Enggak ada. Ini udah oke banget, Nak,“ sahut Bu Hania. “Alhamdulillah,“ ucap Naira ter
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 108

Aric hanya mengangguk sambil memasang senyum yang tak kunjung hilang. Dia tetap berdiri tenang, seolah tak ada yang salah, tapi di matanya terlihat jelas ada sesuatu yang tersembunyi—sebuah keinginan yang tak bisa ditutupi lagi. Naira menghela napas, mencoba kembali berkonsentrasi. Namun, hatinya terus berdegup kencang, dan dia memahami satu hal. Akan sulit baginya mengabaikan perasaan yang kini muncul semakin jelas di antara mereka jika terus berhadapan dengan Aric. “Sudah, Kak?“ Suara Hilma membuat Naira sontak menggeser. Beranjak menjauh dari Aric. “Sudah,“ jawabnya sambil menunduk. “Kalau gitu kita tunggu Daddy sama Ibu di depan saja yuk, Kak!“ ajak Hilma. Naira mengangguk. “Sebentar, kakak bereskan dulu barang-barang kakak,“ katanya. “Yaudah, aku tunggu di depan,“ cetus Hilma.Naira mengangguk. Dengan segera memasukkan barang-barangnya ke d
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 103

“Khai ….““Karena aku punya seseorang yang harus dijaga hatinya, Ric. Begitupun dengan kamu. Ada seseorang yang wajib kamu jaga hatinya.“Aric menghentikan laju mobilnya. Lalu menatap Naira penuh tanya.“Siapa? Lelaki yang kemarin?“ tanyanya. Naira mengangguk ragu. “Dia sudah melamarku. Jadi aku—“Ucapannya terhenti saat Aric meraih tangannya. “Aric!“ sentak Naira terkejut.“Mana, Khai? Mana cincinnya?“ tanyanya sambil tertawa. Wajah Naira seketika memerah.“Kamu bohong kan, Khai? Lamaran itu hanya—““No! Aku serius, Ric. Masalah cincin memang sengaja dia bawa lagi. Karena Minggu depan dia akan melamarku secara resmi bersama keluarganya.“Aric terdiam, senyumnya memudar, tergantikan oleh tatapan kosong yang sulit disembunyikan. Dia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naira. Lalu menunduk, seolah mencoba meresapi kata-kata yang baru saja did
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 110

“Janda anak dua lebih tepatnya, Mas.“ Pak Frans terdiam. “Sebenarnya Mas itu merasa nggak asing sama dia, Sayang.“ Aric langsung menoleh mendengar perkataan sang ayah. “Jelas Daddy nggak asing. Karena dia itu peremljan yang kucintai, Dad.“ Ingin sekali Aric mengatakannya. “Sama, Mas. Aku juga nggak asing sama wajahnya, sama namanya. Sepertinya kami pernah bertemu. Tapi dimana tepatnya, aku lupa,“ tutur Bu Hania. Pak Frans mengangguk. Ekor matanya melirik Aric yang tengah memperhatikan gerak-gerik Naira. “Ric, kamu nggak tertarik sama dia?“ tanyanya. Aric sontak tersentak. Wajahnya langsung memerah. Tapi dia tak menjawab pertanyaan ayahnya. Malah bangkit berdiri, lalu menghampiri Naira dan Hilma. “Aku serius loh, Mas. Aku mereka nggak asing sama Naira. Apa kita pernah ketemu ya?“ ujar Bu Hania. “Bisa
last update최신 업데이트 : 2025-02-18
더 보기
이전
1
...
910111213
...
16
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status