Aric menoleh, memasang ekspresi serius. “Apa itu,Dad?”Pak Frans mengambil napas dalam. “Beberapa hari lalu, sahabat Daddy yang di Tiongkok menelepon. Rumah sakit miliknya sedang mencari dokter anak. Dia menawarkan posisi itu ke Om Dylan, tapi Om Dylan berpikir kamu lebih cocok.”Aric mengerutkan dahi. “Tiongkok?”“Iya. Posisi ini bagus, Ric. Selain gajinya besar, lingkungannya mendukung. Kalau kamu mau, Daddy akan mengatur semuanya,” tambah Pak Frans.Aric terdiam, pikirannya kembali berkecamuk. Di satu sisi, ini adalah kesempatan besar. Di sisi lain, dia tahu meninggalkan Indonesia berarti meninggalkan semua orang yang dia sayangi—termasuk Naira.“Pikirkan baik-baik. Daddy nggak akan memaksa. Tapi kalau kamu terus seperti ini, terjebak dalam masa lalu, mungkin ini jalan terbaik untukmu,” kata Pak Frans, sambil menatap Aric serius. Aric hanya mengangguk, tak mampu berkata apa-apa.**Naira duduk di ruang tamu rumah Sean dengan gelisah. Sean baru saja pergi ke dapur untuk mengambil m
최신 업데이트 : 2025-03-01 더 보기