All Chapters of Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata .... : Chapter 71 - Chapter 79

79 Chapters

BAB 71 Mundur

"Mas yakin dia nggak ngamuk nanti?" Andina melirik Bram, mereka sudah dalam perjalanan pulang sekarang. Sementara Dharma, tentu ia harus kembali ke kantor. "Kenapa ngamuk? Aku salah apa?" Tanya Bram santai. Andina mendengus, ia menyandarkan tubuhnya di jok mobil dengan mata terpejam. Perlahan-lahan ia menghela napas panjang, tentu Andina paham bagaimana karakter orang satu itu, komplit berserta istri dan anak bungsunya. Kalau dua anaknya yang lain, Andina tidak tahu karena mereka hidup di luar negeri dan dengar-dengar sudah berpindah kewarganegaraan. "Coba aja suruh ngamuk, udah berapa banyak dia bikin rugi aku." Desis Bram ketika istrinya terdiam. "Bukan soal duitnya aja, Mas. Tapi kan sama aja dia dibohongi sama kalian selama ini." Jelas Andina yang tengah mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. "Bodo amat. Punya hak apa dia ingin tahu hal-hal pribadiku?"Andina mengalah, ia tidak lagi membantah. Masing-masing mereka fokus pada kegiatan masing-masing. Br
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

BAB 72 The Day

"Kamu ganteng bener loh kalau pakai jas begini!" Bram menoleh, ia menatap Andina yang berdiri sembari menatap ke arahnya. Bram tersenyum, merapikan dasinya lalu memakai jas sudah disiapkan Andina. "Lebih suka pakai kaos sama celana." Sahut Bram sembari memperhatikan pantulan dirinya di cermin. "Aku lebih suka kamu nggak pake baju."Bram membelalak, ia memutar tubuhnya hingga kini ia bisa melihat secara langsung Andina yang masih tegak berdiri menatap ke arahnya. Wajahnya nampak menahan tawa membuat Bram mendengus sembari melangkah menghampiri sang istri. "Eh apaan?" Andina bergegas menghindar, tawanya pecah sementara Bram, ia masih terus mengejar sang istri sampai akhirnya bisa menarik tubuh itu dalam pelukannya. "Lepasin ih!" Protes Andina sembari berusaha melepaskan diri. "Nggak! Nggak ada lepas! Tadi bilang apa?" Tanya Bram yang malah mempererat pelukannya. "Canda doang! Udah sana berangkat!" Usir Andina yang masih belum bisa melepaskan diri. Bram mendengus, ia mendekatkan
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

BAB 73 Sang Owner

"Loh, Om ngapain ke sini?"Ken sangat terkejut ketika mendapati Bram keluar dari ruangan Dharma dengan setelan jas yang begitu rapi. Kening Ken berkerut, jangan bilang kalau .... "Katanya nggak sudi jadi budak korporat, Om? Berubah pikiran nih?" Kejar Ken ketika sosok itu hanya tersenyum tanpa menjawab. "Emang enggak, siapa yang bilang aku ke sini buat jadi budak korporat?" Balas Bram sembari membalas tatapan menyelidik yang Ken tujukan padanya. "Lah? Terus?" Nampak wajah itu belum puas. Kalau bukan untuk melamar pekerjaan di sini, untuk apa omnya itu datang kemari dengan setelan jas rapi? "Ada lah, ntar kamu juga tau." Balas Bram lantas berlalu. Ditinggal begitu saja oleh Bram tanpa diberi jawaban, membuat Ken makin penasaran. Ia lantas melangkah ke depan pintu ruangan Dharma, baru saja ia hendak mengetuk pintu itu, Dharma ternyata sudah lebih dulu keluar dan membuatnya terkejut. "Astaga, Pakdhe!" Hampir Ken memekik, bagaimana tidak kalau tahu-tahu pintu terbuka dan sosok itu m
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

BAB 74 Shocked!

"Loh, In? Ini apa?"Bukan salah Mar kalau terkejut, secara tiba-tiba menantunya itu datang dengan koper besar di tangan. Wajah Indri nampak tegang, membuat Mar makin tidak mengerti, sebenarnya apa yang sedang terjadi. "Nggak apa-apa, Ma. Andina ada, kan?" Tanya Indri mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ada, dia di da--.""Mbak udah sampai?" Suara itu memotong, semua mata langsung tertuju pada sumber suara. Andina segera menghampiri Indri, menarik koper yang dia bawa lalu melangkah masuk ke dalam. "Kamarnya udah disiapin, Mbak. Ayo!" Gumam Andina yang segera meninggalkan Indir dan Mar di depan pintu. Indri meraih bahu Mar dengan lembut, hendak membawa ibu mertuanya itu mengikuti langkah Andina ketika Mar mencegah dan menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya. "Ada apa sebenarnya, In?" Tanya Mar dengan sorot mata tajam.Indri tersenyum getir, ia menghela napas panjang, masih menatap ibu mertuanya itu dengan tatapan lembut. "Kita masuk ikut Andina dulu yuk, Ma. Kita ngobrol banyak di
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 75 Agreement

"Semua berapa, Mbak?"Tiga paper bag besar berisi pakaian bayi sudah bertengger di atas meja kasir, belum lagi stroller bayi seharga dua digit yang Ira beli khusus untuk cucu dalam kandungan Tamara, mereka sudah beres belanja, saatnya membayar semua barang-barang itu untuk kemudian mereka bawa pulang. "Total semua dua puluh lima juta tiga ratus ribu sembilan ratus rupiah, Ibu."Mendengar itu Ira hanya tersenyum tipis sembari terangguk. Ia segera membuka dompet dan menyodorkan kartu kredit sebagai media pembayaran. "Ini mau sekalian nyari box bayinya, Tam? Kita bisa ke--.""Maaf Ibu, ada kartu lain? Kartunya decline." Petugas kasir dengan begitu sopan menyodorkan kembali kartu yang tadi Ira sodorkan, termasuk juga dengan sedikit melirihkan suaranya di kalimat terakhir. Ira yang semula tengah berbincang dengan sang menantu, kontan menoleh dengan mata membelalak. Decline? "Ah, yang bener? Decline?" Tanya Ira dengan nada tak percaya. Dengan segera Ira mengambil kartu lain, menyodorka
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 76 Semakin Jelas

"Sejak dulu Bram memang penuh misteri." Desah Mar dengan nada lirih. "Bahkan aku, ibunya sendiri tidak banyak tahu tentangnya setelah masa SMA-nya lepas."Indri dan Andina saling pandang, mereka tidak berucap sepatah katapun, membiarkan Mar meluapkan semua isi hatinya di hadapan para menantu. "Dari tiga, hanya dia yang tidak mau kuliah di luar negeri. Dari tiga itu pula, dia yang paling dekat dengan papa, jadi kesayangan papa kalian dan satu-satunya anak yang ada di samping papa kalian ketika nafas terakhirnya berhembus."Mar menatap nanar ke sekeliling, seperti tengah melanglang buana ke dimensi lain, kembali ke masa lalu. "Ia bahkan sama sekali tidak pergi dari sisi papa saat itu, sampai kemudian aku dipanggil dan menyaksikan nafas itu terhembus untuk terakhir kali. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, mama tidak tahu. Bram bahkan tidak pernah cerita apa-apa saja yang dia obrolkan di hari-hari terakhir papa.""Mas Bram pernah cerita kalau papa nggak pernah membedakan anakn
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 77 Final

"Kalau mama yang ambil keputusan, bagaimana?"Kini ruang meeting kembali ramai, Bram dan Dharma yang tadinya hendak keluar, kini kembali masuk. Entah kebetulan atau tidak, para istri mereka datang dan kini ikut duduk membahas masalah ini. "Mama tidak akan berat sebelah, kan?" Dharma melirik ibunya, sebagai orang tua, Dharma paham pasti Mar tidak ingin ada anaknya yang menderita. Mar menghela napas panjang, "Kalian sudah jelaskan semua permasalahan, Gunawan dan Ken juga sudah mengakui apa-apa saja dosa yang dia lakukan selama ini. Mama akan berusaha adil seadil-adilnya." Tegas Mar yang langsung diikuti anggukan kepala semua yang duduk di sana. Bram menatap ibunya tanpa kedip, sesekali ia melirik Andina yang kini duduk tepat di sebelahnya. Ibu Ratu sudah bertitah, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu keputusan apa yang akan diambil oleh Mar atas kejadian ini. "Selain kamu belikan rumah, obligasi dan reksa dana, kamu kemanakan uang-uang itu, Gun?" Tanya Mar dengan nada tegas nam
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

BAB 78 Rahasia Lain

"Keterlaluan kamu!"Andina yang hendak melangkah menuju mobilnya kontan menoleh, ia baru beberapa detik melihat wajah penuh amarah itu ketika kemudian sebuah tamparan yang begitu keras mendarat di pipinya. Seketika rasa sakit dan panas menjalar di wajah Andina, satu tangan Andina menutup pipinya, bersamaan dengan itu, ia merasakan ada yang menarik rambutnya kuat-kuat. "Sakit, Ma!" Teriak Andina berusaha melepaskan jambakan itu. "Ma? Aku bukan mamamu! Dan setelah apa yang kamu dan suamimu lakukan pada anakku, pikirmu aku masih sudi kamu panggil mama?" Hardik suara itu menahan amarah. "Aku ngapain? Aku nggak ngapa-ngapain Tamara, Tante! Kalaupun suaminya harus dipecat dan mertuanya kehilangan banyak aset itu karena kesalahan mereka sendiri!" Bela Andina sembari mencoba melepaskan jambakan tangan Sandra. "Nggak ngapa-ngapain? Anakku harus melahirkan secepat ini karena syok, pikirmu itu baik? Semua ini gara-gara kamu! Salah kamu!" Ucap suara itu dengan nada penuh benci. Mendengar it
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

BAB 79 Rahasia Lain (2)

"Kamu tenang dulu, Sayang!" Andina kontan mengangkat wajah, menatap Bram dengan tatapan marah. Tenang? Bagaimana Bram bisa memintanya tenang setelah tahu bahwa selama ini kematian mamanya bukan karena murni kecelakaan? Bahkan si pembunuh hidup satu atap bersama dengan Andina puluhan tahun! "Gimana aku bisa tenang, Mas? Dia u--.""Sstt!" Potong Bram cepat, telunjuknya sudah menempel di bibir Andina. Setelah Andina terdiam, Bram segera mencengkeram kuat bahu sang istri, menatap lurus ke dalam mata Andina sambil tersenyum simpul. "Aku berjanji padamu bahwa dia akan membayar semuanya, Sayang! Dia, siapapun itu yang sudah nyakitin kamu akan membayar lunas semuanya. Percaya padaku!" Ucap Bram bersungguh-sungguh. Andina mematung di tempatnya berdiri. Air matanya masih menitik, membuat Bram melepaskan satu bahu Andina guna menyeka air matanya. "Kamu percaya sama suamimu ini, kan?" Tanya Bram tanpa melepaskan pandangan. "Aku sudah tidak menutupi apapun dari mu, An. Kamu percaya sama aku,
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status