Share

BAB 73 Sang Owner

last update Last Updated: 2024-11-09 21:37:30

"Loh, Om ngapain ke sini?"

Ken sangat terkejut ketika mendapati Bram keluar dari ruangan Dharma dengan setelan jas yang begitu rapi. Kening Ken berkerut, jangan bilang kalau ....

"Katanya nggak sudi jadi budak korporat, Om? Berubah pikiran nih?" Kejar Ken ketika sosok itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Emang enggak, siapa yang bilang aku ke sini buat jadi budak korporat?" Balas Bram sembari membalas tatapan menyelidik yang Ken tujukan padanya.

"Lah? Terus?" Nampak wajah itu belum puas. Kalau bukan untuk melamar pekerjaan di sini, untuk apa omnya itu datang kemari dengan setelan jas rapi?

"Ada lah, ntar kamu juga tau." Balas Bram lantas berlalu.

Ditinggal begitu saja oleh Bram tanpa diberi jawaban, membuat Ken makin penasaran. Ia lantas melangkah ke depan pintu ruangan Dharma, baru saja ia hendak mengetuk pintu itu, Dharma ternyata sudah lebih dulu keluar dan membuatnya terkejut.

"Astaga, Pakdhe!" Hampir Ken memekik, bagaimana tidak kalau tahu-tahu pintu terbuka dan sosok itu m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ida Farida
Pembaca kecewa, lama blm ada kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Rheia
kapan update lg ?
goodnovel comment avatar
Jimin
kok lama udatenya miiiinn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 74 Shocked!

    "Loh, In? Ini apa?"Bukan salah Mar kalau terkejut, secara tiba-tiba menantunya itu datang dengan koper besar di tangan. Wajah Indri nampak tegang, membuat Mar makin tidak mengerti, sebenarnya apa yang sedang terjadi. "Nggak apa-apa, Ma. Andina ada, kan?" Tanya Indri mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ada, dia di da--.""Mbak udah sampai?" Suara itu memotong, semua mata langsung tertuju pada sumber suara. Andina segera menghampiri Indri, menarik koper yang dia bawa lalu melangkah masuk ke dalam. "Kamarnya udah disiapin, Mbak. Ayo!" Gumam Andina yang segera meninggalkan Indir dan Mar di depan pintu. Indri meraih bahu Mar dengan lembut, hendak membawa ibu mertuanya itu mengikuti langkah Andina ketika Mar mencegah dan menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya. "Ada apa sebenarnya, In?" Tanya Mar dengan sorot mata tajam.Indri tersenyum getir, ia menghela napas panjang, masih menatap ibu mertuanya itu dengan tatapan lembut. "Kita masuk ikut Andina dulu yuk, Ma. Kita ngobrol banyak di

    Last Updated : 2024-12-26
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 75 Agreement

    "Semua berapa, Mbak?"Tiga paper bag besar berisi pakaian bayi sudah bertengger di atas meja kasir, belum lagi stroller bayi seharga dua digit yang Ira beli khusus untuk cucu dalam kandungan Tamara, mereka sudah beres belanja, saatnya membayar semua barang-barang itu untuk kemudian mereka bawa pulang. "Total semua dua puluh lima juta tiga ratus ribu sembilan ratus rupiah, Ibu."Mendengar itu Ira hanya tersenyum tipis sembari terangguk. Ia segera membuka dompet dan menyodorkan kartu kredit sebagai media pembayaran. "Ini mau sekalian nyari box bayinya, Tam? Kita bisa ke--.""Maaf Ibu, ada kartu lain? Kartunya decline." Petugas kasir dengan begitu sopan menyodorkan kembali kartu yang tadi Ira sodorkan, termasuk juga dengan sedikit melirihkan suaranya di kalimat terakhir. Ira yang semula tengah berbincang dengan sang menantu, kontan menoleh dengan mata membelalak. Decline? "Ah, yang bener? Decline?" Tanya Ira dengan nada tak percaya. Dengan segera Ira mengambil kartu lain, menyodorka

    Last Updated : 2024-12-26
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 76 Semakin Jelas

    "Sejak dulu Bram memang penuh misteri." Desah Mar dengan nada lirih. "Bahkan aku, ibunya sendiri tidak banyak tahu tentangnya setelah masa SMA-nya lepas."Indri dan Andina saling pandang, mereka tidak berucap sepatah katapun, membiarkan Mar meluapkan semua isi hatinya di hadapan para menantu. "Dari tiga, hanya dia yang tidak mau kuliah di luar negeri. Dari tiga itu pula, dia yang paling dekat dengan papa, jadi kesayangan papa kalian dan satu-satunya anak yang ada di samping papa kalian ketika nafas terakhirnya berhembus."Mar menatap nanar ke sekeliling, seperti tengah melanglang buana ke dimensi lain, kembali ke masa lalu. "Ia bahkan sama sekali tidak pergi dari sisi papa saat itu, sampai kemudian aku dipanggil dan menyaksikan nafas itu terhembus untuk terakhir kali. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya, mama tidak tahu. Bram bahkan tidak pernah cerita apa-apa saja yang dia obrolkan di hari-hari terakhir papa.""Mas Bram pernah cerita kalau papa nggak pernah membedakan anakn

    Last Updated : 2024-12-26
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 77 Final

    "Kalau mama yang ambil keputusan, bagaimana?"Kini ruang meeting kembali ramai, Bram dan Dharma yang tadinya hendak keluar, kini kembali masuk. Entah kebetulan atau tidak, para istri mereka datang dan kini ikut duduk membahas masalah ini. "Mama tidak akan berat sebelah, kan?" Dharma melirik ibunya, sebagai orang tua, Dharma paham pasti Mar tidak ingin ada anaknya yang menderita. Mar menghela napas panjang, "Kalian sudah jelaskan semua permasalahan, Gunawan dan Ken juga sudah mengakui apa-apa saja dosa yang dia lakukan selama ini. Mama akan berusaha adil seadil-adilnya." Tegas Mar yang langsung diikuti anggukan kepala semua yang duduk di sana. Bram menatap ibunya tanpa kedip, sesekali ia melirik Andina yang kini duduk tepat di sebelahnya. Ibu Ratu sudah bertitah, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu keputusan apa yang akan diambil oleh Mar atas kejadian ini. "Selain kamu belikan rumah, obligasi dan reksa dana, kamu kemanakan uang-uang itu, Gun?" Tanya Mar dengan nada tegas nam

    Last Updated : 2024-12-27
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 78 Rahasia Lain

    "Keterlaluan kamu!"Andina yang hendak melangkah menuju mobilnya kontan menoleh, ia baru beberapa detik melihat wajah penuh amarah itu ketika kemudian sebuah tamparan yang begitu keras mendarat di pipinya. Seketika rasa sakit dan panas menjalar di wajah Andina, satu tangan Andina menutup pipinya, bersamaan dengan itu, ia merasakan ada yang menarik rambutnya kuat-kuat. "Sakit, Ma!" Teriak Andina berusaha melepaskan jambakan itu. "Ma? Aku bukan mamamu! Dan setelah apa yang kamu dan suamimu lakukan pada anakku, pikirmu aku masih sudi kamu panggil mama?" Hardik suara itu menahan amarah. "Aku ngapain? Aku nggak ngapa-ngapain Tamara, Tante! Kalaupun suaminya harus dipecat dan mertuanya kehilangan banyak aset itu karena kesalahan mereka sendiri!" Bela Andina sembari mencoba melepaskan jambakan tangan Sandra. "Nggak ngapa-ngapain? Anakku harus melahirkan secepat ini karena syok, pikirmu itu baik? Semua ini gara-gara kamu! Salah kamu!" Ucap suara itu dengan nada penuh benci. Mendengar it

    Last Updated : 2024-12-27
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 79 Rahasia Lain (2)

    "Kamu tenang dulu, Sayang!" Andina kontan mengangkat wajah, menatap Bram dengan tatapan marah. Tenang? Bagaimana Bram bisa memintanya tenang setelah tahu bahwa selama ini kematian mamanya bukan karena murni kecelakaan? Bahkan si pembunuh hidup satu atap bersama dengan Andina puluhan tahun! "Gimana aku bisa tenang, Mas? Dia u--.""Sstt!" Potong Bram cepat, telunjuknya sudah menempel di bibir Andina. Setelah Andina terdiam, Bram segera mencengkeram kuat bahu sang istri, menatap lurus ke dalam mata Andina sambil tersenyum simpul. "Aku berjanji padamu bahwa dia akan membayar semuanya, Sayang! Dia, siapapun itu yang sudah nyakitin kamu akan membayar lunas semuanya. Percaya padaku!" Ucap Bram bersungguh-sungguh. Andina mematung di tempatnya berdiri. Air matanya masih menitik, membuat Bram melepaskan satu bahu Andina guna menyeka air matanya. "Kamu percaya sama suamimu ini, kan?" Tanya Bram tanpa melepaskan pandangan. "Aku sudah tidak menutupi apapun dari mu, An. Kamu percaya sama aku,

    Last Updated : 2024-12-31
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 80 Kejutan Lain

    "Mas? Kamu datang? A--.""Cukup, San! Aku sudah tahu semuanya!" Potong Hendra dingin sambil memberi kode Sandra agar tidak mendekatinya. Sandra yang awalnya hendak bangkit dan menghambur memeluk Hendra, kontan mengurungkan niat begitu mendengar kalimat itu. Wajahnya makin panik, makin pucat dengan keringat dingin yang mengucur. "A-aku bisa jelaskan! Ini semua pasti salah paham, aku--.""Orang kepercayaan Bram udah kasih dan kirim semua bukti itu ke aku, San. Kamu masih mau nyangkal?" Kembali Hendra memotong, ada sorot benci dalam mata itu. "Mas tapi a--.""DIAM!" suara Hendra meninggi, ia tak peduli ada banyak anggota penyidik ada di sana, matanya terus menatap tajam ke arah Sandra yang kelabakan. "Pertanggungjawabkan semua dosa dan kesalahanmu, aku benar-benar nggak pernah ngira kamu sejahat itu, San! Dan silahkan tunggu surat cerai dariku, aku yang akan urus semua!"Mendengar kata cerai, mata Sandra membelalak. Ia segera meraih lengan Hendra, namun lelaki itu mengibaskan tangan S

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    BAB 81 Kemarahan Andina

    "Hen? Mau ketemu Andina?"Hendra menoleh, Mar nampak melangkah ke arahnya. Wajah perempuan itu nampak menyimpan rasa simpatik yang mendalam padanya. "Iya, Bu. Andina di mana?" Mendadak hati Hendra terasa pedih. Bayangan wajah Andina tergambar dalam benaknya. Bahkan, mungkin saja ketika peristiwa itu terjadi, Andina belum bisa sempurna merekam cantik wajah ibunya dalam ingatan, dan karena kebodohan Hendra, Andina harus kehilangan kasih sayang dan dekap hangat Theresa untuk selamanya. "Ada di kamar dia, Hen. Ayo ibu antar.""Ah, sebentar, Bu!" Hendra menghentikan langkah Mar yang hendak mengantarkan dia ke kamar Andina. "Kenapa? Ada apa, Hen?"Hendra menghela napas panjang, ia menundukkan wajah beberapa saat, lalu kembali mengangkat wajah setelah menghela napas beberapa kali. "Apa Andina mau ketemu saya, Bu?" tanya Hendra dengan hati diliputi rasa takut. Alis Mar berkerut, sejenak ia terdiam, matanya tak lepas dari wajah Hendra yang menyimpan risau. Hendra tahu, tatapan mata itu t

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 10 - END

    "Caesar bobok?"Andina yang baru saja meletakkan Caesar di dalam box bayi, seketika menoleh ke sumber suara. Senyum Andina merekah tatkala sosok itu melangkah masuk dengan begitu perlahan. Tamara melongok ke dalam box, tersenyum lebar sembari memperhatikan Caesar dengan saksama. Entah mengapa, melihat wajah gembira dan senyum merekah itu, hati Andina benar-benar terasa bahagia dan begitu damai. "Duh ganteng banget keponakan tante." desisnya lirih sembari berpegangan pada tepian box. "Celine kemana? Kok nggak dibawa?" tanya Andina ketika sadar adiknya itu hanya datang seorang diri. Tamara menoleh, ia menghela napas panjang sembari menyodorkan paper bag yang dibawanya. "Tengokin bayi ngajak bocil? Alamat bakalan ada huru-hara, Kak!" desisnya dengan wajah cemberut. Andina menerima paper bag dari sang adik. Nama yang tercetak di sana adalah sebuah patisserie kenamaan favorit mereka. "Jadi ini para busui mau tea time nih?" tanyanya sembari melirik Tamara. "Exactly! Pas banget nih C

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 9

    "Loh Bram, ngapain di sini?"Bram dan Hendra menoleh, nampak Roy melangkah dengan santai menghampiri mereka. Di tangan Roy, ada satu kantong plastik besar yang entah apa isinya. Bram menatap lelaki itu dengan gemas, rasanya kalau tidak ada papa mertuanya di sini, sudah Bram pukuli lelaki satu ini. "Kamu nggak nungguin bini, Bram?" tanyanya masih dengan sangat santai. Bram melotot, ia mengusap wajahnya dengan kasar laku menatap tajam ke arah Roy. "Aku di sini ini ngapain sih, Roy? Lagi sabung ayam gitu?" jawab Bram sekenanya. Ia tengah risau, gelisah dan sangat khawatir tetapi cecurut yang sialnya menjadi orang kepercayaan Bram ini malah membuatnya gemas. "Ya enggak, maksudku kenapa kamu nggak nungguin di dalem? Nah di dalem Andina sama siapa?" tanyanya sembari meletakkan kantong plastik di kursi, Roy segera menjabat tangan Hendra dengan sopan. "Kamu mau aku pingsan di dalem terus nambahin kerjaan dokternya?" tanya Bram dengan sorot mata tajam. Mendengar itu, diluar dugaan Roy t

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 8

    “Sakit?”Bram menatap Andina dengan penuh rasa khawatir, sejak beberapa jam yang lalu, Andina sudah merasakan mulas dan sensasi nyeri di perut. Bahkan kini mereka sudah berada di rumah sakit sekarang, bersiap di kamar VVIP yang sudah Bram pesan jauh-jauh hari.“Lumayanlah, Mas.” jawab Andina sembari tersenyum, ia masih berusaha tenang, meskipun mulas itu makin teratur.“Operasi aja gimana? Biar aku bi—““Eh, nggak mau!”Andina segera menarik tangan Bram yang hendak melangkah menuju pintu, ia memaksa suaminya kembali duduk di sofa yang ada di dalam ruangan.“Kenapa nggak mau sih? Aku takut kamu kenapa-napa, Sayang!” wajah Bram sudah begitu panik, bisa Andina lihat sorot itu nampak gusar.“Dokter bilang semua baik, nggak ada indikasi serius jadi aku pengen lahiran normal aja, Mas.” tegas Andina tanpa melepaskan tangan Bram yang ia genggam.“Aku nggak tega liat kamu kesakitan, An. Udah deh kita operasi aja.”Kembali Andina menggeleng. Mendengar cerita Tamara perihal efek-efek yang dia ra

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 7

    "Pelan-pelan, Sayang!"Andina tersenyum, semenjak dia hamil, Bram benar-benar memperlakukan dia dengan begitu lembut. Semua yang Andina mau selalu dituruti tanpa perlu waktu lama. Andina yang sehari-hari sudah diratukan oleh Bram, kini makin dimanjakan dengan sangat ugal-ugalan! "Agenda hari ini kamu ada jadwal manicure, creambath sama kita cari perlengkapan bayi!"Bukan salah Andina kalau ia lantas terkekeh, kepalanya mendongak, menatap Bram yang masih berdiri dan nampak bersiap membantu Andina berdiri. "Sejak kapan owner perusahaan ternama, resto ternama jadi aspri aku?" goda Andina yang membuat Bram ikut terkekeh. "Lah kamu baru tahu kalau the real bos dari owner perusahaan ternama itu kamu? Dan jangan lupa ini!" Bram jongkok di depan Andina, mengelus dan mengecup perut Andina yang menyembul. Andina tersenyum, ia mengusap lembut kepala Bram, merapikan rambut lelaki itu dengan tangan tanpa mengalihkan pandangan. "Makasih bikin aku jadi perempuan yang paling beruntung di dunia,

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 6

    Dua bulan kemudian .... "Eh Kak? Kamu nggak apa-apa?"Tamara seketika panik ketika tubuh kakaknya hampir saja terhuyung jatuh kalau tidak berpegangan pada meja ganti popok Celine. Wajah Andina memang pucat, namun tadi dia masih lincah, dan kini. "Tam ... ini kok tiba-tiba aku pusing banget, ya? Tolongin dong." Mata Andina terpejam, satu tangannya memijat pelipis perlahan. Tamara tak banyak bicara, ia segera meletakan botol lotion milik celine dan memapah kakaknya yang nampak payah itu. Mereka sudah hampir dekat ke sofa menyusui yang ada di kamar Tamara ketika tubuh Andina melemas dan ambruk ke bawah, Tamara langsung menahan tubuh itu sebelum mencium lantai, sekuat tenaga ia membantu kakaknya sampai ke sofa, lalu berteriak-teriak panik sembari membetulkan posisi Andina. "PA ... PAPA! TOLONGIN KAKAK PINGSAN, PA!" teriak Tamara panik, ia lupa kalau Celine tengah tertidur pulas di dalam box. Untung saja bayi itu tidak terbangun, Tamara mengusap-usap hidung Andina dengan minyak telon

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 5

    "Eh ngapain?"Andina kontan mendorong Bram yang hendak ikut masuk ke kamar mandi. Mata lelaki itu membulat, menatap Andina dengan tatapan protes. Andina pun membalas tatapan itu, ia masih berdiri di depan pintu kamar mandi dan menutup akses lelaki itu masuk ke dalam. "Mau ikut!" jawab Bram persis seperti anak kecil. "Nggak ada ikut! Tungguin luar!" tegas Andina yang segera masuk dan menutup pintu kamar mandi. Sejenak Andina bersandar di balik pintu. Jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya ia belum ada tanda-tanda hamil, telat haid pun baru seminggu dan Bram sudah begitu bernafsu untuk tahu hasil 'kerja keras' mereka selama liburan di Jepang.Andina segera melangkah menuju kloset, ia sudah mempersiapkan semuanya. Testpack sudah berada di tangan dan kalau boleh jujur, Andina sangat takut saat ini. Bagaimana kalau hasilnya tidak sesuai harapan? Bagaimana kalau dia mengecewakan? "Nggak akan tahu kalau nggak dicoba!" gumam Andina lirih lalu meletakkan benda itu di wastafel. Ia segera

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 4

    Sandra menghentikan kakinya begitu masuk ke dalam ruangan. Matanya menyapu para hadirin yang datang. Bisa dia lihat ada Hendra, Mursiyati, Mariani bahkan ayah dari mendiang Theresa pun turut hadir.Mendadak jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, seumur hidup, setelah pembunuhan itu dia lakukan, Sandra belum pernah setakut ini. Bulu kuduk Sandra mendadak meremang, ia bahkan melonjak terkejut ketika polwan yang mengawalnya mencolek bahu Sandra dan memberinya kode untuk melangkah masuk.Dengan kepala tertunduk, Sandra melangkah menuju tempat yang sudah disediakan untuknya. Pengacara yang Sandra pilih, sudah hadir dan duduk di sana. Namun Sandra tahu betul bahwa dia tidak boleh berharap banyak pada hari ini. Memang apa yang dia harapkan? Bisa bebas seperti puluhan tahun yang lalu? Mustahil!Sandra duduk di kursi, ia masih belum berani mengangkat wajah sampai kemudian pengacaranya menyenggol lengan Sandra dengan siku.“Bu ... Ibu nggak apa-apa?”***“Hari ini, kan?”Baru saja Bram henda

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 3

    "Ada apa?" Mereka sudah di lounge bandara sekarang, Bram nampak memasukkan ponsel ke dalam tas, ia baru saja selesai menerima telepon, entah dari siapa, Andina tidak tahu. "Sidang putusan untuk kasus pembunuhan mama digelar tiga hari lagi, Sayang."Mata Andina membulat, ia menghela napas lalu menganggukkan kepala perlahan. Melihat itu nampak kening Bram berkerut, ia menatap istrinya dengan tatapan tidak percaya. "Kamu nggak pengen aku ba--""Aku nggak pengen dateng ke persidangan itu. Aku udah nggak pengen liat mukanya lagi. Aku cuma pengen denger kabar kalo dia dapet hukuman seberat-beratnya, Mas." potong suara itu lirih. Bram segera menjatuhkan diri di sofa yang ada tepat di sebelah Andina duduk. Ia meraih tangan Andina, meremas tangan itu dengan begitu lembut. "Dia tidak akan bisa mengelak lagi, Sayang. Tidak ada yang bisa membantunya lolos kali ini." gumam Bram dengan nada mantap. Andina tersenyum, ingin rasanya ia menghapus wajah dan semua kenangan akan kehidupan Andina yan

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 2

    "Papa tunggu sini, ya?"Tamara menoleh, ia melayangkan tatapan protes itu ke arah Hendra. "Loh, kan Papa aku minta nemenin." gumam Tamara merajuk. Hendra menghela napas panjang, ia melangkah mendekati Tamara, mengusap lembut puncak kepala anak bungsunya itu dengan penuh kasih sayang. "Ini kan papa temenin, Tam. Cuma kalau untuk sampai ke dalam, papa nggak sanggup. Papa nggak bisa liat wajah laki-laki yang udah mengkhianati dan menyakiti hati anak papa sampai sedalam ini." ucap Hendra lirih, "Lagipun, kalian harus membahas banyak hal di dalam, yang itu diluar kewenangan papa untuk tahu. Jadi papa tunggu di sini, ya? Bicarakan baik-baik dengan kepala dingin."Tamara mendengus, mau bagaimana lagi? Yang dikatakan Hendra ada benarnya! Tamara harus masuk dan duduk membahas banyak hal perihal masa depan anak mereka. "Baiklah kalau begitu. Papa tunggu, ya? Aku masuk ke dalam dulu."Hendra mengangguk pelan, ia tersenyum dan menatap Tamara yang melangkah masuk ke dalam. Sepeninggal Tamara,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status