"Siap, pegangan, Neng," serunya, aku pun segera berpegangan pada behel belakang motor, Karen agak mungkin juga pegangan pada perut bapaknya atau pundak bapaknya.Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam kami sudah sampai di depan rumah sakit, aku turun dan segera kubayar sesuai aplikasi. Setelahnya aku berlari menuju loby."Mbak ... Mbak helmnya! Kopernya juga ketinggalan, ni, Mbak," teriak tukang ojek itu padaku. "Ya, Tuhan," gerutuku kembali ke depan mengembalikan helm. Saking paniknya aku sampai lupa melepas helm dan meninggalkan koper dokter Mirza yang diletakkan di depan kemudi."Nih, Pak, makasih, ya, maaf," kataku, lalu kuambil koper itu.Aku kembali berlari menuju loby."Pak, nitip koper, itu punya Dokter Mirza, tolong simpen dulu," kataku pada security yang berjaga di loby."Iya, Mbak Ana," jawabnya tersenyum.Setelah menitipkan koper yang pasti akan membuatku bertambah ribet jika membawanya ke mana-mana, aku langsung menuju ke ruangan Dokter Dion. Tak jarang temanku menyap
Terakhir Diperbarui : 2024-10-23 Baca selengkapnya