Semua Bab Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam: Bab 21 - Bab 30

42 Bab

21. Saling Menginginkan

Sebenarnya, ini adalah hari yang indah. Azura mendapat kabar tentang kemajuan kasus hukumnya, lalu dia juga baru saja menerima bayaran cukup besar dari hasil kerjanya selama beberapa bulan. Meski begitu, hatinya tetap saja diliputi kegundahan.Segala hal tentang Gavin menjadi kian rumit. Azura sudah mulai bergerak mundur. Namun, Gavin justru semakin mendekatinya. Sialnya, terlalu sulit bagi Azura untuk menolak semua yang Gavin suguhkan."Hello, my sunset," sapa Gavin dari arah pintu.Azura menoleh, lalu tersenyum tipis. Belakangan ini, Gavin memang sering memanggilnya dengan sebutan-sebutan aneh, tapi manis. Azura sudah meminta Gavin agar lebih baik menggunakan namanya saja. Namun, lelaki keras kepala itu selalu punya alasan untuk mempertahankan sesuatu yang dia mau.Seperti halnya saat ini. Gavin menyamakan keindahan matahari tenggelam dengan sosok Azura yang menurutnya sama-sama bernuansa jingga. Azura tidak paham betul mengapa Gavin menyebutnya sewarna jingga. Lelaki itu hanya menj
Baca selengkapnya

22. Dilema

"Sepertinya kamu mulai dicurigai oleh Riki," ucap Laura kepada Gavin."Mungkin.""Dan kamu masih mau menemui Azura?" Suara Laura terdengar penuh dengan kekhawatiran. "Kamu harus menjauh dari Azura, setidaknya untuk sementara waktu."Gavin mengerti kekhawatiran Laura. Namun, dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Azura sendirian. Ibarat kata, Azura sedang menghadapi badai, dan Gavin berpikir kalau Azura akan menjadi lebih kuat kalau ada seseorang yang menggenggam tangannya.Selain itu, Gavin juga sudah terbiasa mengisi hari-harinya dengan kebersamaan mereka. Rasanya tak rela jika waktunya harus dihabiskan tanpa melihat wajah Azura. Meski hanya beberapa jam dalam satu hari, tapi bagi Gavin, itu sangat berarti.Lalu, ada satu lagi alasan terbesar yang tidak mungkin Gavin katakan pada Laura. Ini tentang perasaan yang diam-diam mulai tumbuh, bahkan telah berkembang. Orang bilang, hati manusia tidak mungkin bisa mencintai dua orang sekaligus. Namun, Gavin tidak menemukan kata lain yang bis
Baca selengkapnya

23. Ancaman

Di sebuah ruangan besar dengan jendela-jendela lebar, Riki sedang berdiri memandangi jalanan kota. Dia tahu bahwa waktunya tidak banyak. Investigasi yang dipimpin Laura semakin menekan, dan bukti-bukti mulai terkuak ke permukaan. Dengan marah, dia memukul meja, membuat beberapa berkas terjatuh."Kita harus segera menemukan Azura." Riki berbicara dengan nada tegas kepada anak buahnya yang berkumpul di ruangan itu. "Jika dia berhasil bersaksi, kita semua akan habis."Dengan wajah tegang dan penuh rasa takut, anak buah Riki mengangguk. Mereka tahu bahwa bos mereka tidak main-main. Setiap perintah harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat."Saya sudah menyebar orang-orang di beberapa tempat yang mungkin dia datangi," kata salah satu dari mereka. "Kami juga memantau setiap pergerakan yang mencurigakan.""Apa hasilnya?""Masih belum kami temukan." Dia menjawab seraya menundukkan kepala.Riki spontan melempar lembar kertas di hadapannya. Berkas laporan lokasi tidaklah berarti. Riki tak butuh
Baca selengkapnya

24. Penyerangan

'Aku ingin kamu jujur sama Azura kalau kita berdua sudah bertunangan.'Satu-satunya permintaan dari Laura terus terngiang di kepala. Gavin mengerti kalau pengakuan ini pasti akan sangat terasa berat. Namun, sepertinya memang sudah saatnya bagi Gavin untuk mengambil keputusan."I'm so sorry, Azura," lirih Gavin seorang diri.Gavin sudah tidak nyaman dengan hatinya yang terus dilanda kegelisahan. Ketidakjujuran nyatanya benar-benar membuat semuanya kacau. Tak bisa lebih lama lagi menutupi hubungannya dengan Laura, Gavin akhirnya bertekad membuka semua kepada Azura.Mempertahankan hubungannya dengan Laura adalah keputusan yang mau tak mau harus Gavin ambil. Meski rasa sayangnya kepada Azura semakin terasa nyata, tapi Gavin tidak mungkin sanggup menyakiti Laura lebih banyak lagi. Sudah saatnya Azura tahu kalau Laura sebenarnya adalah wanita yang akan menjadi istrinya.Aku telah berdosa karena sempat berpikir kalau Azura akan memiliki masa depan denganku, ucap Gavin dalam hati.Jalanan mas
Baca selengkapnya

25. Bebas

Rasanya mendebarkan, tapi Azura sangat bersemangat saat pada akhirnya dia bisa keluar dari flat miliknya. Setelah berbulan-bulan bersembunyi, Azura akhirnya bisa menghirup udara bebas. Ya, bebas.Azura tak perlu lagi takut akan ancaman dari Riki dan keluarganya. Pra peradilan telah berjalan, dan mereka semua sudah diamankan. Ini benar-benar menjadi hari yang bersejarah bagi Azura. Keberanian dan tekad yang dia kumpulkan selama ini akhirnya membuahkan hasil."Papa, Mama, kita semakin dekat dengan keadilan," ucap Azura seraya menatap pantulan diri dari kaca.Perasaannya bercampur antara lega, bahagia, dan sedikit cemas. Namun, satu hal yang pasti, hidupnya terasa sedikit lebih ringan. Memang belum berhasil sepenuhnya. Masih ada proses persidangan yang akan berlangsung selama berbulan-bulan. Namun, setidaknya Azura sudah melepas sedikit beban yang dia tanggung."Ra, kita jadi ketemu?"Suara Gavin mengalun merdu saat Azura mengangkat telepon darinya. Biasanya mereka hanya bersua di dalam
Baca selengkapnya

26. Pengakuan

Tidak biasanya wajah Gavin diselimuti mendung. Biasanya, lelaki itu selalu tampak bahagia saat menatap wajah Azura. Namun, kali ini Gavin cenderung terlihat murung."Ada sesuatu?" tanya Azura.Gavin menarik bibirnya untuk membentuk senyum tipis, senyum terpaksa."Maaf karena kemarin aku harus bertemu dengan Anna," lanjut Azura.Gavin mengangguk. "Bukan masalah.""So?"Lelaki itu lantas menatap lekat kedua mata Azura. Manik abu-abu yang biasanya bersinar, kini berubah redup. Butuh waktu sekian detik bagi Gavin untuk sekadar mengucapkan satu kata."Ra, maaf."Alis Azura sontak mengernyit. "Maaf? Untuk apa?""Untuk semuanya."Gelengan kepala lantas memberi tanda bahwa Azura tak mengerti apa yang Gavin maksud. Sejauh ini, Azura tidak merasa punya masalah apapun dengan lelaki itu. Cukup aneh jika tiba-tiba Gavin membahas hal yang sepertinya cukup serius."Aku salah, Ra." Kalimat yang Gavin lontarkan terdengar berat dan sulit terucap. "Aku nggak jujur sama kamu selama ini, dan aku minta maa
Baca selengkapnya

27. Hancur

Azura duduk meringkuk pada kursi balkon. Matanya menyorot ke arah jendela dengan tatapan kosong. Ada semburat rasa cinta yang sialnya harus beradu dengan lara.Embusan angin yang menerpa wajahnya, seolah mengingatkan pada malam-malam panjang yang pernah dia habiskan bersama Gavin. Setiap sentuhan, setiap bisikan, dan setiap senyuman yang pernah terjadi di ruangan ini, kini hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan."God dammit!" pekik Azura.Azura menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam gejolak di dadanya. Mengapa rasa itu begitu sulit dihapus? Mengapa setiap kali dia berusaha melupakan, bayangan Gavin selalu saja muncul di benaknya? Kedua mata Azura lantas dipejamkan sempurna. Dia berharap bisa menemukan kedamaian di dalam kegelapan. Namun, wajah Gavin justru semakin jelas tergambar. Gurat tampan dengan senyuman yang dulu begitu Azura cintai, kini mewujud menjadi sumber luka yang tak terperi.“Gavin,” bisiknya pelan, nyaris seperti doa. Azura sadar bahwa perasaan ini tidak akan
Baca selengkapnya

28. Berjarak

Azura menatap wajahnya pada cermin kecil yang terpajang di kamar mandi. Rambutnya dibiarkan basah tanpa dibalut dengan handuk. Sungguh, Azura merasa tubuhnya seperti cangkang kosong yang tak bernyawa.Selama beberapa hari, Azura terus mencoba fokus pada persidangan yang masih bergulir. Namun, pikirannya selalu pecah setiap kali Azura mengingat Gavin. Ada perih yang tak bisa disangkal, meski Azura sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan perasaannya.Bulan demi bulan, persidangan terus berlanjut. Setiap harinya, Azura membawa harapan bahwa keadilan akan ditegakkan. Laura dengan profesionalismenya yang tinggi, terus berjuang untuk memenangkan kasus tersebut. Di balik rumitnya perihal perasaan, jujur saja Azura mengagumi kekuatan dan dedikasi Laura, dan Azura sangat berterima kasih soal ini.Suatu pagi, ketika Azura sedang duduk sendirian di flatnya, ponselnya berbunyi. Nama Laura muncul. Azura menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat panggilan terseb
Baca selengkapnya

29. Ikhlas

"Atas dasar bukti dan kesaksian yang ada, pengadilan memutuskan bahwa terdakwa dinyatakan bersalah."Suara hakim terdengar tegas dan lantang. Ketukan palu berhasil membuat setitik air mata haru menetes di pipi Azura. Akhirnya, momen yang dia tunggu-tunggu telah tiba.Riki dan keluarganya sejak tadi hanya bisa menundukkan kepala. Namun, Azura masih bisa melihat lirikan mata penuh amarah sesaat sebelum Riki keluar dari ruang persidangan. Azura tahu, masih ada satu langkah yang harus dia lewati. Setelah ini, Riki pasti akan mengajukan banding."Kita masih harus berjuang di sidang selanjutnya, Ra," ucap Laura.Azura mengangguk. "Ada hal yang harus aku persiapkan?""Nggak ada," balas Laura. "Sidang selanjutnya adalah ajuan banding dari pihak Riki. Dan tenang aja, karena aku udah punya berbagai bukti perlawanan untuk ajuan banding nanti."Ungkapan terima kasih seolah tak pernah habis Azura layangkan. Sejak pertemuannya dengan Laura, hidupnya berangsur menjadi lebih baik. Kini Azura percaya
Baca selengkapnya

30. Pulang

Persidangan kembali dilangsungkan. Proses banding berjalan hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Ini adalah momen-momen yang sangat penting bagi Azura. Namun, selama beberapa kali sidang, Gavin tetap tidak kunjung datang.Ah, tapi biar saja. Ada atau tidak adanya Gavin, proses persidangan tetap akan berjalan lancar. Hidup Azura pun tetap bergulir dari pagi menuju petang."It's a big day, Ra," ucap Laura saat hakim membacakan banding yang Riki ajukan.Azura mengangguk. "Terima kasih telah mendampingi aku selama ini."Laura tersenyum hangat serta terus menggenggam tangan Azura. Sambil sama-sama menahan napas, mereka akhirnya mendengar dengan jelas saat hakim memutuskan untuk menolak banding. Dengan begitu, Azura dinyatakan menang dalam kasus ini.Azura menutup matanya sebagai ungkapan ekspresi kelegaan. Ini benar-benar menjadi puncak dari perjalanan hukumnya selama ini. Tak bisa dipungkiri, ini adalah hasil yang sejak awal Azura harapkan."Selamat, Ra. Selamat," ucap Laura. "Kamu ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status