All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 31 - Chapter 40

85 Chapters

31. Cemburu?

Sarah menanggapi dengan tersenyum penuh arti. Ia tidak menjawab dan mengalihkan perhatian pada buku menu.Setelah memesan makanan, kecanggungan kembali terjadi. Hingga akhirnya, Irwan menjulurkan sebuah berkas.“Baca lah.” Irwan berucap singkat.Sarah mengangguk, lalu membuka map. Ternyata isinya adalah laporan tentang kinerjanya selama menjadi pegawai remote di perusahaan teknologi terkenal itu.“Review atas hasil pekerjaanmu sangat baik, Aku memutuskan mengangkatmu sebagai kepala proyek selanjutnya.” Irwan saling menautkan jari-jari tangan kiri dan kanannya di atas meja.Sungguh tawaran yang menarik. Jika saja ia masih single. Saat ini sepertinya ia tidak mungkin bekerja full time.“Artinya saya harus ke kantor?”Irwan mengangguk. “Kamu akan menjadi pegawai tetap dengan jabatan dan mendapat banyak fasilitas.”Dahi Sarah berkerut. Ia terpikir untuk menelepon Frank dan menanyakan pendapat Papa mertuanya tersebut.“Kapan aku bisa mulai?”“Minggu depan? Kami harus menyiapkan ruangan unt
Read more

32. Tumpuan Harapan

“Mama tidak tau kalau mereka akan bulan madu, Marsha.” Lucy mengelus punggung Marsha yang sedang mengadu padanya.Wanita muda yang cantik karena operasi wajah itu terisak pelan. Marsha memang langsung shock mendengar pernyataan Marc di kantor. Seharian itu, mood-nya menjadi tidak baik.“Sarah bisa saja hamil saat kembali. Jika itu terjadi, mereka tidak akan bercerai, Lucy.” Tinna mendengus pelan.“Kalian tenang saja. Aku akan bicara pada Frank. Lagipula, aku sudah menitipkan pil kontrasepsi pada Marc untuk Sarah.” Lucy berkata dengan penuh yakin. “Marc juga tidak akan mau memiliki anak dari wanita pembawa sial itu.”Mendengar pernyataan Lucy, tidak serta merta membuat Marsha lebih tenang. Iri hatinya pada Sarah semakin berkembang lebih dalam.Bayangkan setelah laptop canggih, mobil mahal, kini Sarah akan mendapatkan liburan bulan madu bersama Marc. Sungguh, ia sangat tidak terima adik tirinya mendapatkan keberuntungan tersebut.“Apa kita perlu menyusun rencana agar Marc dan Sarah memb
Read more

33. Hidup Tidak Tenang

Marc menerima saran Adrian. Ia memutuskan tetap melakukan perjalanan dengan Sarah. Selain memang ingin menyenangkan hati orang tua, entah kenapa ia juga ada keinginan untuk mendekati Sarah.Mungkin ada rasa bersalah karena pernah memaksa Sarah melayani nafsunya saat terkontaminasi obat perangsang.Adrian berjanji akan menjaga Frank. Pernyataan itu membuat Marc tenang. Ia memutuskan sambungan telepon dan kembali ke kamar.“Selamat pagi, Marc, Sarah.” Frank menyapa putranya. “Papa memutuskan ke sini sebelum ke kantor.”Frank kemudian memeluk putra dan menantunya. Lelaki setengah baya itu mengamati pasangan suami-istri yang telah rapi untuk pergi.“Nikmati perjalanan pertama kalian berdua. Tolong, Papa. Jangan saling membunuh.” Frank terkekeh sendiri saat selesai mengucapkan kalimatnya.Marc dan Sarah spontan saling melirik. Selanjutnya Frank meminta maaf atas pernyataannya tersebut dan mengatakan bahwa ia hanya bercanda.“Papa akan baik-baik saja, ‘kan?” Marc menatap Frank dari kepala h
Read more

34. Koper yang Hilang

Perjalanan di pesawat cukup menyenangkan bagi Sarah. Mereka menggunakan pesawat komersil dan duduk di kursi bisnis. Sofa pesawat dengan pembatas sangat membantu Sarah duduk berjarak dengan Marc.“Kenapa masih bekerja?” Marc yang duduk di sebelahnya menegur Sarah.“Karena ada pekerjaan.” Sarah menjawab singkat, lalu menaikkan pembatas sofa di antara mereka.Marc menyandarkan kepala di punggung sofa pesawat. Bagaimana caranya ia bisa dekat dengan Sarah jika perjalanan mereka seperti ini?Berbagai ide berputar di kepala Marc. Lalu, ia menemukan salah satu cara. Lelaki itu berdiri dan berjalan ke meja bar pesawat.Sambil menikmati minuman, Marc melirik Sarah. Wanita itu terlihat menutup laptopnya dan mulai berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.Beberapa saat kemudian, perlahan Marc menghampiri kursi Sarah. Ia mengambil laptop dan mengotak-atik sebentar sebelum mengembalikan ke tempat semula.“Ketika membuka laptop ini, Sarah pasti meminta bantuanku.” Marc terkekeh sebelum kembali
Read more

35. Ada Apa Denganku?

Sarah mengangguk. Ia lalu membereskan pakaian-pakaian yang dibelinya dan menatanya di dalam lemari di dekat kamar mandi. Ia sama sekali tak sadar, Marc masih termangu heran.“Vitamin-vitamin ini sama dengan yang diminum Papa.” Marc bergumam sambil mengerutkan kening.“Apa? Kamu bicara padaku, Marc?” Sarah melongok dari pintu kamar mandi.“Tidak.” Marc balas berteriak. Ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut dan langsung memberikan catatan tersebut pada petugas villa.Sarah berdecak kesal. Setelah membilas tubuh, ia mengenakan pakaian yang baru ia beli. Dress pantai panjang itu terbuka di bagian atas. Terdapat tali di leher untuk menahan bagian dada agar tidak melorot.Berputar di depan cermin, Sarah juga melihat belahan di samping gaun memperlihatkan setengah pahanya.‘Sial. Semoga dengan gaun ini, Marc tidak mengira aku menggodanya.’ Sarah berucap dalam hati.Wanita itu keluar dan mendapati Marc yang sedang menelepon menghadap jendela. Sarah mengambil botol air mineral dan me
Read more

36. Berubah Pikiran

Selesai pertunjukan lumba-lumba, Sarah dan Marc mengikuti rombongan berjalan-jalan di sekitar villa. Petugas sedang menjelaskan berbagai macam fasilitas.“Kami juga akan membuka restoran outdoor di depan pantai dengan live music.”“Pagi hari di lapangan ini akan ada yoga bersama.”“Sarapan bisa diantar ke kamar bagi yang malas keluar dan masih ingin berenang di kamar masing-masing yang memiliki kolam private.”Petugas memberikan banyak keterangan. Sungguh ini adalah tempat yang indah. Sayangnya, Sarah harus menikmatinya dengan lelaki yang salah.Setelah makan malam, Sarah mendapat email dari perusahaannya. Hingga ketika tiba di kamar, ia langsung membuka laptop.Dahinya berkerut dalam saat laptop itu hanya menampilkan layar putih. Ia mencoba mereset ulang namun tidak ada perbaikan.Marc yang sedang bermain ponsel melirik Sarah dan menunggu wanita itu meminta bantuan. Persis seperti rencana agar Sarah menjalin komunikasi dengannya.Lelaki itu berpura-pura tidak memperhatikan saat Sarah
Read more

37. Pesan Ancaman

“Ooh, tidak. Tentu saja kita harus bercerai.” Sarah menggeleng keras.Marc mengerutkan kening tak suka. Saat banyak wanita ingin menjadi istrinya, kini wanita yang telah sah mendampingi hidupnya malah mendesak untuk berpisah? Sungguh ia merasa sakit hati.“Sepertinya kamu antusias sekali kita akan bercerai? Apa sudah memiliki kekasih lain? Bos mu itu mungkin?” Marc mengendik pada layar laptop Sarah dengan wajah dingin.Tiba-tiba saja terlintas pertemuan antara Sarah dengan Bos-nya di restoran makanan sehat di otak Marc. Lelaki yang cukup tampan dan ramah itu yang bersenda gurau dengan istrinya.“Sembarangan saja kalau bicara. Bagaimana denganmu? Apa saja yang sudah kamu lakukan bersama Marsha?” Sarah balas menyahut dengan nada tinggi.“Kamu menuduhku yang tidak-tidak.”“Kamu yang lebih dulu menuduhku yang tidak-tidak.”Gila. Baru satu hari berduaan, rasanya kepala Sarah sudah mau pecah. Perceraian memang jalan terbaik, batin Sarah mendesah.Sarah menutup laptopnya. Ia berjalan ke ranj
Read more

38. Banyak Misteri

“Duduk!”Sarah tersentak mendengar Marc membentaknya. Sedikit gentar, ia duduk di sofa dengan jari-jari saling bertautan.“Aku tidak mau dengar kata-kata itu lagi.” Entah kenapa semakin Sarah menginginkan perceraian, Marc semakin tertantang untuk mempertahankannya.“Kita tidak bisa bersama, Marc.”“Siapa bilang?”“Ini ... demi Papa.” Sarah menundukkan pandangan.“Justru Papa menginginkan kita bersama.”Sarah menggeleng. Ingin sekali ia membeberkan rahasia ini. Sebisa mungkin ia tahan, karena respons Marc mungkin akan membuat semuanya bertambah runyam.“Kalau kita bersama akan lebih berbahaya.”“Aku tidak mengerti Sarah. Sepertinya terlalu banyak misteri ketika kamu kembali.” Marc mendesah.“Misteri?” Sarah menatap wajah Marc dengan kedua alis terangkat sedikit.“Kamu banyak berubah. Penampilan, pola hidup, selera makan, sikap dan gerik-gerikmu pun berbeda.”Haruskah Sarah senang karena ternyata Marc memperhatikannya? Tidak, jangan ge-er, Sarah. Wanita itu mengingatkan dirinya sendiri.
Read more

39. Perlakuan Romantis

Marc dan Sarah berjalan-jalan di sekitar area pantai. Banyak pertokoan yang menjual aksesoris dan cidera mata.“Mau membeli oleh-oleh?” Marc menawarkan saat melihat Sarah menatap lama etalase toko.Sarah menoleh menatap Marc. “Boleh?”Tanpa kata, Marc menggandeng tangan Sarah memasuki toko. Sarah tercenung dan menatap sekilas tangannya yang dipegang Marc.“Pilih dan beli apa pun yang kamu suka.” Marc berkata saat mereka telah berada di dalam toko.Sesungguhnya, Sarah tidak tau apa yang harus ia beli. Ia tidak memiliki keluarga ataupun teman dekat. Akhirnya, ia hanya membeli beberapa kain pantai dan hiasan rumah untuk Ibu Irma.Sarah tidak menemukan benda yang bisa ia berikan pada keluarga Carrington. Ia menunjukkan barang belanjaannya pada Marc.“Itu saja?” Marc melihat sekilas keranjang belanjaan istrinya.Kepala Sarah mengangguk. “Iya, ini saja.”Marc mengambil alih keranjang lalu memberikannya pada kasir. Ia juga membayar tagihan belanja dan membawakan paperbag.“Biar aku saja yang
Read more

40. Pergi Dari Rumah

Semua mata menatap Frank. Adrian yang sejak tadi berdiri tak jauh dari bosnya ikut menahan napas mendengar nada suara Frank yang tampak curiga.“Benarkan?” Frank menatap Marsha. “Jika kamu menikah dengan Marc dalam waktu dekat, kalian belum bisa langsung memiliki anak karena .... ““Iya, tentu saja.” Tinna langsung memotong kalimat Frank. “Tadi, kami hanya berkhayal karena sangat antusias dengan pernikahan Marc dan Marsha kelak.”Alasan Tinna tidak membuat Frank percaya begitu saja. Melalui sudut matanya, ia mengamati Marsha yang sedang mengesap teh hangat dengan sikap elegan.Bukan sekali ini saja, Frank memergoki Marsha. Gaya hidup dan pola makannya hanya berubah saat wanita itu bersama keluarga Carrington.Frank pernah juga mendapat laporan dari beberapa orang, termasuk Larry tentang kebiasaan-kebiasaan Marsha yang jauh dari hidup sehat. Ia sempat berkilah itu semua karena Marsha masih muda dan tentunya lebih sehat.Namun di saat lain, Marsha terlihat rapuh. Sering mengeluh luka sa
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status