"Tidak usah membawa-bawa orang lain. Ngapain, Mas, menyuruh Herman ke sini?" Padma berkacak pinggang."Lho, kok ngapain? Ya, agar Herman menjelaskan semuanya, lah. Kamu mendengarnya dari Herman, bukan?" Tirta menjawab dengan sabar. Padahal, emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Ia akan menghabisi Herman setelah semua kesalahpahaman ini terurai. Ia janji!"Bapak akan meninggalkan kalian berdua untuk menyelesaikan masalah ini. Ingat, gunakan akal sehat, bukan emosi. Mengerti, Padma, Tirta?" Pak Manan memberi nasihat sebelum berlalu."Baik, Pak," sahut Padma dan Tirta bersamaan."Aku bukan mendengarnya dari Herman," Padma menyambung pembicaraan. Setelah tidak ada telinga lain yang mendengar, Padma jadi lebih leluasa mengekspresikan diri."Bukan? Lantas dari mana?" tanya Tirta heran. Seingatnya, hanya dengan Herman ia pernah membuat janji karena emosi sesaat itu."Dari mulut Mas sendiri," Padma tersenyum pahit."Dari mulutku? Kapan kamu mendengarnya? Puluhan tahun yang lalu?" Tirta meminta
Last Updated : 2024-10-13 Read more