Home / Pernikahan / SETELAH IBU PUNYA SUAMI BARU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of SETELAH IBU PUNYA SUAMI BARU: Chapter 21 - Chapter 30

68 Chapters

Bab 21. Sepotong Ayam Goreng Untuk Berdua

Ponsel pemberian Kak Nur kuambil dari tas, lalu mulai membuka kontak nomor di dalamnya. Tidak banyak, hanya ada beberapa kontak nomor di ponsel ini. Selain nomor Bu Halimah, Kak Nur, dan Mbak Fika, ada juga nomor penjual buah yang kusimpan. Agak ragu melakukan panggilan pada nomor Bu Halimah. Namun, ada rasa rindu padanya dan juga rasa penasaran dengan kabar Ibu. Setelah beberapa kali membuka ponsel dengan memencet menu, keluar, menu, keluar, akhirnya kuputuskan melakukan panggilan. Panggilan tersambung dan terdengar suara di ujung telepon, "Hallo. Assalamualaikum, ini siapa ya?" "Ha-hallo, wa alaikum salam, Bu Halimah?" "Iya, ini siapa?" "Ini Vina, Bu," jawabku. Tak terasa air mata ini mengalir mendengar suara tetangga yang selama ini baik padaku. "Ya Allah, Vina? Alhamdulillah kamu telepon Ibu, Nak. Ibu khawatir sekali denganmu. Gimana keadaan kamu dan adik-adik? Jadi kamu sudah tinggal sama Ayah kamu?" Berbagai pertanyaan dilontarkan padaku.
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 22

"Fajar nggak mau makan, Kak. Dari tadi disuapi nggak mau." Aku menghentikan aktifitas mencuci baju, lalu melihat keadaan Fajar. Beberapa hari ini dia tidak bersemangat dan tidak begitu aktif. Entah apa yang terjadi, semoga dia baik-baik saja. Kudekati adik bungsuku yang tengah berbaring di kasur lantai. Bibirnya pucat dan matanya sayu."Ya Allah, badannya panas," ucapku, saat menyentuh kening Fajar. Sejak bangun tidur, aku langsung memasak dan mencuci baju. Belum sempat mengecek keadaan Fajar. Aku meminta Andi mengambilkan air hangat untuk mengompres Fajar, lalu mengambil baju yang sudah sobek, kusobek lagi menjadi bagian yang lebih kecil sebagai pengganti handuk. "Fajar sakit ya, Kak?" Lani mendekat dan ikut duduk di sampingku. "Iya, Lan, badannya panas banget. Kakak harus bawa Fajar berobat, kamu di rumah sama Kak Andi ya." Aku tidak mau kalau sampai menunggu lebih lama lagi. Panas tubuhnya tidak turun dan semakin terasa panas saat disentuh. Aku
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 23

"Gimana keadaan Fajar, Kak?" "Panasnya masih tinggi, Ndi. Padahal sudah minum obat juga, Kakak bingung dan kasihan melihatnya." Kutatap wajah Fajar yang berada dalam gendonganku. Ia masih merengek dan memanggil nama Ibu. "Apa kita bawa ke rumah sakit saja?" Memang sebaiknya ke rumah sakit saja. Tapi ... bagaimana dengan biayanya? Uangku tinggal sedikit, tidak tahu lagi harus seperti apa. "Vin! Vina!" Terdengar suara Kak Nur, kulihat wajahnya panik, ia langsung mendekat dan memegang Fajar. "Gimana keadaan Fajar? Kenapa nggak telepon Kakak kalau Fajar sakit sih, Vin? Kamu nggak nganggep aku ini kakakmu, ya!" "Maaf, Kak." Aku memang tidak ingin merepotkannya. Selama ini sudah banyak merepotkan Kak Nur dan Mbak Fika. "Maaf, maaf! Kamu ini benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya ada keadaan seperti ini kok diam saja! Sudah, ayo bawa ke rumah sakit!" Kak Nur menarik tanganku, yang masih memegangi Fajar. "Tapi, Kak ...." Aku menarik tanganku. Aku malu ji
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 24

Aku tidak habis pikir, kenapa Bu Hajah meminta Andi membawa Lani ke rumahnya. Aku seperti merasakan ada niat lain dari Bu Hajah. Apa lagi Lani begitu senang berada di rumah mewah itu. Kenapa tiba-tiba ada ketakutan yang kurasakan. Aku takut jika Bu Hajah ingin Lani tinggal bersamanya. Dari yang kulihat, Bu Hajah sangat bahagia saat bertemu dengan Lani waktu itu. Dan saat aku membawa Fajar kemarin, Andi juga membawa Lani ke sana. Semoga ini semua hanya perasaanku saja. "Kata Bu Hajah, biar kami ada yang jaga saat Kakak di rumah sakit. Makanya aku disuruh membawa Lani juga ke sana," papar Andi. "Ya sudah, tapi harus jaga sikap di rumah orang." "Iya, Kak." Aku dan Mbak Fika meninggalkan rumah menuju ke rumah sakit lagi. Sesampainya di sana, aku segera menyerahkan foto copy Kartu Keluarga itu setelah sebelumnya di foto copy lagi atas saran Mbak Fika. Katanya agar memudahkan saat tiba-tiba dibutuhkan. Setelah memberikan foto copy Kartu Keluarga untuk
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 25

"Maksudku ... Lani nggak diasuh sama mereka, 'kan?" "Ya enggaklah, Mbak. Lani tetap sama aku. Tapi untuk bantuan sebanyak ini ... aku rasa ini berlebihan." "Ya itu, maksud aku, Vin. Jangan-jangan ... mereka ingin kamu merelakan Lani tinggal bersama mereka. Kalau itu terjadi, kamu gimana?" Pertanyaan Mbak Fika membuatku gelisah. Bagaimana kalau perkiraanku itu benar. Bahkan Mbak Fika saja berpikir yang sama sepertiku. "Aku nggak mau lah, Mbak. Nggak akan aku bolehin. Apa pun yang terjadi, adik-adikku tidak boleh tinggal terpisah. Aku akan lakuin apa aja asal kami tetap tinggal bersama," jawabku. "Ya, aku setuju denganmu. Tapi kalau Lani sendiri yang menginginkannya, apa kamu akan melarangnya?" Entahlah, aku bingung menjawabnya. Bagaimana kalau Lani memang lebih suka tinggal bersama mereka? Tapi .... "Sudahlah, nanti kita pikirkan lagi," sela Mbak Fika. "Tapi uang ini terlalu banyak, apa aku kembalikan saja ya, Mbak?" "Kamu simpan dulu, s
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 26

Apa maksud ucapan Lani, kenapa dia berkata seperti itu? Aku menoleh pada Bu Hajah Rahmi. Beliau tersenyum seraya memegang bahu Lani, yang memang duduk bersebelahan dengannya. "Namanya juga anak kecil. Nggak papa kalau nggak mau pulang, biarkan saja dia tinggal di sini lebih lama lagi," ujar Bu Hajah Rahmi. "Lani, ayo kita pulang, Fajar nanyain kamu. Kamu nggak kangen sama Fajar?" Aku tetap mengajaknya untuk pulang. Lani bergeming, tetap menunduk. "Jangan dipaksa, Vina, saya nggak keberatan kok, Lani tinggal bersama saya." "Tapi Lani masih punya keluarga, dan dia punya saya. Saya yang bertanggung jawab atas dia." Rasanya benar-benar tidak suka melihat Lani yang seperti enggan menatapku. Apa tinggal di sini menjadi keinginannya saat ini. Meskipun aku belum cukup dewasa, tapi aku cukup mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Begini, Vin, saya ingin meminta Lani untuk saya asuh. Saya ingin menjadikannya anak angkat karena saya senang melihat Lani, dan sepertinya
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 27

"Ini dijual berapa, Pak?" "Lho, siapa bilang untuk dijual? Ini buat kalian pokoknya. Bapak punyanya hanya singkong, tidak bisa memberi yang lain." Lelaki seumuran bapak itu memutar motornya. "Tapi ini banyak lho, Pak. Tunggu sebentar." Aku ke dalam dan mengambil uang yang tinggal beberapa lembar. Hanya ada satu lembar uang lima puluhan, yang lain hanya lima ribuan dan dua ribuan saja. Tidak mungkin aku menerima begitu saja singkong sebanyak ini. Pasti Pak Mardi sudah bersusah payah menanam, merawat, serta mengambilnya dari kebunnya. "Ini, Pak." Kuberikan uang lima puluh ribuku yang tinggal satu-satunya. "Lho, nggak usah, Bapak ikhlas memberikannya. Bapak sudah jual beberapa karung, uangnya sudah terkumpul di rumah. Ini hanya sisanya saja yang saya bawa. Kalian jadikan makanan apa saja yang bisa dijual lagi. Nanti uangnya bisa buat beli beras. Bisa juga direbus untuk dimakan. Simpan saja uangnya, Bapak sudah punya uang." "Tapi, Pak ...." "Sudah, jang
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 28

Pagi ini aku bangun lebih awal untuk membuat gethuk. Berbekal pengalaman yang kudapat dari Nenek dulu, aku bisa membuatnya. Hanya perlu mengukus dan menumbuknya agar mendapatkan gethuk yang halus dan lembut. Ada dua jenis gethuk yang kubuat. Satu dengan toping serundeng, satunya lagi dengan toping gula merah cair dan kelapa parut. Beberapa keripik singkong juga sudah siap dalam kemasan. Kemarin aku dibantu Mbak Fika dan Kak Nur dalam membuatnya. Semua sudah aku tata rapi dalam plastik dan siap untuk dibawa ke pasar. Kak Nur bahkan sudah mencarikan lapak di pasar. Katanya agar aku tidak jualan di emperan. Padahal menurutku sama saja, yang penting jualannya laku. "Aku bantuin ya, Kak." Andi membantu membungkus gethuk-gethuk itu pada bungkusan daun pisang. Ada juga sebagian yang dibungkus dengan mika, karena daun pisangnya sudah habis. Kemarin Andi yang mencari daun pisang, tetapi ia hanya mendapat sedikit. "Alhamdulillah, semuanya sudah siap. Kakak tinggal mandi
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 29

"Dor!" Kedatangan Mbak Fika yang mengagetkan, membuatku terjingkat. Rupanya ia sengaja menaruh motornya jauh dari rumah agar bisa mengagetkanku. Jahil sekali dia. "Mbak Fika bikin kaget aja sih," gerutuku. "Ha ha ha, lagian kalian pagi-pagi kok udah mellow. Ayo kita berangkat ke sekolah, mana Lani?" Aku memanggil Lani dan ia keluar dengan tas di punggung dan sudah memakai seragam lengkap. Aku merasa bahagia melihat adikku akhirnya bisa sekolah. Andi dan Lani, mereka sudah naik ke atas motor dan Mbak Fika mengantarkan mereka. Jarak dari rumah menuju sekolah lumayan jauh, jadi aku harus mencari bagaimana caranya agar tidak bergantung pada Mbak Fika. Hari ini aku pergi ke pasar agak siang, karena tidak jualan gethuk. Ke pasar karena ingin berbelanja buah-buahan dan bahan-bahan untuk jualan lagi di lapaknya Mbak Fika. Sudah kuputuskan untuk tetap jualan di sana saat sore sampai malam, dan jualan di pasar saat pagi hari. Jadi saat siang aku masih bisa istira
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 30

Sore ini aku membuka lapak Mbak Fika. Andi tidak ikut dan memilih ke tempat Haji Rosyid saat sore hari, karena paginya ia sekolah. Sedangkan Lani, ia aku daftarkan sekolah TPQ karena aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarinya. "Kamu kok baru buka lapak lagi, Vin. Kamu sakit?" Saat membuka lapak, Kak Arya menghampiriku. "Enggak, memang baru ada waktu aja," jawabku singkat. Aku tidak mau terlalu dekat dengan Kak Arya, khawatir ada yang akan menghadangku lagi seperti tempo hari. "Aku bantuin menata dagangan, ya?" Kak Arya menawarkan diri, tetapi aku menolaknya dengan halus. "Nggak usah, Kak. Aku bisa sendiri, kok." "Ya udah deh, aku main sama Fajar aja kalau gitu. Ayo, Jar, ikut main sama Kakak." Lelaki bertubuh jangkung itu mendekati Fajar yang sedang asik bermain dengan mobil-mobilan hadiah dari Mbak Fika. "Jangan! Fajar nggak boleh main dulu, dia baru saja keluar dari rumah sakit." "Oh, Fajar habis sakit? Nggak papa kok, aku ajak Fajar mai
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status