Home / Pernikahan / Istri Baru Mantan Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Baru Mantan Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

25 Chapters

Bab 1 Ketahuan Selingkuh

Tiit Tiiit TiiiitAku terlonjak. Suara klakson mengagetkanku. Ternyata lampu sudah hijau. Pengemudi mobil di belakangku sudah bermuka masam karena aku tak kunjung beranjak sejak tadi. Malu sekali rasa, langsung ku tancap gas agak kencang meskipun hatiku tertinggal di perempatan sana. "Nak kita balik ke tempat yang tadi sebentar, Bunda kayak melihat bapakmu di toko material sana." Ajak ku pada putra pertama kami. Ku tepikan dulu motor yang dikendarai sebelum berbalik arah. "Mau ke mana, Bun?" tanya Zeno. "I..itu, Bunda mau nyamperin ayah dulu, kalau beneran ayah tadi. Soalnya tadi ayah bilang ada di proyek tapi kok malah di toko material." Ku belokkan motor butut ini dengan hati yang berdebar-debar. Kalau aku tak mengeceknya sekarang, aku bisa mati penasaran. Apa benar yang orang-orang katakan. Selama ini aku tak pernah percaya kalau orang-orang bilang macem-macem tentang suamiku. Aku ini istrinya, harusnya aku lebih tahu tentang dia,
Read more

Bab 2 Mencari Tahu Kebenaran

SOLM 2."Dek, aku pulang. Masak apa hari ini? mas udah laper banget." Jam sudah menunjuk ke angka 6. Adzan Maghrib baru selesai dikumandangkan. Dulu sebelum tahu kalau suami selingkuh aku akan bertanya kenapa dia pulang telat padahal kerjaannya sudah selesai jam setengah 5, tapi setelah tahu kelakuannya di luar sana, aku sudah enggan bertanya. Sakit sekali rasanya membayangkan kalau dia pasti menghabiskan waktu bersama wanita itu dulu sebelum pulang ke rumah. "Aku nggak masak, Mas. Cuma ada sup buat anak-anak." Ia menatapku heran, aku tahu apa yang ada di pikirannya. Ia pasti merasa aneh kalau tidak ada makanan di dalam rumah sedangkan aku tak pernah sehari pun libur memasak. Apalagi aku selalu mendahulukan masakan kesukaannya. "Kamu sakit, Dek? Tumben nggak masak?" ia mendekat ke arahku, tangannya mencoba memegang lenganku tapi segera ku tepis. Bayangan kalau tangan itu sudah menyentuh tangan wanita lain membuatku bergidik.
Read more

Bab 3 Murti, Selingkuhanku

Solem 3 POV Bayu. "Aku berangkat dulu bun." Ku ambil tas kerjaku dengan kasar. Sebenarnya Pagi ini aku sudah seneng banget istriku masak ayam mentega kesukaanku. Segera aku santap dengan nasi mengepul yang nikmat. Tapi entah kenapa istriku agak bawel dari kemarin. Ia nanya-nanyain isi hp dan menuduhku selingkuh. Kurang ajar betul. Hpku tidak boleh dibuka sama istriku. Nanti dia bisa tahu semuanya. Nama Murti memang kuganti dengan nama lelaki. Tapi kalau dia sampai membuka isi chat nya, habislah sudah ketahuan semua. Sesampainya di tempat kerja aku berleha-leha dulu di kantor. Kali ini aku hanya menangani proyek kecil-kecilan. Entah kenapa Pak Darmo memberikan proyek besar ke Pak Gino terus. Sebenernya aku kepingin protes tapi Pak Darmo bukan orang yang bisa diprotes. Biasanya dia akan merepet memberi nasihat yang sangat banyak, atau aku takut kalau nanti aku malah dipecat. "Pagi sayang." Sesosok wanita masuk ke ruanganku. "Ini sarap
Read more

Bab 4 Salah Siapa

POV Rumaysa "Yu Rum, bukannya itu pak Darmo yah bosnya suamimu? Yuk samperin aja, tanyain tentang suamimu. Pasti dia tahu deh." Hari ini aku ke pasar Kemis tak jauh dari rumahku bersama Ranti dan anak bungsuku. Zaki sedang bersekolah. Dari jauh aku melihat pak Darmo dengan seseorang di pasar. Ajakan Ranti itu ide yang bagus tapi aku nggak mau kalau nanti pak Darmo cerita ke Mas Bayu dan Mas Bayu jadi curiga. Aku ingin membiarkan ini berjalan dulu, aku ingin tahu apa yang dia lakukan. Aku memang selama ini diam. Tapi kalau aku dibohongi, aku ingin tahu sampai ke akarnya. Aku ingin menunjukkan kalau aku diam karena aku baik, bukan karena aku bodoh. "Jangan, Ran! Aku nggak mau bikin ribut. Biar nanti ku selesaikan sendiri masalahku. Aku nggak mau jadi heboh karena bawa-bawa orang lain." Kami berbalik arah sambil ku gandeng tangan Zeno karena ada beberapa sayuran yang ingin aku beli. "Rumaysa!" Aku menoleh, ternyata Pak Darmo
Read more

Bab 5 Celana Dalam Warna Merah

"Kenapa bisa ada celana dalam warna merah di jaket suamiku? Aku terheran-heran. Pantas saja suamiku pulang larut malam. Ternyata dia sudah menghabiskan waktu dengan wanita itu. Nafasku seketika memburu mengetahui fakta itu. Ku tarik nafas perlahan beberapa kali sampai hatiku terasa lebih tenang. Celana dalam itu seketika ku lempar jauh.Jijik! Aku benar-benar merasa seperti badut. Menunggu seorang lelaki dengan riasan yang tebal, tapi malah ia sedang bergumul dengan wanita lain. Hoek. Rasa mual tiba-tiba datang mengingat hal itu. Kepalaku harus tenang kalau aku mau menang dalam pertempuran dengan wanita ini. Menang bukan berarti mendapatkan suamiku seutuhnya atau kehilangan dia, tapi menang adalah mendapat ketenangan hidup, apapun keputusanku nanti. ***POV Bayu Aku bangun kesiangan, jam 7 baru bangun, padahal biasanya jam 5 istriku sudah cerewet membangunkanku untuk sholat subuh. Kemana dia? Aku duduk di tepi ranja
Read more

Bab 6 Haruskah Aku Membohongi Istriku

"Hah, nggak boleh sama istrimu? ya pasti lah, wong istrimu kan pelit" kata Murti. Hmmm, aku menarik nafas panjang. "Kalau nggak nekad ya miskin aja terus, dan kapan kamu mau nikahin aku mas?" tambahnya seraya merajuk. Aduh keder sekali aku kalau ditanyain topik ini, apalagi ini pagi-pagi, bisa rusak mood seharian."Nggak tahu sayang " aku menunduk. Sebisa mungkin aku menghindari pertengkaran dengan Murti. Kalau topik ini diangkat, pasti ujung-ujungnya berantem. "Yaelah, kamu emang nggak beneran cinta kan sama aku?" lagi-lagi ke sini, bingung. Sebenernya aku sayang sama Murti, walaupun sebenarnya Murti tak secantik Rumaysa, tapi Murti wanita yang mandiri, penghasilannya besar, lebih besar dari aku. Sedangkan istriku hanya menggantungkan diri dari nafkah pemberianku. Pertimbanganku selama ini adalah Rumaysa istri yang shalihah, keluarga dari keluarga pesantren. Dia bisa mengurus rumah, keuangan, dan anak-anak. Aku tidak bisa melepasnya begit
Read more

Bab 7 Ide Gila dari Murti

"Mas Bayu tumben ke sini siang-singa begini? nggak ke proyek?" tanya Murti. Keesokan harinya, aku tetap berpura-pura pergi pamit kantor seperti biasa ke Rum. Aku tak mau Rum tahu kalau aku sudah tak bekerja lagi. Kantornya Murti lah tujuanku hari ini karena di sana bos Murti jarang ke berkunjung. Ku lihat Murti sedang memegang map besar. Akhir-akhir ini kantornya ramai sekali, banyak emak-emak yang berencana kerja di luar negeri. "Iya, Mur. Aku sudah nggak kerja sama Pak Darmo. Aku ingin mendirikan proyek sendiri," aku berkata dengan lemas. Semua keinginan dan rencana ini masih mentah, belum matang sama sekali jadi aku merasa sangat ragu-ragu sebenarnya. "Yang bener mas?" matanya berbinar. "Bagus lah mas. Mas kan sudah banyak kenalannya, pasti banyak proyek yang bisa mas tangani nanti," kata Murti dengan yakin. "Iya, Mur doakan saja." "Jadi Mas Bayu sudah hutang ke bank?" Entah kenapa dia sangat antusias. "Belum, Mur. Aku nggak
Read more

Bab 8 Mas Bayu Mulai Curiga

POV Rumaysa Akhir-akhir ini Mas Bayu agak aneh. Beberapa hari yang lalu aku melihat Mas Bayu sedang mencari sesuatu di kamar. Setelah itu ku lihat wajahnya berubah lesu, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat."Mas Bayu kenapa? Kok akhir-akhir ini kayak pusing banget," tanyaku padanya sore itu saat ia baru pulang kerja. Agak aneh rasanya ia di rumah sore-sore soalnya biasanya jam 10 baru ada di rumah. Aku sudah nggak pernah lagi sibuk bertanya dia dari mana. Males, ah! Akan ku bunuh rasa ini perlahan, agar nanti saatnya kita harus berpisah, aku tinggal bilang, "Silahkan kalau mau pergi." "Nggak apa-apa, Dek. Ada kerjaan yang bikin pusing," jawabnya sambil memijit kening beberapa kali. "Ada masalah sama Pak Darmo?" lama-lama aku penasaran juga. Tumben amat dia ada masalah di proyek. Sejak menikah dengan Mas Bayu belum pernah dia pulang-pulang sampai kusut begitu wajahnya. Masalah sih ada, tapi biasanya dia selesaikan sendiri, nggak sampai
Read more

Bab 9 Menghindari Mas Bayu

Solem 9 POV Murti Hari ini aku menemani Mas Bayu mengajukan pinjaman ke bank. Seneng sekali rasanya karena hubungan kami bisa selangkah lebih maju. Setelah pengecekan dokumen selesai, kami masih harus menunggu selama satu atau dua minggu sampai uang benar-benar cair, dan itu lumayan lama. Mas Bayu harus ku carikan proyek segera biar dia bisa melanjutkan usahanya, kalau tidak lelaki itu pasti akan pusing memikirkan masalah ini. Aku tak mau istrinya tahu tentang surat rumah itu, nanti dulu sampai usaha Mas Bayu bisa jalan dulu."Tenang saja, Mas. Aku akan carikan proyek yang besar buat kamu biar cuannya banyak, bisa buat liburan nanti," hiburku padanya. Ia masih terlihat lesu dengan keputusannya, meski uang ratusan juta sebentar lagi ada di tangan. Mas Bayu hanya tersenyum dan mengangguk. Kesel juga dapat respons kayak gitu, kayaknya Mas Bayu meremehkan ku. Akan ku buktikan aku bisa berguna buat Mas Bayu, biar dia tambah sayang sama aku. ***"Hallo, Pa
Read more

Bab 10 Hutang dari Bank Sudah Cair

POV Murti [Besok mau ngambil uang di bank kan, Mas? Ketemu besok di kantor Murti ya] Pesan singkat ku kirim ke Mas Bayu biar dia nggak nelpon aku terus pasalnya bahkan sejak tadi ponselku tak berhenti berdering. "Siapa sih, Mur?" Nelpon kok kayak orang lagi neror, untung nggak ku angkat tuh," tanya Mas Janto. Iya untung banget nggak diangkat, kalau di angkat bisa berabe kalau Mas Janto tahu. "Orang, Mas. Kepingin ke luar negri dia. Nggak sabaran. Mbak Kinan kapan pulangnya Mas? Si Aldi nangis terus tuh." "Besok kayaknya. Ngantuk sebenernya dia. Yasudah Mas mau suapin Aldi dulu." Mas Janto mengambil nasi dan telur goreng untuk Aldi aku memilih bergelung di kamar, udara sangat dingin. Selama ini keluargaku tak ada yang tahu hubunganku dengan Mas Bayu, tapi entah kalau ada mulut comberan yang ngadu-ngadu ke mereka. Tapi mereka belum pernah membicarakan apapun padaku pasalnya aku juga ikut andil dalam keuangan keluarga mereka sehing
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status