All Chapters of Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa: Chapter 221 - Chapter 230

266 Chapters

Bab 221: Tugas Berat

“Aku ingin bertemu dengan Lily!” tegas Kevin. Sudah dua minggu ini, setiap menjelang senja Kevin berusaha menemui Lily di apartemen milik Dewa. Sayang, pria itu tidak dapat menembus ketatnya keamanan. Lagi pula unit ini bukan sembarangan yang bisa dimasuki oleh semua orang. Pria itu terus memohon kepada petugas. Kevin tidak lelah bolak-balik dari Milan ke Zurich menggunakan jalur darat. Semua itu, ia lakukan lantaran memiliki rasa bersalah teramat dalam kepada Lily. “Maafkan aku, Lily,” lirih Kevin di lobi apartemen. Tekad Kevin tidak luntur begitu saja. Hingga minggu ketiga pascapenangkapan Mathilda, ia mengunjungi apartemen secara diam-diam. Kevin menyogok petugas kebersihan supaya mudah masuk ke unit. Nahas, ketika upayanya sudah maksimal dan bertaruh nyawa karena menyusup. Ternyata ia sempat mendengar percakapan antar pengawal tentang Lily dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Pria itu mengepalkan tangan dan memaki diri, akibat ulahnya menimbulkan efek domino terhadap kehidupan g
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 222: Sakit Apa?

Setelah susah payah menenangkan Lily, Pandu meninggalkan rumah sakit jiwa. Ia bergegas kembali ke kantor. Pria itu juga meragu untuk melaporkan kondisi terbaru Lily. Apalagi, semenjak pagi hari atasannya tidak dapat dihubungi.Kala Pandu sedang melamun sambil menghadap layar laptop, mendadak ponselnya berdering di atas meja. Ia terperanjat, lantas melirik siapa penelepon itu.“Pak Dewa,” gumamnya.Buru-buru Pandu menerima panggilan suara, mungkin ini sudah saatnya ia bicara mengenai keadaan temannya.“Bagaimana kabar gadis itu? Kamu masih di rumah sakit atau kantor?” berondong Dewa setelah Pandu menggulir ikon hijau pada layar.“Pak … Nona Lily sedang hamil,” bisik Pandu benar-benar pelan.“Apa?!” sembur Dewa, membuat Pandu langsung menjauhkan telepon seketika. “Kamu serius?” katanya lagi.“Iya Pak,” balas Pandu tanpa keraguan sedikit pun.Pria itu m
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 223: Pertengkaran Pagi

“Sakit? Apa maksudnya, Sayang?” Dewa mengerutkan alis menatap gulungan tisu dengan noda darah.Dalam hati, pria itu memaki diri sebab sembarangan membuang sampah. Ia benar-benar lupa melenyapkan barang bukti itu.“Iya kamu sakit apa, Dewa? Kamu mimisan lagi?” desak ibu hamil.“Rosalyn aku—”“Jangan membohongiku lagi, Dewa. Kamu sudah janji tidak ada rahasia di antara kita,” sela bibir merah muda nan tipis.Tiba-tiba aura kamar ini berubah mencekam, Dewa berdiri dan menyambar gulungan tisu dari tangan Rosalyn lalu melemparnya. Pria itu meluapkan kekesalan yang menumpuk akibat permasalahan belakangan ini membuat kepalanya pusing.“Apa kamu tahu apa penyebabnya? Ini karena aku mengurusi keluargamu itu, Rosalyn!” Intonasi Dewa meninggi menjadikan Rosalyn tergugu dan tubuh agak berisinya bergetar hebat lantaran mendengar bentakan. “Salahmu berbaik hati kepada Bibi Mathilda da
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 224: Rahasiakan Ini

“Hubungi ambulan sekarang!” teriak Pandu dari dalam ruang presdir. Sekretaris yang berada di depan ruangan pun mengangguk dan gelagapan, sebab inilah pertama kali atasan mereka tidak sadarkan diri. Pengacara dan Pandu menjadi panik. Mereka merapikan berkas dengan cepat lantas menunggu ambulan datang.Beberapaa saat kemudian tubuh atletis Dewa terbaring lemah di atas brankar. Ditemani Pandu dalam ambulan, Dewa sempat membuka mata dan menggerakkan tangan dengan lemah.“Iya, Pak?” Pandu menunduk mendekati mulut atasannya.“Jangan beritahu istriku!” perintah Dewa.Meskipun terdengar lirih, tetap saja pria itu mengucapkannya dengan nada tak terbantahkan.“Baik, Pak.” Pandu mengangguk diliputi perasaan gundah gulana.Sesampainya di pusat medis, Dewa dilarikan ke IGD. Di sana ia menerima penanganan selama dua jam. Barulah setelah hasil laboratorium diketahui, Dewa diizinkan menempati kamar rawat. Menurut dokter, Dewa harus menjalani observasi selama dua hari. Sekarang ia sedang kebingunga
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 225: Tuan Presdir Bisa Patah Hati 

Di Vila Caldwell. “Ruang rawat inap suamiku? Memangnya Dewa ada di rumah sakit?” Telepon genggam dalam pegangan tangan Rosalyn berguncang dan lelehan bening melintasi kulit pipi dengan cepat. Beberapa menit lalu, sebelum bertukar kata bersama Anna, Rosalyn mendapat pesan teks dari Pandu. Isinya menyatakan bahwa Dewa sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Ibu hamil ini kehabisan kata, ia tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Padahal tadi pagi sang suami baik-baik saja. Meskipun ia menemukan gulungan tisu bernoda darah. “Aku tidak tahu suamimu sakit apa. Mungkin Fabian tahu. Memangnya Dewa tidak bilang?” Suara Anna terdengar berbisik. Suasana hati ibu hamil kian mendung mendengar informasi dari temannya. Ia menggeleng pelan sebagai jawaban. Bahkan Rosalyn menutup mulut agar isak tangisnya tidak sampai ke telinga Anna. “Halo, Rosalyn? Kamu … baik-baik saja bukan?” tuntut Anna. Selama beberapa detik Rosalyn hanya mampu terdiam tanpa berniat mengeluarkan sepatah ka
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

 Bab 226: Manjanya Tuan Presdir

“Kenapa kamu diam saja Pandu?!” sentak Dewa tanpa mengindahkan anjuran dokter bahwa ia diharuskan istirahat selama dua hari ini. “Begini, Pak—” “Apa Lily kabur dari rumah sakit jiwa? Bagaimana bisa?” berondong Rosalyn dari balik punggung Dewa. Raut wajah wanita cantik dipenuhi kecemasan luar biasa. Dewa menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, dan menatap lekat sepasang netra hazel. Rosalyn mengangguk paham, ia mengunci bibir sambil menanti Pandu melanjutkan penjelasan. “Ya, bagaimana Pandu?” “Lily sudah ditemukan. Pak Dewa jangan cemas, biar saya yang tangani Lily.” Jawaban Pandu memberi percikan ketenangan kepada sepasang suami istri. “Baiklah, urus dia! Katakan padanya, jangan membuat ulah lagi!” “Dimengerti, Pak.” Pecakapan berakhir, Dewa menoleh dan bersipandang dengan Rosalyn. “Jangan khawatir, Sayang. Ada Pandu di sana dan Lily juga sudah ketemu.” Ucapan Dewa diangguki Rosalyn. Keduanya duduk di tepi ranjang. Satu tangan Dewa membelai permukaan perut buncit, lalu m
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 227: Kejutan Dari Tuan Presdir

“Oh, Rosalyn belum tahu kebiasaanmu sewaktu kecil, ya?” Claudya menoleh kepada Dewa tanpa dosa sedikit pun.“Jangan, Bu. Itu ‘kan masa lalu,” pinta pria tampan berjanggut halus.“Baiklah, aku tidak akan cerita apa pun pada Rosalyn.”Pernyataan Claudya membuat Dewa mengusap dada, tetapi tidak dengan Rosalyn yang merengut karena penasaran seperti apa manjanya sang suami saat masih kecil.Akan tetapi, Claudya mendekati menantu dan berbisik, “Dia suka sekali tidur di ketiak Ibu. Sewaktu kecil, hampir setiap hari berantem sama Ayah. Mereka itu rebutan ketiak.”Saat ini juga Rosalyn ingin menyemburkan tawa, tetapi menahannya. Sungguh ia tak menyangka suami gagahnya hobi bersemayam di ketiak sang ibu mertua. Ibu hamil ini melirik sembari mengulum senyum kepada Dewa.Merasa ada yang tidak beres, Dewa berdecak, “Kenapa melihatku seperti itu?”“Memangnya nggak boleh, ya?&rd
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 228: Buku Dosa Dewa

“Aduh … kita ketahuan petugas keamanan, gemana ini?” panik Rosalyn terus menatap ke belakang.Bukannya cemas, justru Dewa menarik tangan Rosalyn ke tempat minim pencahayaan. “Ayo, Sayang. Ikut aku,” ajak pria itu.Sekarang keduanya bersembunyi di balik pilar bangunan sambil mengamati dua orang penjaga yang memeriksa taman.“Kalau ketahuan gemana? Kamu, sih, nakal banget,” keluh bibir merah muda.“Memangnya nggak boleh nakal sama istri sendiri?” Pria itu mengkerling sebelah mata, membuat Rosalyn bertambah kesal. “Aku suka wajahmu yang ketus gini, makin cantik, Sayang,” sambungnya.Ternyata di tempat gelap tidak menjadikan pergerakan Dewa terbatas. Pria itu memiliki segudang cara bermesraan bersamaan sang istri. Saat ini, ia memagari tubuh Rosalyn menggunakan kedua tangannya, lalu mencondongkan tubuh dan mencuri kecupan dari bibir merah muda.“Dewa …,” lenguh
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 229: Hukuman Ibu Mertua

“Aku ini kakak ipar bos kalian. Kenapa tidak boleh masuk?” teriak seorang pria di luar pagar tinggi.“Sebaiknya Pak Kevin pergi saja. Tuan dan Nyonya tidak dapat diganggu.” Kepala pengawal turun tangan secara langsung mengusir Kevin dari vila. Tentunya hal ini atas perintah seseorang.Kevin mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. “Baik, tapi sampaikan kepada Dewa atau Rosalyn, aku ingin tahu keberadaan Lily!”Kepala pengawal hanya diam saja tanpa memberi tanggapan apa pun. Sehingga kekesalan Kevin semakin menjadi, pria itu merangsek maju, berusaha menerobos pertahanan ketat Vila Caldwell. Nahas, dengan mudah para pengawal menyingkirkan tubuhnya.Keriuhan terjadi di depan pagar.Tiba-tiba saja pintu kecil pada pagar terbuka, seorang pria berkacamata keluar dan menatap tajam kepada kakak kandung Rosalyn.“Tidak akan kubiarkan kamu menemui Lily!” sergah seorang pria.“Memangny
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 230: Karena Benci

“Hentikan!”“Pak Dewa, menyingkirlah!"Dua suara itu beriringan menggema di ruang sidang. Seorang pria tiba-tiba saja berdiri di depan Dewa dan menghalangi Mathilda. Sontak semua orang membelalak ketika tangan wanita paruh baya berlumur darah. Pria itu terjatuh sambil memegangi perut yang terus mengeluarkan cairan merah kental.Petugas keamanan bergegas membawa Mathilda pergi.“Lepaskan aku! Aku harus menolong putraku! Kevin!” jerit wanita paruh baya.Semua orang semakin panik karena pria yang perutnya terluka tidak sadarkan diri. Sedangkan Dewa menghubungi ambulan. Sekarang, ia menopang kepala Kevin dan menatap wajah pucat kakak ipar.“Mana ambulannya?!” teriak Dewa merasakan kulit Kevin mulai dingin.Lima menit kemudian, ambulan datang dan mengangkut tubuh Kevin. Kakak kandung Rosalyn itu sendirian di dalam mobil. Dewa dan tim kuasa hukum serta Pandu menyusul di belakangnya.Sampai di pusat medis Kota Zurich, tubuh terluka Kevin dilarikan ke IGD. Para dokter berupaya menghentikan pen
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status