“Itu tidak mungkin, Sayang.” Tawa Dewa berderai-derai memenuhi ruang kamar ini. Sebenarnya dalam hati ia merasa miris sebab Rosalyn belum memercayainya 100%. Padahal sudah tinggal satu atap hampir setahun pascaberpisah lima tahun sebelumnya.“Bisa saja bukan. Dulu juga kamu lebih mementingkan perempuan lain. Kamu tidak peduli aku kesusahan, sekalinya memberi uang dengan syarat dan ketentuan yang sulit. Kamu menyebalkan, Dewa!” cecar Rosalyn.Kemudian ibu hamil beranjak dari duduknya, lalu pergi dari kamar. Ia menemui Arimbi dan Brahma yang sedang sibuk bermain lego.“Mama mau main lego? Seru, loh,” ucap Arimbi sambil mengangsurkan kotak boks besar mendekati Rosalyn.“Boleh. Ajari Mama, ya.”“Siap, Ma. Ayo, kita bersatu mengalahkan Kakak. Aku sebal, selalu kalah cepat dari Kakak, huh.” Bibir Arimbi mengerucut.“Sampai kapan pun kamu tidak bisa mengalahkan aku,” sambar bocah laki-laki, lalu menjulurkan lidah.Pada akhirnya permainan lego terhenti, bocah kembar itu bertengkar dan berlari
Terakhir Diperbarui : 2024-11-18 Baca selengkapnya