Share

Bab 228: Buku Dosa Dewa

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 12:31:47

“Aduh … kita ketahuan petugas keamanan, gemana ini?” panik Rosalyn terus menatap ke belakang.

Bukannya cemas, justru Dewa menarik tangan Rosalyn ke tempat minim pencahayaan. “Ayo, Sayang. Ikut aku,” ajak pria itu.

Sekarang keduanya bersembunyi di balik pilar bangunan sambil mengamati dua orang penjaga yang memeriksa taman.

“Kalau ketahuan gemana? Kamu, sih, nakal banget,” keluh bibir merah muda.

“Memangnya nggak boleh nakal sama istri sendiri?” Pria itu mengkerling sebelah mata, membuat Rosalyn bertambah kesal. “Aku suka wajahmu yang ketus gini, makin cantik, Sayang,” sambungnya.

Ternyata di tempat gelap tidak menjadikan pergerakan Dewa terbatas. Pria itu memiliki segudang cara bermesraan bersamaan sang istri. Saat ini, ia memagari tubuh Rosalyn menggunakan kedua tangannya, lalu mencondongkan tubuh dan mencuri kecupan dari bibir merah muda.

“Dewa …,” lenguh

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
maafkeun ya akak (⁠o⁠´⁠・⁠_⁠・⁠)⁠っ
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
siapa ya ......othor mah suka bikin penasaran...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 229: Hukuman Ibu Mertua

    “Aku ini kakak ipar bos kalian. Kenapa tidak boleh masuk?” teriak seorang pria di luar pagar tinggi.“Sebaiknya Pak Kevin pergi saja. Tuan dan Nyonya tidak dapat diganggu.” Kepala pengawal turun tangan secara langsung mengusir Kevin dari vila. Tentunya hal ini atas perintah seseorang.Kevin mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. “Baik, tapi sampaikan kepada Dewa atau Rosalyn, aku ingin tahu keberadaan Lily!”Kepala pengawal hanya diam saja tanpa memberi tanggapan apa pun. Sehingga kekesalan Kevin semakin menjadi, pria itu merangsek maju, berusaha menerobos pertahanan ketat Vila Caldwell. Nahas, dengan mudah para pengawal menyingkirkan tubuhnya.Keriuhan terjadi di depan pagar.Tiba-tiba saja pintu kecil pada pagar terbuka, seorang pria berkacamata keluar dan menatap tajam kepada kakak kandung Rosalyn.“Tidak akan kubiarkan kamu menemui Lily!” sergah seorang pria.“Memangny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 230: Karena Benci

    “Hentikan!”“Pak Dewa, menyingkirlah!"Dua suara itu beriringan menggema di ruang sidang. Seorang pria tiba-tiba saja berdiri di depan Dewa dan menghalangi Mathilda. Sontak semua orang membelalak ketika tangan wanita paruh baya berlumur darah. Pria itu terjatuh sambil memegangi perut yang terus mengeluarkan cairan merah kental.Petugas keamanan bergegas membawa Mathilda pergi.“Lepaskan aku! Aku harus menolong putraku! Kevin!” jerit wanita paruh baya.Semua orang semakin panik karena pria yang perutnya terluka tidak sadarkan diri. Sedangkan Dewa menghubungi ambulan. Sekarang, ia menopang kepala Kevin dan menatap wajah pucat kakak ipar.“Mana ambulannya?!” teriak Dewa merasakan kulit Kevin mulai dingin.Lima menit kemudian, ambulan datang dan mengangkut tubuh Kevin. Kakak kandung Rosalyn itu sendirian di dalam mobil. Dewa dan tim kuasa hukum serta Pandu menyusul di belakangnya.Sampai di pusat medis Kota Zurich, tubuh terluka Kevin dilarikan ke IGD. Para dokter berupaya menghentikan pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 231: Sebuah Penyesalan

    “Tolong Ibu, Nak. Selamatkan Kevin.” Mathilda menggenggam erat tangan putri sambungnya.Empat hari ini Mathilda mengiba kepada sipir agar dipertemukan dengan Rosalyn. Bahkan wanita paruh baya itu sakit karena tidak makan dan minum. Tepat pagi ini, pihak pengawas rumah tahanan menghubungi Dewa.Dengan berat hati, pria itu membawa istri tercinta ke rumah tahanan beraura kelam dengan cat abu-abu. Sedari tadi, Dewa mengawasi percakapan antara Mathilda dan Rosalyn.“Ibu tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Tolong kasih Kevin pengobatan yang bagus.” Mathilda terisak dan menunduk.“Aku bukan dokter,” jawab Rosalyn.“Tolong biayai perawatan Kevin. Ibu yakin kamu tidak setega itu.”“Cukup!” hardik Dewa.Tatapan Mathilda bergulir kepada menantu yang dibanggakan itu. Bulir bening menetes dan melembabkan piama tahanan berwarna terang.“Aku minta maaf. Aku menyesal, Rosalyn. Ini semua salahku bukan Kevin. Seharusnya aku tidak menanamkan kebencian sampai sebesar ini. Sebagai sesama Ibu, kumoho

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 232: Menguras Uang Papa Dewa

    Minggu berikutnya Kevin dinyatakan pulih oleh tim medis. Namun pria itu diwajibkan menjalani rawat inap selama dua hari ke depan. Sayangnya, Kevin memaksa adik ipar agar membawanya keluar dari rumah sakit, ia tak tahan ingin menemui Lily.Mendengar gadis itu mengandung antara kabar bahagia dan petaka baginya. Sekarang yang bisa Kevin lakukan hanyalah bertanggung jawab, entah bagaimana bentuknya. Ia akan berusaha melakukan pilihan terbaik.“Kenapa kamu membawaku ke mansion? Bukannya Lily di rumah sakit?” protes kakak kandung Rosalyn.Kevin menatap bergantian kepada Pandu dan Dewa.“Diamlah, katanya kamu ingin bertemu Lily. Sebaiknya ikuti saja!” ketus Pandu.Pascatragedi yang menimpa Lily, terkikis sudah rasa iba serta hormat Pandu kepada kakak ipar atasannya.Sementara Dewa hanya melirik sekilas tak berniat menanggapi celotehan kedua orang itu.Ketika mobil yang dikendarai Pandu parkir di halaman Mansion Caldwell, Kevin menurunkan kaca belakang berwarna gelap lalu menghirup udra segar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 233: Melepas Rindu

    Brahma mengikuti Lily masuk ke dalam vila. Insting detektif anak itu sangatlah kuat. Ia mengerutkan dahi ketika asisten sang ibu tergesa menuju bilik kecil di lantai satu.“Oh, mungkin Bibi Lily kebelet,” ucap Brahma. Ia masih setia menunggui Lily di depan toilet.Beberapa menit berlalu pintu toilet terbuka, Lily melangkah ke luar dan Brahma langsung menyapanya.“Bibi kenapa? Kok mukanya cemberut gitu kaya Arimbi?”“Umm … Bibi nggak kenapa-kenapa, kok. A-ayo kita main lagi di taman.” Lily mengulurkan tangan lalu menautkannya dengan jemari kecil bocah itu.Setelahnya, tidak ada sikap janggal yang ditunjukkan oleh Lily. Gadis itu berbaur dengan normal bersama keluarga Caldwell. Hanya saja, sesekali satu tangannya mengusap perut pelan-pelan. Tentu saja sikap itu tak luput dari pengamatan Brahma si anak penasaran.Malam harinya di Vila Caldwell, Rosalyn membantu Brahma mengancingkan piama bermotif super

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 234: Di Sini Saja Temani Aku

    “Gemana kondisi Lily, Bu?” tanya Rosalyn kepada Claudya. Ia diliputi perasaan cemas mendalam. Pasalnya hal ini terjadi secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan mengenai keluhan apa pun. Seketika, istri Antakadewa mengingat percakapannya bersama Brahma satu minggu lalu, tetapi ia tidak menyangka pembicaraan itu sebuah petunjuk.Saat ini Rosalyn dan Dewa baru saja tiba di pusat medis Kota Zurich. Pascainformasi menegangkan, keduanya bergegas menyusul Claudya yang ditemani seorang pelayan.Claudya mengadu, “Dokter terpaksa mengambil tindakan kuret.”Mendengar ucapan mertua membuat Rosalyn menyentuh perut buncitnya. Ia menunduk, dan lagi terkenang pada peristiwa pahit beberapa bulan sebelumnya. Di mana ia kehilanan jabang bayi yang dinantikan kelahirannya.Rosalyn terksiap kala Dewa menumpuk sepasang tangan kekar di puncak perut. Pria itu juga memeluk tubuh berisi sang istri dari belakang.“Jangan diingat lagi,” bisik su

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 235: Satu Kabar 

    “Dia ….” Belum sempat Dewa menyahut pertanyaan, Rosalyn lebih dulu meneruskan, “Aku yakin dia datang. Kakakku bukan orang yang lepas tanggung jawab.” Sudut bibir Dewa berkedut samar dan tangan pria itu menggenggam ponsel dengan cukup erat. Melaui sorot mata abu-abu, terdapat sebuah jawaban yang mudah terlihat. Hanya saja Rosalyn enggan menerimanya. “Benar ‘kan?” desak ibu hamil itu. Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri, Dewa memilih mendekap erat tubuh berisi wanita itu. Tangan kekarnya mengelus lembut rambut panjang serta punggung yang tertutupi gaun sederhana. Malam pun semakin larut membuat hari berganti lebih cepat. Bahkan musim panas telah berakhir. Kini udara cukup sejuk menyapu dedaunan dari pepohonan, hujan gerimis lebih sering membasahi di waktu pagi atau senja. [Janeta demam. Aku tidak bisa ke Zurich. Semoga Lily lekas sembuh.] Isi pesan Kevin terngiang di benak ibu dua anak. Meskipun sudah tahu jawabannya, Rosalyn tetap setia menunggu Kevin. Perutnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 236: Undangan Makan Malam 

    “Kamu yakin mau tinggal di peternakan mulai besok? Kenapa nggak tunggu sampai tahun baru?” bujuk Rosalyn sambil bersedekap dada. Sepasang netra hazel berbentuk almond itu menatap lekat kepada Lily. Saat ini, mantan asisten pribadinya sedang duduk di seberang sofa Rosalyn. Beberapa hari ini gadis itu bermalam di Vila Caldwell. “Saya yakin, Bu. Lagi pula di sana membutuhkan pengawas secepatnya. Jadi … semakin cepat lebih baik,” usul gadis itu seraya meremas sepuluh jemari tangannya. Meskipun bersikukuh membuka lembaran hidup baru di salah satu desa. Tampaknya ucapan keras kepala itu bertolak belakang dengan keinginan hati. Ya, Rosalyn dapat menangkap dengan jelas melalui gestur tubuh lawan bicaranya. Rosalyn mengembus napas panjang dan bertanya kembali, “Apa kamu sudah berpikir ulang?” Gadis itu mengangguk sungkan. “Sudah, Bu,” jawabnya. “Baiklah. Besok Pandu yang antar kamu ke peternakan. Jagalah dirimu dengan baik, Lily!” Ucapan Rosalyn diangguki oleh Lily. Percakapan keduanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 266: Terima Kasih

    “Bagaimana kondisi Lily, Kak?” tanya Rosalyn sesampainya di rumah sakit.“Air ketubannya pecah. Dia kesakitan.” Kevin tampak gelisah, pria itu masih mengenakan piama dan menutupi tubuh dengan selimut.Rosalyn menuntun Kevin supaya duduk di bangku logam depan ruang bersalin. “Kita berdoa saja semoga Lily dan bayinya selamat.”Ketiga orang itu menanti dengan gelisah. Setelah hampir setengah jam berjalan, seorang dokter menghampiri Kevin dan menjelaskan, “Bayi Nyonya Lily sebentar lagi lahir, jika suaminya ingin melihat proses persalinan, kami persilakan.”Kevin menggeleng. Justru ia mendorong Rosalyn supaya menemani Lily di dalam sana. Sebagai wanita yang pernah melahirkan, ia mencebik melihat dua pria duduk gelisah di kursi. Ia pun mendampingi Lily di ruang bersalin.Rosalyn segera menggenggam tangan iparnya. Lily sedang kesakitan setelah pembukaan jalan lahir melebar sempurna.“Semangat Lily, kamu pasti bisa,” bisik Rosalyn diangguki iparnya.Dengan bimbingan dokter spesialis kandungan

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 265 : Gagal!

    “Kenapa, Bro?” sapa Fabian sambil menyodorkan sekaleng minuman. “Orang bilang ini bagus dan tahan lama,” kata pria itu.Dewa memelotot dan menyambar kaleng, lalu membuangnya ke tempat sampah.“Tidak butuh!” sentak Dewa dengan tatapan menghunus tajam.Fabian menepuk bahu temannya dan berujar, “Jangan marah-marah, kamu bisa darah tinggi!”Dewa mendengkus kasar, baginya kalimat Fabian bukan menenangkan melainkan sebuah ejekan. Pria itu menepis kasar tangan temannya, lalu berjalan mencari Rosalyn ke dalam mansion.Pagi ini, keluarga kecil itu sengaja mengunjungi Mansion Arnold. Tentu saja, karena Tuan Jack dan Feli menitipkan beberapa hadiah untuk Lily dan calon bayinya.Akan tetapi, kening Dewa mengerut dalam ketika melihat Rosalyn berjalan sendirian tanpa keempat anak mereka.“Di mana Brahma, Arimbi, Devendra dan Daneswara?” tanya Dewa dengan tatapan menyelidik.Mendengar pertanyaan itu tentunya Rosalyn mengulum senyum. Ah, ia memang sengaja menyiapkan kejutan istimewa ini untuk suami p

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 264: Iri

    “Halo, Sayang … Papa datang. Janeta sudah mandi, ya? Harum banget.” Kevin menggendong putri kecilnya yang menyambut di balik pintu. Pria itu menciumi puncak kepala Janeta dan mengayun tubuhnya, membuat putri kecil tertawa riang. Namun, di ujung lorong, seorang wanita sedang cemberut menatap ke arah Kevin.“Terima ka—” Ucapan Kevin menggantung karena wanita itu melengos saja ke dapur tanpa mengelurkan sepatah kata.Kevin menurunkan tubuh Janeta dan membiarkannya bermain, lalu ia menyusul pujaan hati yang entah kenapa memasang wajah ketus.“Kamu kenapa?” tanya Kevin.“Menurutmu, kenapa?” ketusnya.“Aku tidak tahu, Lily. Ayo, bilang,” ucap Kevin lagi.Lily menatap tajam ke arah Kevin dan berujar, “Aku bosan seharian di rumah. Aku ini biasa kerja, bukan diam di rumah. Apalagi … ka-mu lebih memperhatikan Janeta dibanding aku.” Pascadinyatakan hamil, Lily diberhentikan oleh Dewa. Wanita itu pun ikut tinggal di Milan. Dia tidak lagi sibuk mengurusi peternakan, karena Dewa berhasil mencari

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 263: Kangen Dipeluk

    “Astaga apa-apaan mereka ini?!” geram Fabian. Ia menatap layar ponsel yang tidak berhenti berpendar sedari tadi. Itu bukan masalah pekerjaan kantor, tetapi … masalah rumah tangga, terutama ranjang. Demi kelangsungan masa depannya. Meskipun sudah mengetahui isinya, tetap saja Kevin mengintip melalui pop up. Dia terbelalak ketika satu pesan kembali masuk dari adik ipar. [Tutorial posisi hubungan intim untuk memiliki keturunan secepatnya.] “Dia pikir aku pria polos? Aku ini lebih berpengalaman darinya!” Kevin melempar telepon genggam ke atas sofa, lantas berdiri sambil memandangi foto pernikahan di atas meja. Lagi, Kevin tetap membaca pesan adik iparnya. Sebagai seorang pria berpengalaman, tentu saja posisi itu tidak asing lagi. Ia pun mereguk saliva, pikirannya berfantasi liar membayangkan Lily. Gairah pria itu tersulut. Hanya saja, ia bingung menyalurkannya, sebab Lily tidak ada di sini. Pasangan itu menjalani hubungan jarak jauh. Terpaksa Kevin bertahan sampai Dewa menemukan p

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 262: Ikat Saja

    “Kevin … anakku apa kabar? Ibu selalu menunggumu setiap hari, Nak. Kenapa baru datang sekarang?” berondong Mathilda dari balik partisi kaca tebal.Wanita paruh baya itu menempelkan tangannya pada penghalang, lalu menggerakkan jemari—seolah membelai pipi putra tunggalnya.“Aku datang ke sini ada perlu. Kuharap Ibu menerimanya,” kata Kevin dengan intonasi dingin dan ekspresi datar.Mathilda mengangguk dan menyahut penuh kasih, “Pasti, Nak. Ibu menerima apa pun yang terbaik untukmu.”Kulit keriput Mathilda tertarik ke atas, ia tersenyum merekah sambil meneteskan bulir bening.Lebih dari semenit keduanya terdiam saling memandangi. Entah apa yang dipikirkan kedua orang itu. Hanya saja Mathila tidak menjauhkan tangannya dari kaca tebal. Kevin pun bisa melihat tangan ibunya berkeringat.“Aku sudah menikah.”Sorot mata Mathilda berbinar. “Benarkah? Siapa gadis beruntung itu? B

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 261: Perhelatan Cinta

    “I-ini masih siang,” gugup Lily. Perempuan itu mengedarkan pandangan ke penjuru kamar. Ada ranjang besar yang disiapkan khusus pengantin baru, sofa panjang serta meja kaca dan cermin besar menggantung di depannya. Sekilas, ini kamar hotel pada umumnya. Namun, Lily dibuat asing dengan status baru ini.Sejak masuk kamar, Kevin memeluk erat tubuh sang istri dari belakang. Pria itu menggesek puncak hidungnya pada tengkuk harum. “Memangnya kenapa kalau siang? Bukahkah itu bagus, kita bisa menikmati siang dan malam di hari yang sama?” Lily mereguk saliva. Walaupun bukan pengalaman pertama berhubungan intim, tetapi … ini pertama kali bersama pria berstatus sebagai suami.“Tapi—”Ucapan Lily tertahan karena Kevin memutar tubuh wanita itu dengan cepat. “Tidak ada tapi. Kamu milikku sekarang dan selamanya.” Lily hendak menunduk, tetapi Kevin mencegahnya. Pria itu menahan dagu sang istri, lalu meraup bibir tipis yang ia rinduka

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 260: Kamu Pasti Bahagia 

    Kevin menghela napas melihat tanggapan Lily. Haruskan ia menyerah dan tenggelam ke dasar lautan patah hati? Ya, mungkin … karena ini bukanlah kali pertama gadis itu menolaknya. Pria itu menarik tangannya. Namun ….“Cincinya kebesaran. Enggak sesuai ukuran jariku,” kata gadis itu menggunakan bahasa informal . Lily mengulurkan tangan kanan, yang menampilkan jemari ramping dan mungil.Seketika Kevin memperhatikan jemari gadis itu, dan pikirannya mencerna maksud ucapan Lily barusan. Bagi seorang pria, tentunya ini merupakan teka-teki. “Umm … maksudmu?” Alis tebal Kevin terangkat.Lily tersenyum jengah mendengar pertanyaan itu. Tanpa banyak bicara, gadis itu mengambil cincin dari tangan Kevin, lalu menyematkan sendiri pada jari manisnya.“Ini kebesaran, lihat bukan?” keluh gadis itu dengan bibir merengut yang sangat menggoda.Melihat cincin pilihannya melingkar pada jari manis sang gadis pujaan hati, membuat pria itu kegirangan. Kevi

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 259: Aku Serius

    Untuk sesaat keduanya membeku di tempat. Tidak ada aksi apa pun selain saling memandang lekat-lekat dengan isi pikiran masing-masing.Lily mereguk saliva karena saat ini tubuhnya hanya tertutupi sehelai handuk putih saja. Ia meremas kain handuk dengan erat, khawatir terjadi hal yang tidak seharusnya.“Maaf, aku lancang ….” Kevin berbalik badan dan menutup pintu.Pria itu bersandar pada pintu sambil mengatur napas. Melihat kemolekan seorang wanita, ditambah memiliki kenangan ranjang membuat nalurinya sebagai lelaki tersulut gairah. Ia ingin menyentuh, membelai dan mengecup setiap jengkal kulit mulus itu. Hanya saja, tidak! Kevin melawan egonya.Pria itu kembali ke kamar. Ia menemani Janeta, dan berupaya menenangkan batita itu.Sedangkan Lily masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Namun, napasnya tidak tegang lagi. Ada kelegaan setelah Kevin pergi.“Dia …,” gumam gadis itu sambil mengangguk.Lily menggunakan pakaian serba panjang. Entah mengapa ia teringat pada tatapan Kevin tadi. Set

  • Patah Hati Membuat Tuan Presdir Jadi Hampa   Bab 258: Perasaan Asing

    Beberapa hari berlalu, Lily tampak kesulitan berpamitan dengan Janeta. Gadis itu selalu menahan diri untuk pulang ke peternakan. Pada akhirnya ia menemani Janeta di vila atau rawat jalan ke rumah sakit. Seperti hari ini, Lily mengantar Janeta bertemu dokter.Akan tetapi, gadis itu tidak menduga Kevin datang menjemputnya. Bahkan mereka makan bertiga di restoran.Setelahnya Kevin membawa Lily dan Janeta pulang.“Kamu yakin bisa sendirian? Janeta berat. Biar aku saja yang gendong,” ujar Kevin.“Saya kuat, Pak.” Lily tidak menggubris ucapan Kevin. Gadis itu merengkuh tubuh batita yang terlelap tidur dari jok belakang, menggendongnya dan membawa ke kamar.Dengan hati-hati, Lily membaringkan Janeta, lantas mengecup kening batita itu. Ia tersenyum sambil menatap wajah polos bocah kecil yang agak mirip dengan Vinsensia.“Mama sayang kamu, Janeta,” gumam Lily.Hingga derit pintu terbuka membuat Lily menoleh

DMCA.com Protection Status