All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 41 - Chapter 50

128 Chapters

41. Adegan Ciuman

Raditya marah ketika melihat Jovanka membully asistennya. Karena Radit marah, Jovanka mendengus meninggalkan Vanesha dengan tatapan tajam.‘Huuff… syukurlah dia sudah pergi. Apa dia begitu benci padaku?’ Vanesha lega karena tidak jadi menjadi bahan isengan Jovanka.Hari itu, kegiatan syuting berjalan dengan lancar. Apalagi tidak ada adegan ‘Panas’ kebanyakan.“Jangan lupa dengan janjimu.” Ucap Raditya, yang sudah duduk di belakang Vanesha yang mengemudikan mobil. Mereka dalam perjalanan pulang.“Janji? Saya janji apa denganmu, Tuan?”“Hah? Kau benar-benar lupa apa pura-pura?”“Tidak Tuan, saya benar-benar lupa. Sungguh.”“Ck! Kemarin kau berjanji padaku untuk menjadi partner latihanku.”“Oh?”“Sepertinya kau sudah mengingatnya kan?”“Mmm, iya, Tuan. Tapi, apa benar harus saya?”“Memangnya siapa lagi? Kau kan bekerja untukku, kau asistenku! Gajimu besar hanya dariku, jadi-“Iya iya Tuan. Saya mengerti.”“Bagus. Malam ini kau harus tinggal bersamaku.” Suara Raditya tidak marah lagi, sed
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

42. Penagih Hutang

‘Syukurlah latihan aktingnya sudah selesai. Aku capek sekali.’ Vanesha berusaha memijit bahu dan pinggangnya. Dia berjalan keluar dari kamar Raditya, menuju kamar yang diijinkan untuk dia tiduri jika menginap di rumah majikannya.“Kau mau ke mana?” Raditya keluar dari kamar mandi.“Saya mau istirahat, Tuan. Kata anda, sudah selesai kan?”“Oh? Benar kah? Apa tidak bisa melanjutkannya setengah jam lagi?”“Tidak bisa!” Vanesha menyilangkan kedua tangan di depan dada, menolak dengan tegas. Padahal Raditya hanya bercanda saja demi untuk melihat ekspresi asistennya.“Baiklah, pergi. Apa kau dapat kabar dari Hendrik?”“Mm? Belum, Tuan. Kenapa?”“Hah… dimana ponselmu kau letakan? Pantas saja dia menghubungiku karena mencarimu.”“Mencari saya? Pak Hendrik mencari saya?”“Kenapa? Sepertinya kau sangat senang jika berbicara dan bertemu dengannya ya?” Raditya tidak suka.“Biasa saja sih, Tuan. Karena beliau adalah majikan saya juga-“Aku yang adalah majikanmu! Bukan Hendrik atau siapapun!” ucapny
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

43. Cari Solusi

“Hentikan! Tolong jangan menghancurkannya! Aku mohon!”“Vanesh, biarkan saja. Uhuk… uhuk… uhuk…”“Ayah, Ayah tidak apa-apa?” Vanesha memegang lengan ayahnya yang batuk-batuk dan tidak bisa berdiri dengan benar karena barang-barang dan sofa sedang diberantakin.“Kami tidak ada uang! Kami juga tidak tahu kalau dia berhutang pada kalian. Kami tidak menikmati uang yang dia pinjam. Kenapa kalian malah menagihnya pada kami?!”Mereka tidak perduli. Mereka hanya menghancurkan barang-barang yang tidak bernilai.“Bang, ada kulkas di dapur, apa kita bawa saja?”“Jangan!”“Bawa! Kita bisa menjualnya.”“Jangan, aku mohon. Uangku sendiri yang membeli kulkas itu, aku mohon.”“Hey!”“Akh..” Vanesha merasa kesakitan karena rambutnya ditarik, “Kalau kau tidak mau barang itu dibawa, maka bayar hutangnya sekarang!”“Oh… tunggu dulu.” Pria itu melihat wajah dan tubuh Vanesha, “Kau cukup cantik. Bukankah dengan wajah dan bentuk tubuh seperti ini, kau bisa mendapatkan banyak uang? Hm?”“Lepaskan anak saya!”
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

44. Gak Jadi Libur

Vanesha baru membuatkan sarapan untuk ayahnya, hanya nasi dan telur mata sapi.“Ayah, sarapan dulu.” Satu piring diletakan dilantai beralaskan tikar.“Vanesh, kamu gak sarapan juga, Nak?”“Enggak Yah. Aku bisa makan di tempat kerja.”“Vanesh, Ayah tahu kamu memikirkan hutang ibumu. Jual saja motor Ayah, dan… dan rumah ini.”“Tidak Yah, apalagi rumah ini, tidak mungkin aku menjualnya untuk membayar hutang orang lain.”“Tapi Nak-“Ayah gak usah memikirkan itu. Aku punya cara lain untuk mendapatkan uangnya.”“Apa yang ingin kamu lakukan?” wajah Ayah cemas.Vanesha menghela napasnya, “Mungkin aku akan mencoba meminjam uang dari majikanku.”“Tapi, bagaimana kalau dia tidak mau meminjamkanmu?”“Doakan saja, Yah. Sekarang makanlah. Jangan memikirkannya lagi. Semuanya pasti bisa kita lewati dengan baik.”Tidak mau menjadi beban Vanesha, Bayu pun sarapan seorang diri. Dalam hati Bayu, dia sangat kecewa pada isteri keduanya, tidak! Sudah dari dulu dia kecewa.“Ayah, aku akan pergi bekerja sekar
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

45. Dia Berteriak?

Vanesha menunggu balasan dari majikannya yang masih diam memandangnya.Kenapa dia malah diam? Apa dia gak mau kasih? Kalau dia gak mau kasih, lebih baik dia mengatakannya kan?’“Hah… Tuan, maafkan saya. Kalau anda berat untuk-“Baiklah. Akan aku beri gajimu yang 20 juta itu sekarang.”“Ya?” Vanesha terkejut karena permintaannya dikabulkan. Hampir dia tidak bisa mempercayainya.“Apa? Pasti kau pikir aku gak kasih?”“I-iya, Tuan.”“Aku tidak mau mendapat julukan sebagai majikan yang tidak berperasaan.”“Tapi, saya minta gajinya dua minggu lebih cepat loh. Kalau anda tidak memberinya, anda tidak akan mendapat julukan itu.”“Oh, jadi kau tidak mau aku kasih? Ya sudah, kalau kau mau menunggu-“Tidak, tidak! Saya mau. Tolong beri gaji saya, saya mohon.” Vanesha mengulurkan kedua tangannya didepan Raditya, dan menundukan wajahnya, benar-benar sangat memohon.“Aduh… rasanya aku berubah pikiran loh. Gimana dong?” Radit ingin melihat reaksi Vanesha. Wanita itu mengangkat wajahnya, kurang bersem
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

46. Siap!

“Sial! Dagingnya masih panas.” Rupanya karena panas makanya Raditya berteriak. Dia mengeluarkan makanannya lagi dari dalam mulut karena kepanasan.“Tapi, rasanya lumayan. Baiklah,mari kita makan sekarang. Dari tadi perutku keroncongan. Dia pintar sekali menyiksaku.” Raditya menarik kursi untuk dia duduki, “Tapi, rasanya sangat sepi ya. Akh, biasanya juga aku makan sendiri.”*“Vanesh, kamu sudah pulang Nak? Kenapa cepat sekali pulangnya?” Ayah duduk sendiri di tikar sambil termenung. Karena kedatangan Vanesha-lah membuatnya buyar dari lamunannya.“Iya Yah, tadi hanya ada urusan sebentar dengan majikan.”“Ayah ambilkan makanan untukmu ya-“Tidak usah Yah, aku bawa makanan nih.”Bayu tidak jadi berdiri, dan duduk kembali.“Kamu beli apa Nak?”“Bihun goreng. Aku belinya agak banyakan, karena Ayah juga suka bihun goreng kan? Kita makan bareng yuk Yah. Sebentar, aku ambilkan piringnya dulu.”Sambil menunggu puterinya kembali, Bayu tidak sabar rasanya untuk segera membuka bungkusan plastikn
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

47. Perkelahian Raditya

“Bu, sampai kapan kita di sini?” tanya Desi pada Gema, ibu kandungnya.“Nanti, mungkin besok atau lusa.”“Buku-buku pelajaran dan seragam sekolahnya ada di rumah, gak mungkin aku pinjam punya teman kan?”“Kalau bisa pinjam, ya pinjam saja! Kamu kan tahu situasi kita bagaimana. Kenapa kau cerewet sekali.”“Si Melody dimana lagi? Kau lihat kakakmu gak?”Desi geleng kepala, “Gak tahu, Bu. Mungkin dia belum pulang sekolah.”“Jam segini belum pulang sekolah? Dasar anak itu ya. Sudah dewasa tapi gak bisa bantu ibunya sedikit pun.”Gema, membawa kedua puterinya untuk tinggal di rumah kekasihnya, yang usianya selisih 10 tahun lebih tua darinya, namanya Joko, 58 tahun. Joko adalah duda, isterinya meninggal tanpa anak. Namun, dia juga memiliki perempuan lain selain Gema, tapi Gema tidak mengetahuinya.Sehari sebelum para preman datang ke rumah Vanesha, Gema mengambil langkah untuk kabur dan bersembunyi di rumah Joko, bersama anak-anaknya tanpa membawa persiapan keperluan sekolah puterinya.“Ken
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

48. Di Temani Bayar Hutang

“Jangan menyentuhku!!”“Permisi, permisi, biar saya yang bicara dengan Tuan Radit.” Vanesha masuk kedalam kerumunan orang-orang banyak yang hanya menonton saja tanpa berani melerai mereka.Raditya sudah melayangkan satu pukulan pada Erik sehingga ada bekas luka diwajahnya, dan darah keluar dari hidung.“Tuan Radity, jangan lakukan itu!”“Aku bilang pergi!”“Akkhh…. Aduh….”Saking emosinya, Raditya mendorong Vanesha yang berusaha menenangkannya. Itu karena dia tidak tahu kalau rupanya Vanesha berdiri di belakangnya.Radit melihat Vanesha setelah dia berteriak kesakitan, tapi tidak langsung memberi pertolongan padanya karena gengsi.“Vanesh, kau tidak apa-apa?” hingga kebetulan Hendri tiba di lokasi dan membantu Vanesha untuk berdiri lagi. Karena itulah, Raditya jadi tidak berkelahi lagi dan melihat mereka berdua. Tim lain membantu mengobati luka Erik.“Pak Hendrik? Anda di sini?”“Iya. Ya ampun, Radit apa lagi yang kau lakukan? Apa kau masih marah dan membenci Vanesha sampai harus meny
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

49. Hampir Di Hipnotis

“Tuan, anda bisa menunggu di sini sebentar kan? Saya mau Tarik uangnya dulu.”“Mm, pergilah! Jangan lama di sana.”“Memangnya apa yang saya lakukan di sana sampai harus berlama-lama?”“Entahlah.” Ujarnya ketus.Dari dalam mobil, Raditya melihat Vanesha memasuki area ATM. Walau bersikap cuek, tapi dia memperhatikan Vanesha, seolah menjaganya dari orang yang berniat jahat padanya, walau dia berada di dalam mobil.Dan benar saja, karena dari luar tidak bisa melihat orang di dalam, jadi orang luar menganggap tidak ada orang lagi di dalam mobil. Dua orang pria, mengendarai motor, sambil melihat disekitarnya yang jelas membuat orang curiga.‘Siapa mereka? Apa mereka ingin mencuri?’Satu masuk ke dalam kamar ATM, satu lagi menunggu di luar, masih duduk di motornya untuk berjaga-jaga.Di dalam, Vanesha juga merasa curiga, karena ada orang yang masuk sementara masih ada orang di dalam. Yang mana, kalau mau ikut menarik uang, harus mengantri dulu di luar. Tapi, Vanesha masih berusaha untuk tena
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

50. Majikan Antar Pulang Asisten

Sampai juga di tempat yang dijanjikan si penagih hutang itu.“Tuan, anda juga mau ikut bertemu dengan mereka?” Vanesha yang baru turun dari mobil, melihat majikannya juga ikutan turun dan berdiri di belakangnya mengikutinya.“Ya. Siapa tahu kau dibodohi mereka lagi.”“Tapi Tuan-“Sudah, ayo pergi. Kau lihat mereka sudah menunggu?”Tidak bisa melarangnya, Vanesha pun membiarkan Raditya ikut bersamanya.Tiga orang pria, dengan kemeja bunga-bunga dan dua kancing dari atas sengaja dibuka, juga kalung yang terlihat seperti emas, ada di leher mereka.“Wah, kau membawa pacarmu ya?” orang yang memimpin, mengeluarkan asap rokoknya, melirik sinis pada Raditya.“Dia bukan pacarku, Bang. Tapi dia majikanku.”“Hah? Majikan? Dia? Hahahaha.” Dia tertawa, diikuti teman-temannya yang ikutan tertawa, “Apa kau menjual tubuhmu untuknya?”“Kau salah paham, Bang! Aku hanya mengambil gajiku, bukan berhutang padanya! Ini, ambil uangnya dan pergilah!” Vanesha mengeluarkan semua uang yang sudah dia sisihkan un
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status