“Nah, sudah aku selimuti. Sekarang, anda tidak merasakan panas ataupun terlalu dingin. Hah… anda benar-benar berat sekali.” Vanesha mengusap keringat dikeningnya.“Tuan? Tuan? Saya mau pamit pulang dulu ya. Besok pagi, saya datang lagi. Sampai jumpa, Tuan.”‘Haruskah aku menahannya? Tidak, biarkan sajalah dulu.’*Tok! Tok! Tok!“Bu, Melody, Desi? Tolong bukain pintunya dong.” Vanesha mengetuk pintu rumahnya dengan suara pelan. Sebenarnya, Vanesha berharap, yang membuka pintu bukan ibunya, siapa saja boleh, asalkan bukan Gema.Yang membuka pintu, rupanya Ayah, “Ayah? Ayah yang buka pintu?” Vanesha mencium punggung tangan Ayahnya yang berdiri di depan pintu.“Kamu baru pulang Nak? Ayo, masuk dulu.”“Iya, Yah. Ayah sudah makan kan?”“Jam berapa ini? Tentu saja, Ayah sudah makan. Kamu?”“Iya Ayah, aku juga sudah makan kok. Ayah, tidurlah kembali.”“Iya, Nak. Kau juga. Apa besok kau bekerja juga? Besok, hari Minggu, tidak adakah hari libur?”“Enggak ada, Yah.”“Nak, berapa banyak uangmu y
Last Updated : 2024-09-21 Read more