All Chapters of Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola: Chapter 21 - Chapter 30

128 Chapters

21. Adegan Dewasa

“Kenapa kau lama sekali? Hm? Padahal hanya mengambilkan satu barang saja?”“I-itu karena ada banyak pilihan parfume yang saya tidak tahu anda mau yang mana.”‘Aku bisa merasakan gesekan dari dadanya di punggungku.’Tangan Raditya bergerak mengambil satu jenis parfume dengan aroma ‘Woody’, aroma yang hangat dan maskulin dengan sentuhan kayu seperti Cerdarwood atau Vetiver.Sengaja Radit menyemprotkan aroma parfumenya disamping leher Vanesha dan menghirupnya, “Hhmm… apa menurutmu aroma ini cocok untukku?” dia mengendus bau yang menempel dileher Vanesha.“Tu-Tuan, anda menjauh dulu sedikit. Sa-saya tidak bisa bergerak karena anda.. menekan belakang saya.”“Jawab dulu pertanyaanku, apa sulit menjawab, ‘Ya atau tidak’?”“I-iya, i-itu cocok untuk anda. Se-sekarang tolong-“Tapi kenapa rasanya kurang pas ya? Ini terlalu menyengat untuk dipakai di dalam ruangan tertutup nanti.”Tangan Radit berpindah di rak bagian bawah, yang dekat dengan perut Vanesha, “Bagaimana dengan yang ini?” satu jenis
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

22. Merasa Jijik

Adegan pun dilanjutkan. Seperti ‘Balas dendam’ pada Vanesha, sentuhan dan gerakan Raditya semakin panas, sampai lawan mainnya menikmati adegan yang hanya untuk keperluan syuting saja.“Vanesha.”“Iya, Pak Hendrik?” Vanesha melihat Hendrik yang muncul dan berdiri di sampingnya.“Ini, simpan obat ini jika nanti diperlukan.”“Ini… apa Pak? Obat untuk siapa?”“Untuk Radit.”“Apa… dia sakit, Pak? Tapi, saya belum pernah melihat obat seperti ini.”“Bukan, bukan untuk itu. Tapi, untuk menambah gairah padanya.”“Hah? Ga-gairah? Maksudnya… apa Pak?”“Mmm, gimana ya mengatakannya.” Hendrik menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Jadi, itu obat kuat.”Vanesha masih belum mengerti dengan jelas, maksud dari ‘Obat Kuat’ itu.“Kalau ada adegan ranjang, dia harus meminum itu sebelum syuting dimulai. Jadi, kau simpan. Kalau habis, beritahu aku agar aku membelinya kembali.”Sekarang, Vanesha yang menggaruk kepalanya saking bingungnya.“Akkhh…. Hhmmph…. Sa… Sayang, pe… pelan-pelan… akhh…”Suasana menjadi
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

23. Disuruh Makan Daging

Raditya masih memperhatikan Vanesha yang sangat sibuk di dapur umum.‘Apa yang sedang dia lakukan?’“Radit, kau tidak apa-apa? Aku melihat wajahmu tadi pucat dan pergi. Aku punya obat, kau mau?”Raditya melihat tangan wanita itu yang menempel di lengannya, “Ck, hapalkan saja dialogmu. Aku tidak mau terus mengulang adegan denganmu.” Ujarnya.“Tuan, ini, saya buatkan teh manis hangat untuk anda. Tidak terlalu manis, tapi ini bagus untuk perut anda agar hangat.”‘Rupanya dia sibuk membuatkan ini untukku?’ Raditya mengambil gelas minumannya, wanita itu melihat jari-jari tangan Raditya seperti sengaja menyentuh tangan Vanesha.“Terima kasih. Tumben kau cekatan. Hm… rasanya juga pas.”“Oke! Ayo bersiap untuk adegan selanjutnya!” teriak Sutradara.“Radit, ayo.” Wanita itu mengajak Raditya.“Nih,” hanya itu yang Radit katakan padanya dan memberikan gelas yang bekas dia minum.Vanesha duduk kembali di tempat yang bisa menunggu, sedangkan Hendrik sudah pamit untuk pergi ke tempat lain.Adegan m
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

24. Mengapa Kau Ada Di Atasku?

Raditya yang sudah mabuk, sampai tidak bisa berdiri lagi. Dia terus mengoceh tak karuan, dan yang lain menganggap itu sudah hal biasa, apalagi sebagian dari mereka juga sama, sudah mabuk.Artis wanita, lawan main Raditya, sedang membopongnya untuk dibawa ke dalam mobil.“Maaf, maafkan saya, Nona. Biar saya saja yang membawa Tuan Raditya bersama saya.” Vanesha menghentikan wanita itu, yang jalannya saja sudah tertatih.“Apa? Enggak usah, biar aku saja.”“Tidak, anda pulang saja sendiri ke tempat anda. Saya yang bertanggung jawab pada Tuan Radit.”Walau sudah mabuk, Raditya masih bisa mendengar suara obrolan mereka, “Minggir!” hanya satu gerakan saja, dia berhasil mendorong wanita itu darinya sampai hampir membuatnya jatuh.“Radit… kenapa kau melakukan ini padaku? Aku ingin menemanimu malam ini.”Asisten wanita itu datang ingin membawa artisnya pulang. Sudah berapa kali sutradara dan kru yang masih setengah sadar agar jangan sembarangan menyentuh Radit yang tidak mau asal disentuh oleh
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

25. Mengapa Kau Menjambakku?

“Apa yang anda lakukan?”Tangan Raditya yang masih berada dibelakang pungggunya, malah masuk kedalam baju Vanesha, dan membelai kulit punggungnya dengan jari-jarinya. Ekspresi wajahnya yang tersenyum nakal, sengaja menggoda Vanesha.“Kenapa? Kau saja sudah mengambil kesempatan pada tubuhku disaat aku mabuk kan?”“Tidak! Itu, anda sendiri yang menarik saya-“Lalu kenapa aku berbaring, dan kau juga…” Radit melihat lubang dibagian leher yang terlihat bagian dada Vanesha seperti mengintip, “Kau malah menggosokan tubuhmu pada tubuhku. Wah… ternyata kau mesum juga ya.”Karena kesal, Vanesha menggigit daun telinga Raditya, “Akkh..” sampai Raditya pun melepaskan tangannya dan menyentuh daun telinganya yang basah karena air liur Vanesha. Kesempatan, Vanesha segera bangun, turun dari mobil dan menutup pintu mobil lalu berpindah tempat kebagian kemudi untuk mengemudikan mobilnya.‘Sial! Aku tidak menyangka dia malah menggigit telingaku.’“Hey! Apa kau itu anjing? Menggigitku? Kalau telingaku put
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

26. Menangis

“Nah, sudah aku selimuti. Sekarang, anda tidak merasakan panas ataupun terlalu dingin. Hah… anda benar-benar berat sekali.” Vanesha mengusap keringat dikeningnya.“Tuan? Tuan? Saya mau pamit pulang dulu ya. Besok pagi, saya datang lagi. Sampai jumpa, Tuan.”‘Haruskah aku menahannya? Tidak, biarkan sajalah dulu.’*Tok! Tok! Tok!“Bu, Melody, Desi? Tolong bukain pintunya dong.” Vanesha mengetuk pintu rumahnya dengan suara pelan. Sebenarnya, Vanesha berharap, yang membuka pintu bukan ibunya, siapa saja boleh, asalkan bukan Gema.Yang membuka pintu, rupanya Ayah, “Ayah? Ayah yang buka pintu?” Vanesha mencium punggung tangan Ayahnya yang berdiri di depan pintu.“Kamu baru pulang Nak? Ayo, masuk dulu.”“Iya, Yah. Ayah sudah makan kan?”“Jam berapa ini? Tentu saja, Ayah sudah makan. Kamu?”“Iya Ayah, aku juga sudah makan kok. Ayah, tidurlah kembali.”“Iya, Nak. Kau juga. Apa besok kau bekerja juga? Besok, hari Minggu, tidak adakah hari libur?”“Enggak ada, Yah.”“Nak, berapa banyak uangmu y
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

27. Siapa Yang Pingsan?

‘Apa lagi ya yang harus aku kerjakan? Semuanya sudah aku siapkan, termasuk pakaian ganti di dalam tas untuknya.’‘Akh… karena dia masih mandi, aku kebawah saja dan membawa stok pakaiannya. Sambil membuat kopi untuknya juga. Dia suka kopi susu kan?’Vanesha keluar dari kamar Raditya, membawa koper kecil khusus perlengkapan milik Raditya nanti.Vanesha sibuk di dapur untuk membuat kopi. Sambil menunggu air panas mendidih, dia membersihkan bagian rumah yang dilihat berantakan. Tidak ada pembantu tinggal di rumah Raditya. Kalau memerlukan tukang bersih-bersih, dia hanya mencarinya melalui aplikasi online.Kopi sudah dibuat. Karena masih belum selesai juga majikannya bersiap, Vanesha duduk diteras sambil minum kopi buatannya sendiri.Vanesha teringat dengan ucapan kasar dari ibu tirinya. Bahkan tuduhan yang diberikan Gema.‘Akh… sampai kapan aku harus hidup seperti ini?’Vanesha memang sadar kalau mereka memperlakukannya dengan kasar tanpa dianggap sebagai bagian dari keluarganya.‘Aku bis
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

28. Marah-marah

“Ada apa? Kenapa Raditya marah berteriak begitu?”“Itu, asistennya kayaknya buat dia marah deh.”“Tapi asistennya menangis. Apa Raditya terlalu berlebihan memarahinya?” para kru dan tim saling mengobrol diam-diam dibelakang Raditya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, hanya menilainya sembarangan.“Ayah saya…. Hiks… hiks… Ayah saya pingsan, Tuan. Saya… saya mohon.”“Ayahmu pingsan?”“Raditya! Sekarang kita akan mulai syutingnya!” teriak sutradara jauh dibelakang Radit.Hendrik juga baru datang, “Ada apa, Bang?” tanyanya pada sutradara.“Entahlah, tapi sepertinya dia sedang memarahi asistennya.”“Apa?”“Hendrik, cepat panggilkan dia agar kembali syuting.”“Baik, Bang. Tunggu sebentar.” Hendrik pun menyusul untuk memanggilnya.Tim dan kru kembali bergibah bersama sutradara, menyebarkan dugaan dari mereka.“Raditya, ada apa? Apa kau memarahi Vanesha lagi?”“Apa? Kau asal tuduh saja ya.”“Kalau begitu, ayo, sekarang kau mulai syuting-“Batalkan.” Tapi Raditya masih melihat wajah Vanesha.
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

29. Tetangga Yang Kepo

“Ayah!”Disaat Bayu sedang meratapi nasib, puterinya muncul, masuk ke dalam ruangannya.“Vanes?” dia heran, kenapa puterinya yang padahal sedang sibuk bekerja, datang menemuinya.“Ayah…” Vanesha memeluk ayahnya yang duduk bersandar diranjang pasien. Vanesha menangis, takut kalau kehilangan ayahnya.“Vanesh, jangan menangis lagi. Ayah tidak apa-apa sekarang, Nak.” Bayu mengusap punggung puterinya. Walau di suruh berhenti menangis, tapi Vanesha masih saja menangis.“Ayah.. kenapa Ayah bisa pingsan? Apa yang terjadi, Ayah?” tanyanya, tapi suaranya masih diiringi tangisan kecil.“Ayah hanya ingin makan tadinya. Tapi, karena gak ada lauk, Ayah berinisiatif menggoreng telur. Rupanya karena lantai dibawah kulkas ada airnya, jadi, Ayah terpeleset. Ketika Ayah sudah bangun, Ayah sudah ada di sini.” Agar Vanesha tidak semakin khawatir, Bayu tertawa kecil, “Uhuk.. uhuk..”“Ayah! Kita ke rumah sakit saja ya. Biar di sana Ayah diperiksa dan dirawat.”“Jangan Nak. Sayang uangnya. Begini saja Ayah s
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

30. Aku Adalah Majikanmu!

“Terima kasih Pak Hendrik, sudah mau menemani dan mengantarkan ayah saya pulang ke rumah. Saya juga, minta maaf karena tetangga saya yang menanyakan hal yang tidak perlu. Anda, pasti tidak nyaman dan terganggu.”“Tidak apa-apa, Vanesha. Itu adalah sifat manusiawi untuk saling menolong. Kau juga, bukan orang lain kan?”Vanesha sangat senang dengan ucapan dari Hendrik, “Saya… jujur saja, saya lebih senang jika mengobrol dan bertemu dengan anda. Berbeda dengan… ah, maafkan saya, Pak.”Tawa kecil dari bibir Hendrik, “Ya, aku tahu siapa yang kamu maksud. Raditya memang orang yang seperti itu, tapi, kalau kalian sudah akrab, kalian akan semakin dekat.”Sementara mereka berdua sedang berbicara di dalam mobil, Raditya sudah mengawasi mereka dari jauh. Dengan wajah kesal, marah, bahkan dia tidak tahu kalau dirinya juga sedang cemburu.Raditya sangat marah, apalagi ketika melihat Vanesha begitu tertawa lepas dan senang berduaan dengan Hendrik.“Oh, sepertinya dia akan kemari dan pasti akan mara
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more
PREV
123456
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status