Home / Romansa / Kembalinya sang Putri Pewaris / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kembalinya sang Putri Pewaris : Chapter 121 - Chapter 130

178 Chapters

Bab 121 Kedatangan Damian

Bianna berdiri tegak, menatap wanita di depannya tanpa gentar. "Apa kamu selalu mabuk di siang bolong dengan baju tidur seperti itu?" tanyanya santai, nada suaranya penuh sindiran. Tentu saja Bianna heran, sebab udara di luar sedang musim dingin, tetapi cara berpakaian Viella seperti orang yang tidak takut kedinginan.Viella terkekeh pelan. "Memangnya kenapa? Beginilah kehidupanku. Aku tidak menyangka akan kedatangan tamu spesial." Dia bersandar di ambang pintu, masih dengan senyum main-main. "Jadi, apa yang membawa seorang istri sah datang ke tempat mantan kekasih suaminya?"Bianna menggenggam erat tali tas jinjingnya sambil berkata, "Aku ingin tahu alasanmu membeli saham Harland Group."Viella menaikkan sebelah alisnya, lalu berbalik masuk ke dalam tanpa mengundang Bianna masuk. Namun, pintu tetap terbuka, seolah-olah mengizinkan Bianna untuk mengikutinya jika dia mau.Bianna menghela napas dan melangkah masuk. Apartemen itu
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 122 Penolakan

"Aku tidak akan membeli saham itu dari Viella," ujar Bianna mantap. "Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengannya."Damian ingin membantah, tetapi Bianna sudah berbalik, melangkah menuju pintu. Viella yang masih berdiri di dekatnya hanya tersenyum puas, seolah-olah menikmati pertunjukan ini."Bianna, tunggu!" Damian hendak menyusulnya, tetapi tiba-tiba tangan Viella menarik pergelangan tangannya."Jangan pergi dulu, Damian. Urusan kita belum selesai."Damian menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, jelas tidak ingin berlama-lama berada di apartemen itu.Bianna, yang sudah berada di ambang pintu, menoleh sedikit dan berbicara tanpa menatap mereka. "Ambil waktumu. Aku akan menunggumu di bawah."Setelah mengatakan itu, Bianna keluar tanpa menoleh lagi.Damian mengepalkan tangannya. Perasaannya bercampur aduk antara amarah pada Viella, kekesalan pada situasi ini, dan entah k
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 123 Rasa Lain

Damian dengan cepat mengejar Bianna, tangannya terulur untuk meraih pergelangan tangan wanita itu sebelum dia pergi terlalu jauh. Cengkeramannya tidak kasar, tetapi cukup kuat untuk menghentikan langkah Bianna.“Tunggu, Bia. Kenapa kamu berkata seperti itu?” Suara Damian terdengar putus asa, mencoba memahami gejolak dalam diri Bianna. “Apa salahnya kalau aku menemui Viella?”Bianna tidak langsung menjawab, dia hanya menatap Damian dengan mata yang mulai berkaca-kaca, seolah-olah menahan sesuatu yang tidak ingin dia tunjukkan. Hatinya terasa sesak, dan dadanya naik turun dalam tarikan napas yang berat.“Jadi … apa kamu akan kembali padanya?” tanya Bianna akhirnya, suaranya bergetar dan nyaris tidak terdengar.Damian terkejut. Dia menatap Bianna dengan kening berkerut, tidak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari mulutnya. Dia mendesah panjang, merasa kepalanya semakin sakit karena situasi ini.Dengan satu tangan
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 124 Rapat Kejutan

Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan Mr. Lawrence, Bianna langsung kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan, pikirannya masih dipenuhi dengan rencana besar yang akan dia jalankan. Kini, dengan 80% saham Harland Group berada di tangannya, dia memiliki kendali penuh untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik.Begitu sampai di lantai tempat ruang kerjanya berada, Bianna melihat Esma yang langsung menghampirinya dengan wajah penuh harap."Nyonya Bianna! Bagaimana hasilnya? Apakah Anda berhasil?" Esma bertanya dengan antusias.Bianna berhenti sejenak, lalu menatap sekretarisnya dengan senyum tipis. "Ya, aku berhasil."Wajah Esma langsung berseri-seri. "Luar biasa! Selamat, Nyonya Bianna!" katanya dengan penuh semangat.Bianna mengangguk, lalu berjalan menuju ruangannya. Sebelum masuk, dia berbalik dan memberi instruksi."Esma, aku ingin kamu menghubungi semua pemegang saham. Aku akan mengadakan
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 125 Situasi Sulit

Leony tersenyum sinis mendengar ucapan Bianna yang terkesan menyombongkan diri. "Jangan berpikir kamu bisa bermain dalam dunia bisnis hanya karena berhasil mendapatkan beberapa saham!"Bianna menghela napas pelan, lalu mengangkat satu dokumen lagi dari mapnya. Dengan tenang, dia menatap ke seluruh ruangan dan meletakkan dokumen itu di meja."Biar aku jelaskan sesuatu padamu, Leony. Dari semua pemilik saham yang tersisa, hanya tinggal dua orang yang memiliki kendali atas Harland Group ini. Dan tebak siapa salah satunya?" Bianna tersenyum kecil sebelum melanjutkan, suaranya terdengar begitu percaya diri. "Aku salah satunya karena aku memiliki 80% saham perusahaan ini."Ruangan berubah hening. Beberapa anggota dewan yang tadinya ragu langsung membelalakkan mata mereka."Apa ...?" Leony tergagap, tubuhnya sedikit goyah karena keterkejutan. "Itu tidak mungkin! Dari mana kamu mendapatkan semua saham itu?"Bianna mengang
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 126 Kesempatan Kevin

Kalau mau jujur, Bianna sebenarnya tidak pernah benar-benar ingin menyakiti Kevin. Akan tetapi, di saat yang sama, dia juga tidak bisa membiarkannya terus memegang kendali atas perusahaan.Namun, sebelum Bianna sempat mengatakan sesuatu, Kevin akhirnya bersuara."Dengar," ucap Kevin, suaranya berat. Semua mata kini tertuju padanya. "Bukan Bianna yang tidak bisa melupakan aku. Tapi akulah yang tidak bisa melupakannya."Sekali lagi, keheningan menyelimuti ruangan.Leony menatap Kevin tajam. "Apa maksudmu?"Kevin menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Bianna tidak melakukan ini untuk membalas dendam atau menghancurkanku. Dia hanya ingin menyelamatkan perusahaan."Bianna mengerjap cepat, menatap Kevin yang kini terlihat lebih tenang dan yakin."Tapi aku mohon," lanjut Kevin, suaranya lebih rendah kali ini.Semua orang terkejut ketika Kevin tiba-tiba berlutut di hadapan Bi
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 127 Emosi Bianna

Kevin menarik napas dalam, mempersiapkan dirinya. "Kenapa kamu tiba-tiba muncul di Harland Group dan mengambil alih perusahaan?"Bianna tersenyum kecil, tetapi bukan senyuman yang menyenangkan. "Harland Group hampir bangkrut, Kevin. Jika aku tidak mengambil alih, perusahaan itu mungkin sudah hancur. Itu saja.""Tidak hanya itu." Kevin menatapnya dengan tajam. "Aku tahu ini lebih dari sekadar bisnis. Apa ini karena aku?"Bianna terdiam, tidak segera menjawab.Kevin melanjutkan dengan suara lebih pelan, "Bianna ... apakah kamu masih peduli padaku?"Bianna terkejut dengan pertanyaan itu. Tangannya mengepal di atas pangkuannya, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresi dinginnya."Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," jawabnya singkat.Kevin menatapnya lama, seolah-olah mencoba membaca pikirannya. "Kamu tidak menjawab pertanyaanku."Bianna mengalihkan pandangann
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 128 Kecewa pada Diri sendiri

Damian tetap tidak menunjukkan emosi. "Kalau memang begitu, buktikan." Suaranya tegas. "Jangan biarkan emosi lama menghalangi tujuanmu."Bianna terdiam sambil mengepalkan tangannya. Dia tahu Damian benar, tetapi hatinya masih berat menerima kenyataan itu. Ada terlalu banyak yang dipertaruhkan dan dia tidak bisa membiarkan perasaannya menghancurkan semuanya.Bianna bangkit dari tempat duduknya, matanya menatap Damian dengan marah. “Kamu tidak mengerti, Dami! Aku sudah berjuang terlalu lama untuk ini. Aku sudah kehilangan banyak hal! Harland Group adalah milikku, aku yang pantas mengendalikannya!”Damian menatapnya dengan sinis, langkahnya mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa inci. “Tapi kamu tidak bisa bertindak seperti pemimpin sejati, Bia.” Suaranya rendah, tetapi tajam. “Kamu terlalu lemah.”Bianna terkesiap, dadanya bergetar menahan emosi. “Apa maksudmu?”Damian menyeringai kecil. “Jika kamu be
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 129 Rencana Opa

Sean yang baru saja menyesap sup hampir aja tersedak, sedangkan Damian langsung terbatuk kecil, jelas tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul. “Tidak, Opa. Bukan itu.” Damian buru-buru mengelak. Eduardo menyipitkan matanya, seolah-olah mencoba membaca sesuatu dari ekspresi Damian. “Kenapa reaksimu seperti itu?” Jelas nada curiga keluar dari bibir orang tua itu. “Jangan terlalu lama menunda, Damian.” Damian menarik napas panjang, mencoba menahan dirinya agar tidak menunjukkan ekspresi frustasi. “Kami tidak menunda, Opa. Mungkin memang belum diberi saja.” Eduardo mengangguk pelan, meski raut wajahnya tetap menunjukkan sedikit keraguan. “Kalau begitu, periksakan lagi. Pastikan tidak ada masalah. Dan satu lagi ….” Tatapannya kini lebih serius. “Jangan biarkan Bianna terlalu stres dan lelah karena pekerjaan.” Damian terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Ya, Opa. Aku akan bicara dengannya.” *** Pagi hari, Bianna turun dari kamar dengan langkah cepat, mengenakan blazer hitam dan
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 130 Perjalanan ke Paris

Di dalam mobil yang melaju dengan tenang, suasana terasa begitu dingin sama halnya udara di luar. Damian duduk di samping Bianna, tetapi tidak satu kata pun keluar dari mulut mereka. Hanya suara roda yang melaju di atas aspal dan sesekali desahan napas Bianna yang terdengar.Bianna menatap lurus ke depan, tangan terlipat di pangkuannya. Setelah beberapa menit dalam diam, akhirnya dia berbicara."Turunkan aku di kantor saja." Suaranya datar, tanpa emosi.Damian meliriknya sekilas, tetapi tidak langsung menjawab. Mobil tetap melaju ke arah yang telah ditentukan.Bianna menghela napas dan mengulang, "Dami, aku tidak mau ke rumah sakit. Aku tidak mau melakukan pemeriksaan apa pun."Damian akhirnya bersuara, suaranya terdengar tenang, tetapi tegas. "Aku setuju."Bianna menoleh, terkejut. "Apa?"Damian tetap menatap ke depan, ekspresinya tetap tenang. "Aku setuju. Kita tidak akan pergi ke rum
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status