Semua Bab Maafkan Aku, Menikahinya: Bab 61 - Bab 70

116 Bab

Usaha Menyembuhkan Trauma

Keesokan harinya adalah waktunya kedua orang tua Aura dan Rendra untuk pulang.Cukup lama mereka meninggalkan pekerjaan di Indonesia.Rendra dan Aura sengaja mengantar hingga Bandara, keduanya sedih karena harus berpisah dengan kedua orang tua.Bukan hanya Aura, tapi Rendra yang sudah semenjak lama berjauhan dengan kedua orang tuanya pun masih selalu terasa berat saat berpisah di Bandara.Setiap anak yang sudah dewasa bahkan sudah menikah sekalipun pasti akan bersedih hati bila jauh dari kedua orang tua.Walaupun orang tua tidak bisa banyak membantu ketika kita sedang mengalami kesulitan, tapi dengan adanya sosok mereka di dekat kita, rasanya seperti pintu solusi dari setiap masalah juga terasa dekat.Mungkin karena do'a setiap orang tua untuk anaknya tidak akan tertahan di langit dan langsung didengar oleh Yang Maha Kuasa.“Abang, kalau butuh apa-apa hubungin Papa ya! Jangan kamu simpan sendiri.” Sang papa berpesan. “Iya Pa ....”“Abang harus baik sama Aura ya, dahulukan ke
Baca selengkapnya

Melawan Trauma

Empat puluh lima menit Aura di dalam ruangan praktik Psikiater yang konon adalah psikiater terbaik di Negara itu.Ingin sekali Rendra masuk ke dalam sana tapi ada kode etik yang mengharuskan hanya Aura saja yang berkonsultasi dengan dokter agar gadis itu bisa mencurahkan segala isi hati dan sesuatu yang mempengaruhi pikirannya tanpa tekanan atau intimidasi siapapun.Benar saja kata Rendra, dokter yang menangani Aura sekarang adalah dokter hebat karena hanya satu kalimat yang di tanyakan dokter pria yang rambutnya telah dipenuhi uban itu kepada Aura dan mengalir lah segala beban dan penderitaan yang Aura rasakan.Dari mulai perasaan sedihnya karena jauh dari kedua orang tua semenjak kecil yang tidak pernah dia ungkapkan kepada siapapun, juga perasaan insecure karena wajah dan tubuhnya yang sempurna justru malah menjadi bahan iri dengki teman-teman sebaya.Kesepian karena tidak memiliki teman hingga rasa sakit hati kepada Sigit yang tidak pernah Aura tunjukan.
Baca selengkapnya

Mengalah

Rendra masih mempertimbangkannya dan saat ini hatinya sedang berkecamuk. Di dalam benaknya menggema suara-suara yang membuat kepalanya ingin meledak.Dia sering tanpa sadar mendamba dan menginginkan Aura, selalu ingin melakukan lebih ketika sudah terjebak dalam sentuhan bibir sang gadis.Tapi lagi-lagi satu nama mampu membuat Rendra meredam semua itu.Keheningan membentang di antara Rendra dan Aura selama perjalanan pulang.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, sesekali Aura melirik suaminya yang tampak tenang mengemudi.“Kenapa?” Suara Rendra membuat Aura yang sudah mengalihkan tatapannya ke depan kembali menoleh pada sang suami.Rendra sadar sedari tadi sang istri mencuri pandang padanya seperti ingin mengutarakan sesuatu.“Ingin makan sesuatu?” Rendra bertanya lagi namun tatapannya masih fokus ke arah jalan.“Mau nonton,” jawab Aura asal.Aura hanya tidak ingin jawaban gelengan kepalanya nanti hanya akan membuat mereka kem
Baca selengkapnya

Menginginkan Aura

Satu mangkuk besar popcorn bertengger di atas pangkuan Aura, di sebelahnya Rendra duduk nyaman dengan menyandarkan tubuh pada sandaran sofa.Setelah bertemu dengan Jordan dan teman perempuan Aura di bioskop tadi, mereka memutuskan untuk menonton film di rumah saja.Aura terlihat serius menonton film dengan mulut penuh popcorn sementara mata Rendra mengarah pada televisi namun benaknya dipenuhi dengan beragam pemikiran.Pasalnya tadi ketika Aura membersihkan tubuhnya di kamar mandi, diam-diam Rendra menghubungi detektif yang menangani kasus istrinya dan kabar gembira telah Rendra dapatkan mengenai sidang pertama kasus Jordan yang menculik dan menganiaya Aura akan dipercepat.Dan kabar bahagia itu justru mengganggu pikiran Rendra karena menurut pengacaranya, paling cepat bulan depan sidang Jordan akan dilaksanakan.Beberapa hari lalu ketika Rendra berada di Jerman memang Aura telah dimintai keterangan dan pengacara keluarga Gunadhya yang mengurus semua pelaporan ke pihak kepolisisa
Baca selengkapnya

Kewajiban

Suara kecupan menggema menghangatkan ruang makan pada malam itu yang terasa dingin dan pekat oleh keheningan karena jam sudah menunjukan hampir tengah malam.Rendra mengangkat satu kaki Aura, menuntun untuk melingkar dipinggangnya tanpa berniat melepaskan pagutan dengan lidah yang saling membelit di dalam sana.Tubuh Aura terasa melayang setelah satu kakinya yang lain dituntun Rendra untuk melingkar di pinggang lelaki itu.Bukan kamar, Rendra membawa Aura kembali ke ruang televisi dan menghempaskan bokong di sofa dengan Aura berada di atas pangkuannya.Pagutan itu akhirnya terlepas ketika mereka sudah merasakan sesak kehabisan oksigen, nafas keduanya tersengal saat berebut udara di sekitar.Bibir Rendra memang berhenti berulah namun tidak dengan kedua tangannya yang sudah masuk ke dalam kaos Aura mulai meremat pinggang kemudian merayap naik ke atas lalu berhenti tepat di dada Aura.Kedua mata mereka saling mengunci, Rendra mencari penolakan pada sorot mata Aura yang menampakan k
Baca selengkapnya

Polos

Rendra menatap wajah istrinya, entah kenapa Aura jadi terlihat begitu cantik setelah kegiatan bercinta yang seharusnya sudah mereka lakukan berbulan-bulan lalu.Sang istri tampak lebih dewasa di mata Rendra padahal umurnya baru menginjak dua puluh tahun dan memang gadis blasteran Asia itu memiliki cantik yang menurun dari gen kedua orang tuanya.Rendra memejamkan mata untuk menggali memory yang tertanam tadi malam dan tidak akan pernah melupakan bagaimana wajah sang istri terpejam menahan ledakan ketika merasakan pelepasan untuk pertama kali.Rendra menunduk untuk mengecup kening Aura yang tengah terlelap berbantal di lengannya.Aura mengerjap, terusik dengan sentuhan bibir Rendra di keningnya kemudian mendongak untuk menggapai wajah pria itu.Mata mereka bertemu sesaat kemudian Aura menunduk malu dan semburat merah seketika mewarnai wajah pucat karena kelelahan.Aura masih ingat kejadian malam pengantin yang mereka lakukan tadi malam dengan hanya membe
Baca selengkapnya

Tanda Merah

“Ra...hari selasa nanti sidang perdana Jordan, Tuan Alfons pengacara Abang yang akan minta ijin ke kampus kamu,” kata Rendra setelah tubuhnya duduk sempurna di sofa tepat di samping Aura dengan mata menatap lurus layar flat besar yang tergantung di dinding.Sofa besar tempat Aura kehilangan kesuciannya itu telah berganti dengan sofa kecil yang hanya cukup untuk dua orang dengan bantalan yang besar membuat tubuh keduanya menempel berdesakan.Aura menoleh, perasaan takut berlumur khawatir dan cemas Aura rasakan kini.Berkecamuk menjadi satu hingga dapat merubah ekspresi wajahnya.Tidak mendengar jawaban, Rendra menoleh dan mendapati kerutan di antara alis di wajah istrinya.“Nanti Abang temenin, grandpa sama grandma juga pasti hadir...,” sambung Rendra lagi memberitahu.Aura mengangguk kemudian memaksakan satu garis senyum di bibirnya.Bukan masalah dirinya di antar oleh siapa saat sidang nanti tapi dia khawatir tuntutannya pada Jordan malah berbuah
Baca selengkapnya

Sidang

Aura mencengkram erat ujung blazer sambil menunduk merasakan kegugupan mendera.Getaran-getaran yang dirasakan pada tangan yang basah itu perlahan menguasai tubuhnya.Walau dia datang bersama suami juga Grandma dan Grandpa namun tetap saja jantung Aura bergemuruh kencang, bergejolak sampai dia bisa merasakan mulas pada perutnya.Belum pernah Aura berurusan dengan hukum apalagi sampai ke meja hijau seperti ini.Padahal dirinya yang menjadi korban namun entah kenapa rasanya seperti seorang terdakwa yang akan duduk di kursi kesakitan.Mereka semua berjalan beriringan memasuki gedung tinggi dengan banyak tangga dan pintu ganda besar lalu melewati koridor menuju ruang sidang mengikuti tuan Alfons-sang Pengacara beserta asistennya yang berjalan memimpin di depan.Rendra menoleh pada Aura yang tampak pucat pasi berjalan pelan seolah enggan memasuki gedung di mana semua perbuatan manusia yang melanggar hukum di timbang untuk diberi ganjaran.Lelaki itu mengeluarkan tangannya dari saku
Baca selengkapnya

Lega

“Apakabar tuan Narendra?” sapa Ben sambil mengulurkan tangan yang walau enggan namun Rendra menjabatnya juga.Setelah perbincangan mereka di Jerman beberapa waktu lalu mengenai kasus Jordan dan Aura, hubungan Ben dan Rendra masih menggantung.Ben belum memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan Rendra sementara Rendra belum mendapatkan maaf dari Ben mengenai kelancangannya yang telah meminta dia untuk menceraikan istrinya sendiri.“Belum pernah sebaik ini dan bagaimana kabar Anda Tuan Benedict?” Rendra balas bertanya formal.Ben tersenyum kemudian memasukan kedua tangan ke dalam saku celana kainnya lalu menunduk menatap ujung sepatu kemudian mendongak setelah menghembuskan nafas perlahan.“Saya baik dan terimakasih sudah bertanya,” balas Ben tertawa kering.“Apa yang membawa Anda jauh-jauh ke London, Tuan Ben? Apakah ingin melihat penderitaan istri saya yang telah dilakukan sepupu Anda?” tanya Rendra menyindir dengan nada elegan.Ben menatap Aura yang diam saja hanya menampi
Baca selengkapnya

Tim Support

“Kita makan siang dulu! Udah ditungguin grandpa dan grandma di Restoran.” Rendra memberitahu padahal baru saja Aura akan bertanya ke mana perginya para tim support yang sudah banyak memberikan semangat untuknya hari ini.Tadi dia terlalu fokus kepada Ben, fokus ingin meringankan beban suaminya.Aura memang ingin membuat Jordan jera tapi tidak ingin membuat suaminya kesusahan mengenai perusahaan sang grandpa.Sungguh, dia tidak apa.Lebam dan luka telah mengering, rasa trauma pada Jordan pun telah sirna.Aura bersyukur saat itu Rendra datang tepat waktu.Jika memang kasus ini harus lanjut, setidaknya dia bisa meringankan beban suaminya dengan meminta Ben untuk mempertimbangkan agar tidak memutuskan kerja sama dengan perusahaan grandpa.Aura mengangguk sebagai balasan, kemudian memasuki mobil sport sang suami tidak lupa mengencangkan seatbelt.“Alvin sama Maria ke mana Bang?” “Mereka udah ke restoran duluan ....” “George sama Robert juga?” Aura kembali bertanya namun kali i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status