Suara kecupan menggema menghangatkan ruang makan pada malam itu yang terasa dingin dan pekat oleh keheningan karena jam sudah menunjukan hampir tengah malam.Rendra mengangkat satu kaki Aura, menuntun untuk melingkar dipinggangnya tanpa berniat melepaskan pagutan dengan lidah yang saling membelit di dalam sana.Tubuh Aura terasa melayang setelah satu kakinya yang lain dituntun Rendra untuk melingkar di pinggang lelaki itu.Bukan kamar, Rendra membawa Aura kembali ke ruang televisi dan menghempaskan bokong di sofa dengan Aura berada di atas pangkuannya.Pagutan itu akhirnya terlepas ketika mereka sudah merasakan sesak kehabisan oksigen, nafas keduanya tersengal saat berebut udara di sekitar.Bibir Rendra memang berhenti berulah namun tidak dengan kedua tangannya yang sudah masuk ke dalam kaos Aura mulai meremat pinggang kemudian merayap naik ke atas lalu berhenti tepat di dada Aura.Kedua mata mereka saling mengunci, Rendra mencari penolakan pada sorot mata Aura yang menampakan k
Rendra menatap wajah istrinya, entah kenapa Aura jadi terlihat begitu cantik setelah kegiatan bercinta yang seharusnya sudah mereka lakukan berbulan-bulan lalu.Sang istri tampak lebih dewasa di mata Rendra padahal umurnya baru menginjak dua puluh tahun dan memang gadis blasteran Asia itu memiliki cantik yang menurun dari gen kedua orang tuanya.Rendra memejamkan mata untuk menggali memory yang tertanam tadi malam dan tidak akan pernah melupakan bagaimana wajah sang istri terpejam menahan ledakan ketika merasakan pelepasan untuk pertama kali.Rendra menunduk untuk mengecup kening Aura yang tengah terlelap berbantal di lengannya.Aura mengerjap, terusik dengan sentuhan bibir Rendra di keningnya kemudian mendongak untuk menggapai wajah pria itu.Mata mereka bertemu sesaat kemudian Aura menunduk malu dan semburat merah seketika mewarnai wajah pucat karena kelelahan.Aura masih ingat kejadian malam pengantin yang mereka lakukan tadi malam dengan hanya membe
“Ra...hari selasa nanti sidang perdana Jordan, Tuan Alfons pengacara Abang yang akan minta ijin ke kampus kamu,” kata Rendra setelah tubuhnya duduk sempurna di sofa tepat di samping Aura dengan mata menatap lurus layar flat besar yang tergantung di dinding.Sofa besar tempat Aura kehilangan kesuciannya itu telah berganti dengan sofa kecil yang hanya cukup untuk dua orang dengan bantalan yang besar membuat tubuh keduanya menempel berdesakan.Aura menoleh, perasaan takut berlumur khawatir dan cemas Aura rasakan kini.Berkecamuk menjadi satu hingga dapat merubah ekspresi wajahnya.Tidak mendengar jawaban, Rendra menoleh dan mendapati kerutan di antara alis di wajah istrinya.“Nanti Abang temenin, grandpa sama grandma juga pasti hadir...,” sambung Rendra lagi memberitahu.Aura mengangguk kemudian memaksakan satu garis senyum di bibirnya.Bukan masalah dirinya di antar oleh siapa saat sidang nanti tapi dia khawatir tuntutannya pada Jordan malah berbuah
Aura mencengkram erat ujung blazer sambil menunduk merasakan kegugupan mendera.Getaran-getaran yang dirasakan pada tangan yang basah itu perlahan menguasai tubuhnya.Walau dia datang bersama suami juga Grandma dan Grandpa namun tetap saja jantung Aura bergemuruh kencang, bergejolak sampai dia bisa merasakan mulas pada perutnya.Belum pernah Aura berurusan dengan hukum apalagi sampai ke meja hijau seperti ini.Padahal dirinya yang menjadi korban namun entah kenapa rasanya seperti seorang terdakwa yang akan duduk di kursi kesakitan.Mereka semua berjalan beriringan memasuki gedung tinggi dengan banyak tangga dan pintu ganda besar lalu melewati koridor menuju ruang sidang mengikuti tuan Alfons-sang Pengacara beserta asistennya yang berjalan memimpin di depan.Rendra menoleh pada Aura yang tampak pucat pasi berjalan pelan seolah enggan memasuki gedung di mana semua perbuatan manusia yang melanggar hukum di timbang untuk diberi ganjaran.Lelaki itu mengeluarkan tangannya dari saku
“Apakabar tuan Narendra?” sapa Ben sambil mengulurkan tangan yang walau enggan namun Rendra menjabatnya juga.Setelah perbincangan mereka di Jerman beberapa waktu lalu mengenai kasus Jordan dan Aura, hubungan Ben dan Rendra masih menggantung.Ben belum memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan Rendra sementara Rendra belum mendapatkan maaf dari Ben mengenai kelancangannya yang telah meminta dia untuk menceraikan istrinya sendiri.“Belum pernah sebaik ini dan bagaimana kabar Anda Tuan Benedict?” Rendra balas bertanya formal.Ben tersenyum kemudian memasukan kedua tangan ke dalam saku celana kainnya lalu menunduk menatap ujung sepatu kemudian mendongak setelah menghembuskan nafas perlahan.“Saya baik dan terimakasih sudah bertanya,” balas Ben tertawa kering.“Apa yang membawa Anda jauh-jauh ke London, Tuan Ben? Apakah ingin melihat penderitaan istri saya yang telah dilakukan sepupu Anda?” tanya Rendra menyindir dengan nada elegan.Ben menatap Aura yang diam saja hanya menampi
“Kita makan siang dulu! Udah ditungguin grandpa dan grandma di Restoran.” Rendra memberitahu padahal baru saja Aura akan bertanya ke mana perginya para tim support yang sudah banyak memberikan semangat untuknya hari ini.Tadi dia terlalu fokus kepada Ben, fokus ingin meringankan beban suaminya.Aura memang ingin membuat Jordan jera tapi tidak ingin membuat suaminya kesusahan mengenai perusahaan sang grandpa.Sungguh, dia tidak apa.Lebam dan luka telah mengering, rasa trauma pada Jordan pun telah sirna.Aura bersyukur saat itu Rendra datang tepat waktu.Jika memang kasus ini harus lanjut, setidaknya dia bisa meringankan beban suaminya dengan meminta Ben untuk mempertimbangkan agar tidak memutuskan kerja sama dengan perusahaan grandpa.Aura mengangguk sebagai balasan, kemudian memasuki mobil sport sang suami tidak lupa mengencangkan seatbelt.“Alvin sama Maria ke mana Bang?” “Mereka udah ke restoran duluan ....” “George sama Robert juga?” Aura kembali bertanya namun kali i
Pada sidang berikutnya semua hadir kembali dan mereka dibuat terkejut karena Jordan mengganti pengacaranya atau lebih tepatnya Ben tidak mendukung Jordan lagi.Ben menarik pengacara hebat itu dan membiarkan ayah Jordan mencari pengacara untuk anaknya.Kemampuan finansial ayah Jordan yang tidak sekuat Ayah Ben hanya mampu membayar pengacara yang levelnya di bawah pengacara Ben.Membuat kekuatannya hampir menyetarai pengacara keluarga Gunadhya.Bukti-bukti yang mendukung sudah dapat menguatkan kemenangan kasus tersebut, selangkah lagi Jordan akan mendekam di penjara.Ben pun tidak memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan Rendra.Perbincangan Ben dengan Aura yang hanya berdurasi sepuluh menit itu mampu menjungkir balikan keadaan.Aura p tidak membenci dan masih mau menerima Ben yang saat itu berada di kubu Jordan sungguh mampu merubah haluan Ben.Ben memutuskan untuk tidak membantu Jordan walaupun dia harus menerima hujatan dari keluarga besar sang ayah.Beruntung sang ayah
Tubuh Aura bergetar ketika kakinya menapaki tangga menuju pintu lapas di mana Jordan sedang mendekam di sana.Aura harus menemui lelaki itu dulu sebelum memutuskan apakah dirinya akan mencabut tuntutan tersebut atau tidak.Siapa tau jika surat yang diberikan kepadanya hanyalah salah satu bentuk usaha pengacara Jordan untuk membuatnya luluh.Aura harus melewati beberapa penjagaan dan juga pemeriksaan, dia mengeluarkan pasportnya sebagai tanda pengenal kemudian diarahkan menuju ruangan yang cukup luas dengan beberapa set meja kursi seperti yang sering dilihatnya di kantin.Jantung Aura berdetak kencang, sesaat dia menyesali kedatangannya ke tempat ini tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa pergi begitu saja karena Jordan dengan tangan terborgol sudah berada di balik pintu bertralis yang memisahkan ruangan.Pakaian lapas yang membalut tubuh Jordan sungguh tidak cocok dengan wajah tampannya.Tatapan mata mereka akhirnya bertemu membuat Aura menahan nafas se