“Ra...hari selasa nanti sidang perdana Jordan, Tuan Alfons pengacara Abang yang akan minta ijin ke kampus kamu,” kata Rendra setelah tubuhnya duduk sempurna di sofa tepat di samping Aura dengan mata menatap lurus layar flat besar yang tergantung di dinding.
Sofa besar tempat Aura kehilangan kesuciannya itu telah berganti dengan sofa kecil yang hanya cukup untuk dua orang dengan bantalan yang besar membuat tubuh keduanya menempel berdesakan.Aura menoleh, perasaan takut berlumur khawatir dan cemas Aura rasakan kini.Berkecamuk menjadi satu hingga dapat merubah ekspresi wajahnya.Tidak mendengar jawaban, Rendra menoleh dan mendapati kerutan di antara alis di wajah istrinya.“Nanti Abang temenin, grandpa sama grandma juga pasti hadir...,” sambung Rendra lagi memberitahu.Aura mengangguk kemudian memaksakan satu garis senyum di bibirnya.Bukan masalah dirinya di antar oleh siapa saat sidang nanti tapi dia khawatir tuntutannya pada Jordan malah berbuahAura mencengkram erat ujung blazer sambil menunduk merasakan kegugupan mendera.Getaran-getaran yang dirasakan pada tangan yang basah itu perlahan menguasai tubuhnya.Walau dia datang bersama suami juga Grandma dan Grandpa namun tetap saja jantung Aura bergemuruh kencang, bergejolak sampai dia bisa merasakan mulas pada perutnya.Belum pernah Aura berurusan dengan hukum apalagi sampai ke meja hijau seperti ini.Padahal dirinya yang menjadi korban namun entah kenapa rasanya seperti seorang terdakwa yang akan duduk di kursi kesakitan.Mereka semua berjalan beriringan memasuki gedung tinggi dengan banyak tangga dan pintu ganda besar lalu melewati koridor menuju ruang sidang mengikuti tuan Alfons-sang Pengacara beserta asistennya yang berjalan memimpin di depan.Rendra menoleh pada Aura yang tampak pucat pasi berjalan pelan seolah enggan memasuki gedung di mana semua perbuatan manusia yang melanggar hukum di timbang untuk diberi ganjaran.Lelaki itu mengeluarkan tangannya dari saku
“Apakabar tuan Narendra?” sapa Ben sambil mengulurkan tangan yang walau enggan namun Rendra menjabatnya juga.Setelah perbincangan mereka di Jerman beberapa waktu lalu mengenai kasus Jordan dan Aura, hubungan Ben dan Rendra masih menggantung.Ben belum memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan Rendra sementara Rendra belum mendapatkan maaf dari Ben mengenai kelancangannya yang telah meminta dia untuk menceraikan istrinya sendiri.“Belum pernah sebaik ini dan bagaimana kabar Anda Tuan Benedict?” Rendra balas bertanya formal.Ben tersenyum kemudian memasukan kedua tangan ke dalam saku celana kainnya lalu menunduk menatap ujung sepatu kemudian mendongak setelah menghembuskan nafas perlahan.“Saya baik dan terimakasih sudah bertanya,” balas Ben tertawa kering.“Apa yang membawa Anda jauh-jauh ke London, Tuan Ben? Apakah ingin melihat penderitaan istri saya yang telah dilakukan sepupu Anda?” tanya Rendra menyindir dengan nada elegan.Ben menatap Aura yang diam saja hanya menampi
“Kita makan siang dulu! Udah ditungguin grandpa dan grandma di Restoran.” Rendra memberitahu padahal baru saja Aura akan bertanya ke mana perginya para tim support yang sudah banyak memberikan semangat untuknya hari ini.Tadi dia terlalu fokus kepada Ben, fokus ingin meringankan beban suaminya.Aura memang ingin membuat Jordan jera tapi tidak ingin membuat suaminya kesusahan mengenai perusahaan sang grandpa.Sungguh, dia tidak apa.Lebam dan luka telah mengering, rasa trauma pada Jordan pun telah sirna.Aura bersyukur saat itu Rendra datang tepat waktu.Jika memang kasus ini harus lanjut, setidaknya dia bisa meringankan beban suaminya dengan meminta Ben untuk mempertimbangkan agar tidak memutuskan kerja sama dengan perusahaan grandpa.Aura mengangguk sebagai balasan, kemudian memasuki mobil sport sang suami tidak lupa mengencangkan seatbelt.“Alvin sama Maria ke mana Bang?” “Mereka udah ke restoran duluan ....” “George sama Robert juga?” Aura kembali bertanya namun kali i
Pada sidang berikutnya semua hadir kembali dan mereka dibuat terkejut karena Jordan mengganti pengacaranya atau lebih tepatnya Ben tidak mendukung Jordan lagi.Ben menarik pengacara hebat itu dan membiarkan ayah Jordan mencari pengacara untuk anaknya.Kemampuan finansial ayah Jordan yang tidak sekuat Ayah Ben hanya mampu membayar pengacara yang levelnya di bawah pengacara Ben.Membuat kekuatannya hampir menyetarai pengacara keluarga Gunadhya.Bukti-bukti yang mendukung sudah dapat menguatkan kemenangan kasus tersebut, selangkah lagi Jordan akan mendekam di penjara.Ben pun tidak memutuskan kontrak kerjanya dengan perusahaan Rendra.Perbincangan Ben dengan Aura yang hanya berdurasi sepuluh menit itu mampu menjungkir balikan keadaan.Aura p tidak membenci dan masih mau menerima Ben yang saat itu berada di kubu Jordan sungguh mampu merubah haluan Ben.Ben memutuskan untuk tidak membantu Jordan walaupun dia harus menerima hujatan dari keluarga besar sang ayah.Beruntung sang ayah
Tubuh Aura bergetar ketika kakinya menapaki tangga menuju pintu lapas di mana Jordan sedang mendekam di sana.Aura harus menemui lelaki itu dulu sebelum memutuskan apakah dirinya akan mencabut tuntutan tersebut atau tidak.Siapa tau jika surat yang diberikan kepadanya hanyalah salah satu bentuk usaha pengacara Jordan untuk membuatnya luluh.Aura harus melewati beberapa penjagaan dan juga pemeriksaan, dia mengeluarkan pasportnya sebagai tanda pengenal kemudian diarahkan menuju ruangan yang cukup luas dengan beberapa set meja kursi seperti yang sering dilihatnya di kantin.Jantung Aura berdetak kencang, sesaat dia menyesali kedatangannya ke tempat ini tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa pergi begitu saja karena Jordan dengan tangan terborgol sudah berada di balik pintu bertralis yang memisahkan ruangan.Pakaian lapas yang membalut tubuh Jordan sungguh tidak cocok dengan wajah tampannya.Tatapan mata mereka akhirnya bertemu membuat Aura menahan nafas se
Rendra meraup wajahnya menggunakan kedua tangan, beberapa waktu lalu tuan Alfons datang ke kantornya setelah bertemu Aura untuk menjelaskan perkembangan terbaru mengenai kasus tersebut. Apa yang di jelaskan tuan Alfons kepada Aura sama seperti apa yang dijelaskan kepada Rendra. Tuan Alfons juga memberikan beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika mereka tetap melanjutkan kasusnya yang akan berujung dua kemungkinan yaitu menang atau kalah. Namun perjalanan menuju akhir itu akan membutuhkan waktu dan perjuangan yang panjang dan melelahkan. Rendra seolah dipaksa berhenti untuk melangkah mengingat kata-kata Aura semalam yang mengatakan jika dirinya sudah lelah dengan masalah ini dan hanya ingin fokus kuliah. Terlebih menurut tuan Alfons, Aura sedang mempertimbangkan kesepakatan yang diajukan pengacara Jordan dengan menemui lelaki itu di penjara. Aura sempat mengirim pesan kepada Rendra, meminta ijin untuk menemui Jordan terlebih dahulu sebelum membuat keputusan. Menu
Kedua mata mereka bertemu ketika Rendra baru saja keluar dari walk in closet dan sudah mengenakan pakaian tidur.Kaos polos tipis berwarna navy itu masih belum bisa menutupi tubuh berotot Rendra dan celana panjang kain berwarna senada dengan motif flanel nampak nyaman pria itu gunakan.Rendra menghela napas pelan, dia pikir sang istri telah terlelap ketika dirinya selesai membersihkan tubuh namun ternyata dugaan awalnya benar bahwa ada yang akan Aura bicarakan yaitu permintaan maaf dan hal lain, mungkin sesuatu tentang kasus Jordan.Suami dari Aura itu memutuskan berbelok menuju pintu berniat menenggelamkan diri dengan pekerjaan di ruang kerja namun suara Aura yang sedang menyandarkan tubuh pada kepala ranjang menghentikan tangannya yang hendak memutar knop pintu.“Abang...jangan menghindar!” Kalimat terang-terangan bernada mencela itu sukses membuat Rendra membalik tubuhnya.Sorot matanya tajam menatap sang istri yang sedang tersenyum manis dan sialnya begitu cantik natural ta
Baru saja dia akan melepaskan pelukannya untuk beranjak pergi dari kamar namun niatnya tertahan oleh suara Rendra.“Abang kecewa....” Hening beberapa saat karena Aura menunggu kelanjutan kalimat tersebut.“Tapi kalau menurut kamu keputusan itu sudah benar, Abang bisa apa? Tapi Abang masih enggak terima dengan perlakuan Jordan sama kamu,” sambungnya setelah memberi jeda beberapa detik.“Kamu enggak pernah tau bagaimana rasanya ketika melihat kamu babak belur hampir di nodai Jordan, dunia ini rasanya akan runtuh, Ra!” Yang hanya bisa Rendra utarakan di dalam hati.“Makasih ya, Bang....” “Untuk apa?” Rendra bertanya dengan kerutan dalam di keningnya karena ungkapan Aura tadi tidak relevan dengan pernyataan yang baru saja dia lontarkan.“Karena udah sayang sama Aura, l balasnya kemudian mengusel di leher Rendra.Aura tidak menyadari jika dampak dari tindakan impulsifnya malam ini sudah kembali membangunkan sesuatu yang sekuat tenaga Rendra redam bahkan sampai dirinya mandi air d