Kedua mata mereka bertemu ketika Rendra baru saja keluar dari walk in closet dan sudah mengenakan pakaian tidur.Kaos polos tipis berwarna navy itu masih belum bisa menutupi tubuh berotot Rendra dan celana panjang kain berwarna senada dengan motif flanel nampak nyaman pria itu gunakan.Rendra menghela napas pelan, dia pikir sang istri telah terlelap ketika dirinya selesai membersihkan tubuh namun ternyata dugaan awalnya benar bahwa ada yang akan Aura bicarakan yaitu permintaan maaf dan hal lain, mungkin sesuatu tentang kasus Jordan.Suami dari Aura itu memutuskan berbelok menuju pintu berniat menenggelamkan diri dengan pekerjaan di ruang kerja namun suara Aura yang sedang menyandarkan tubuh pada kepala ranjang menghentikan tangannya yang hendak memutar knop pintu.“Abang...jangan menghindar!” Kalimat terang-terangan bernada mencela itu sukses membuat Rendra membalik tubuhnya.Sorot matanya tajam menatap sang istri yang sedang tersenyum manis dan sialnya begitu cantik natural ta
Baru saja dia akan melepaskan pelukannya untuk beranjak pergi dari kamar namun niatnya tertahan oleh suara Rendra.“Abang kecewa....” Hening beberapa saat karena Aura menunggu kelanjutan kalimat tersebut.“Tapi kalau menurut kamu keputusan itu sudah benar, Abang bisa apa? Tapi Abang masih enggak terima dengan perlakuan Jordan sama kamu,” sambungnya setelah memberi jeda beberapa detik.“Kamu enggak pernah tau bagaimana rasanya ketika melihat kamu babak belur hampir di nodai Jordan, dunia ini rasanya akan runtuh, Ra!” Yang hanya bisa Rendra utarakan di dalam hati.“Makasih ya, Bang....” “Untuk apa?” Rendra bertanya dengan kerutan dalam di keningnya karena ungkapan Aura tadi tidak relevan dengan pernyataan yang baru saja dia lontarkan.“Karena udah sayang sama Aura, l balasnya kemudian mengusel di leher Rendra.Aura tidak menyadari jika dampak dari tindakan impulsifnya malam ini sudah kembali membangunkan sesuatu yang sekuat tenaga Rendra redam bahkan sampai dirinya mandi air d
“Kok diem aja?” suara bas yang terdengar dari samping Aura membuat perempuan itu menoleh.“Hn?” Aura mengangkat kedua alisnya menatap pria yang sudah mengembalikan perhatian pada jalan di depannya.Setelah menyetujui kesepakatan yang ditawarkan oleh keluarga Jordan di kantor tuan Alfons, Rendra membawa Aura cepat-cepat pergi dari tempat itu.Grandma dan grandpa telah menunggu mereka di sebuah Restoran untuk makan siang.Sebelumnya sepasang kakek dan nenek itu sudah mengetahui berita mengenai keputusan Aura tersebut dan mereka menghargainya.Sama halnya dengan kedua orang tua Aura, walau mereka sempat menentang terutama sang papi tapi akhirnya dengan pengertian yang disampikan Aura, kedua orang tuanya mau memahami.Padahal Rendra sering berkomunikasi dengan papi Edward tentang masalah ini untuk mempengaruhi sang mertua agar mau membujuk Aura untuk tetap meneruskan kasus Jordan.Namun sayang, setelah menikah dan lepas dari kedua orang tuanya, Aura seolah memiliki jati diri baru d
Kening Aura berkerut mendapati mobil suaminya di pelataran parkir kampus.Mobil sport yang selalu dikendarai Rendra jika lelaki itu sedang ingin mengemudi sendiri.Aura menyipitkan mata menilik ke dalam mobil tepatnya belakang kemudi, apakah benar sang suami yang menjemputnya karena ini hari jumat di mana lelaki itu selalu sibuk dengan pekerjaannya menjelang akhir minggu terlebih selama seminggu ke depan Rendra akan mengambil cuti bulan madu.“Abang?” panggil Aura, mengetuk kaca jendela mobil suaminya.Tidak berapa lama pintu mobil seharga rumah di kawasan elite di Jakarta itu terbuka ke atas dan sosok suaminya sudah menanggalkan jas juga dasi terpampang nyata di hadapan Aura.Aura bahkan harus mengerjap beberapa kali meyakinkan indera penglihatannya bahwa mata itu tidak salah melihat karena Rendra yang bermandikan sinar jingga matahari sore hari nampak setampan dewa-dewa Yunani. Otot-otot di lengannya yang kekar tidak berlebihan terlihat sexy karena lelaki itu menggulung lenga
Entah sudah berapa kali Aura mengucapkan terimakasih kepada Sang Kakek dan Nenek Mertua atas hadiah pernikahan spektakuler yang diberikan.Bahkan ketika tadi sore mereka menghubungi untuk memastikan Aura dan Rendra tidak lupa akan tanggal keberangkatan bulan madu mereka, Aura masih saja mengucapkan kata terimakasih membuat Grandma dan Grandpa mengangguk berkali-kali di sebrang sambungan telepon sana meski Aura tidak dapat melihatnya.Dan saat ini Aura tengah di sibukkan dengan menata pakaian yang akan di bawa ketika liburan nanti.“Awas nih pil penunda kehamilannya ketinggalan! Jangan simpen dimana aja…” Omel si pria irit bicara kepada istrinya yang sedang sibuk memasukan pakaian ke dalam koper.Lelaki itu mendekat seraya memberikan pil yang di resepkan dokter untuk Aura.“Oh iya, hampir lupa!” Aura menyaut satu botol pil yang disodorkan Rendra, memasukannya ke dalam tas lalu kembali melanjutkan memasukan pakaian ke dalam koper.
Tiba di Holland Hoek, sebuah mobil mewah sudah menjemput mereka.Mobil yang mereka tumpangin menyongsong fajar menuju Rotterdam.Supir paruh baya yang ramah itu membawa mereka kesebuah restoran dengan suasana indah luar biasa dimana pemandangan air dan perahu dapat mereka lihat dari setiap meja.“Dingin?” Rendra bertanya kepada Aura setelah pelayan pergi membawa menu makanan pesanan mereka.Aura yang telah memakai longcoat masih saja menyilangkan tangan di depan dadanya untuk mengusap lengan bagian atas mencari kehangatan.“Iya...” satu kata terdengar seiring dengan uap hangat yang keluar dari mulutnya.Rendra menipiskan bibir kemudian meraih kedua tangan Aura lalu mendekatkannya ke bibir, perlahan ia tiup telapak tangan Aura untuk menyalurkan kehangatan melalui hembusan nafasnya.Aura tertegun dengan mata bulat menatap Rendra.Bukan sekali tapi beberapa kali Rendra meniup telapak tangan Aura hingga ia merasakan
Restoran Bridges yang terkenal menjadi pilihan tempat makan malam mereka.Restoran ini menyuguhkan ikan sebagai bahan utama, dengan menu à la carte dan Chef (4-6 hidangan) yang begitu menggiurkan.Chef's Table di tengah dapur menjadi keunikan yang dimiliki Bridges.Bridges juga menyediakan pengalaman bersantap eksklusif, maka dari itu keduanya mengenakan pakaian semi formal untuk mendapatkan kesan elegan pada makan malam romantis kali ini.Rendra mengenakan stelan jas berwarna hitam tanpa dasi dengan kemeja putih yang dua kancing bagian atasnya sengaja ia buka.Sementara Aura mengenakan gaun panjang berbahan satin berwarna hitam dengan tali spaghety di pundaknya.Rambut yang ia kumpulkan di bagian kanan pundaknya membuat leher sebelah kiri yang putih mulus itu terekspose indah dipandang mata.“Kenapa?” Aura bertanya karena sedari tadi sang suami menatapnya intens.“Aku baru sadar kalau kamu sangat cantik...” bat
Sigit! Pria yang masuk dalam kehidupan Aura kemudian membuatnya jatuh cinta lalu menorehkan luka dengan meninggalkannya begitu saja di detik-detik pernikahan mereka.Sigit juga sama shock nya ketika melihat Aura.“A..u..raa...” kata pertama yang diucapkan oleh Sigit sambil terbata.Aura segera merubah ekspresi wajahnya menjadi angkuh, ia tidak ingin terlihat terpuruk pasca ditinggal pergi oleh tunangan sialannya itu.“Bukan aku yang menabraknya, tapi dia yang menabrak ku! Belikan wanita mu kacamata, mungkin matanya rabun sehingga tidak bisa melihat aku yang sebesar ini!” ucap Aura ketus.Sigit tertawa terpaksa mendengar ucapan Aura, sedangkan istri yang ia nikahi di Belanda setelah kabur dari pernikahannya dengan Aura, menatap tajam ke arah Aura sambil memindainya dari atas hingga bawah.“Ooo...Kamu udah pinter ngelawan ternyata, aku pikir kamu masih sama dengan gadis penurut yang dulu tergila-gila sama aku!” Sigit berucap pongah