Entah sudah berapa kali Aura mengucapkan terimakasih kepada Sang Kakek dan Nenek Mertua atas hadiah pernikahan spektakuler yang diberikan.
Bahkan ketika tadi sore mereka menghubungi untuk memastikan Aura dan Rendra tidak lupa akan tanggal keberangkatan bulan madu mereka, Aura masih saja mengucapkan kata terimakasih membuat Grandma dan Grandpa mengangguk berkali-kali di sebrang sambungan telepon sana meski Aura tidak dapat melihatnya.Dan saat ini Aura tengah di sibukkan dengan menata pakaian yang akan di bawa ketika liburan nanti.“Awas nih pil penunda kehamilannya ketinggalan! Jangan simpen dimana aja…” Omel si pria irit bicara kepada istrinya yang sedang sibuk memasukan pakaian ke dalam koper.Lelaki itu mendekat seraya memberikan pil yang di resepkan dokter untuk Aura.“Oh iya, hampir lupa!” Aura menyaut satu botol pil yang disodorkan Rendra, memasukannya ke dalam tas lalu kembali melanjutkan memasukan pakaian ke dalam koper.Tiba di Holland Hoek, sebuah mobil mewah sudah menjemput mereka.Mobil yang mereka tumpangin menyongsong fajar menuju Rotterdam.Supir paruh baya yang ramah itu membawa mereka kesebuah restoran dengan suasana indah luar biasa dimana pemandangan air dan perahu dapat mereka lihat dari setiap meja.“Dingin?” Rendra bertanya kepada Aura setelah pelayan pergi membawa menu makanan pesanan mereka.Aura yang telah memakai longcoat masih saja menyilangkan tangan di depan dadanya untuk mengusap lengan bagian atas mencari kehangatan.“Iya...” satu kata terdengar seiring dengan uap hangat yang keluar dari mulutnya.Rendra menipiskan bibir kemudian meraih kedua tangan Aura lalu mendekatkannya ke bibir, perlahan ia tiup telapak tangan Aura untuk menyalurkan kehangatan melalui hembusan nafasnya.Aura tertegun dengan mata bulat menatap Rendra.Bukan sekali tapi beberapa kali Rendra meniup telapak tangan Aura hingga ia merasakan
Restoran Bridges yang terkenal menjadi pilihan tempat makan malam mereka.Restoran ini menyuguhkan ikan sebagai bahan utama, dengan menu à la carte dan Chef (4-6 hidangan) yang begitu menggiurkan.Chef's Table di tengah dapur menjadi keunikan yang dimiliki Bridges.Bridges juga menyediakan pengalaman bersantap eksklusif, maka dari itu keduanya mengenakan pakaian semi formal untuk mendapatkan kesan elegan pada makan malam romantis kali ini.Rendra mengenakan stelan jas berwarna hitam tanpa dasi dengan kemeja putih yang dua kancing bagian atasnya sengaja ia buka.Sementara Aura mengenakan gaun panjang berbahan satin berwarna hitam dengan tali spaghety di pundaknya.Rambut yang ia kumpulkan di bagian kanan pundaknya membuat leher sebelah kiri yang putih mulus itu terekspose indah dipandang mata.“Kenapa?” Aura bertanya karena sedari tadi sang suami menatapnya intens.“Aku baru sadar kalau kamu sangat cantik...” bat
Sigit! Pria yang masuk dalam kehidupan Aura kemudian membuatnya jatuh cinta lalu menorehkan luka dengan meninggalkannya begitu saja di detik-detik pernikahan mereka.Sigit juga sama shock nya ketika melihat Aura.“A..u..raa...” kata pertama yang diucapkan oleh Sigit sambil terbata.Aura segera merubah ekspresi wajahnya menjadi angkuh, ia tidak ingin terlihat terpuruk pasca ditinggal pergi oleh tunangan sialannya itu.“Bukan aku yang menabraknya, tapi dia yang menabrak ku! Belikan wanita mu kacamata, mungkin matanya rabun sehingga tidak bisa melihat aku yang sebesar ini!” ucap Aura ketus.Sigit tertawa terpaksa mendengar ucapan Aura, sedangkan istri yang ia nikahi di Belanda setelah kabur dari pernikahannya dengan Aura, menatap tajam ke arah Aura sambil memindainya dari atas hingga bawah.“Ooo...Kamu udah pinter ngelawan ternyata, aku pikir kamu masih sama dengan gadis penurut yang dulu tergila-gila sama aku!” Sigit berucap pongah
Wajah cantik Aura masih terlelap, seolah enggan meninggalkan alam mimpi.Begitu nyenyak berbantal di lengan Rendra dengan posisi tubuh mereka yang saling memeluk.Rendra kecup pipi Aura seringan bulu namun sang istri masih enggan membuka mata.Seketika sudut bibir Rendra tertarik ke atas membentuk lengkung senyum.Katakanlah Rendra pria paling plin plan didunia ini karena masih bimbang mengenai urusan hati.Tapi jangan salahkan Rendra karena umurnya masih dua puluh enam tahun dan selama itu ia sibuk belajar dan bekerja.Lalu dipaksa menikah dengan seorang gadis tanpa dasar cinta sementara sudah ada gadis lain yang bertahta di hatinya.Alisha cantik, begitu pula Aura.Alisha gadis mandiri dan memiliki pendirian kuat sementara Aura gadis yang selalu mengalah dan mengikuti keinginan orang lain sehingga tidak bisa tegas mempertahankan pendapatnya.Sampai beberapa waktu lalu, ia memaksa untuk menghentikan ka
Setelah beberapa saat Aura tenggelam dalam selimut berwarna putih yang membalut tubuhnya, Rendra meregangkan tubuh dengan menarik tangannya ke atas.Ia beranjak dan mulai mendekati ranjang mengecek keadaan Aura.Wajah damai Aura yang sedang terlelap begitu menggemaskan, Rendra tersihir untuk memberikan satu kecupan di kening Aura.“I Love You, Jovanka..Aura..Lovata!” bisik Rendra berharap Aura tidak mendengarnya.Sudah pasti Aura tidak mendengar karena ia sudah berada di alam mimpi, namun bisikan kalimat cinta itu terbawa hingga mimpi Aura.Disana, Aura melihat Rendra tersenyum sambil menghampirinya dengan satu buket bunga mawar merah yang melambangkan cinta yang manis dan romantis.“I love you, Jovanka Aura Lovata!” ungkap Rendra yang membuat Aura begitu terharu kemudian menerima sebuket bunga mawar merah tersebut lalu menghirup wangi bunga dengan perasaan membuncah bahagia.Ketika mereka hendak berpelukan, seorang wani
Makan malam yang dibuat Aura dengan bahan-bahan yang sudah disediakan di dapur oleh orang suruhan Rendra, sungguh membuat Rendra kekenyangan.Memiliki Oma yang berkecimpung di dunia kuliner tentu saja membuat Aura dengan mudah belajar memasak.Aura sering melihat para koki atau tukang kue meracik olahannya hingga menjadi makanan yang lezat.Belum lagi Grandma sering mengajarinya measak, ketika mereka datang berkunjung setiap weekend.Terutama beberapa masakan eropa kesukaan Rendra.Setelah makan malam, Rendra menyalakan perapian untuk menghangatkan ruangan.Aura yang baru saja selesai mencuci piring bekas makan, ikut bergabung ke ruang tamu dan duduk didepan perapian.Rendra sedikit terkejut ketika berbalik dan Aura sudah duduk dibelakangnya, ia pun tersenyum saat Aura memberikan senyum manisnya.Melihat sang istri sudah kembali ceria membuat Rendra lega karena usahanya tidak sia-sia.Lelaki itu duduk b
“Abang bahagia ga nikah sama Aura?” Aura bertanya memecah keheningan, kepalanya menoleh kesamping demi menatap wajah tampan sang suami.“Kenapa kamu nanya gitu?” Rendra mengembalikan pertanyaan Aura, sorot matanya masih betah menatap langit-langit.“Aura....Aura mau Abang bahagia....” begitu sulit Aura mengutarakan apa yang ada di benaknya hingga kalimat itu terjeda.Rendra menoleh menatap Aura begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.Kalimat biasa namun begitu luar biasa bila di ucapkan Aura, istrinya yang ia nikahi tanpa dasar cinta.Aura ingin dirinya bahagia? Kening Rendra berkerut menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibir Aura karena dirinya rasa bila Aura menggantung ucapannya.Kenapa Aura menginginkan ia bahagia? Apakah selama ini ia tidak terlihat seperti suami yang tengah berbahagia? Pasti karena Aura tau bila pada awalnya ia menikahinya karena terpaksa.Aura menelan saliva
“Jadi, Gimana rasanya bulan madu?” Maria yang baru saja datang itu mengejutkan Aura membuat Aura terhenyak, kemudian gadis cantik itu duduk disebelah kanannya. “Bisa kau ceritakan, apa saja yang kau dan suami mu lakukan disana?” tanya Alvin yang baru saja duduk di sebelah kiri Aura dan sontak membuat perempuan itu menoleh kearahnya.Bibir Aura mencebik, “Mana mungkin aku menceritakannya kepada kalian...” balas Aura sambil mengerucutkan bibir.“Maksud ku, ceritakan bagaimana liburan mu...Kemana saja kau pergi dan makanan apa saja yang kau makan disana! Bukan urusan di atas ranjang, kalau itu sih aku juga tau!” Tukas Alvin seraya mengeluarkan buku dari dalam tasnya.“Maksud aku pun seperti itu!” timpal Maria, menganggukkan kepala membenarkan.Aura menggigit bibir bawahnya sambil menunduk menahan rasa malu dan wajahnya yang telah merona karena salah mengartikan maksud para sahabatnya.Kenapa yang ada di pikirannya hanyalah kegiatan