“Abang bahagia ga nikah sama Aura?” Aura bertanya memecah keheningan, kepalanya menoleh kesamping demi menatap wajah tampan sang suami.
“Kenapa kamu nanya gitu?” Rendra mengembalikan pertanyaan Aura, sorot matanya masih betah menatap langit-langit.“Aura....Aura mau Abang bahagia....” begitu sulit Aura mengutarakan apa yang ada di benaknya hingga kalimat itu terjeda.Rendra menoleh menatap Aura begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.Kalimat biasa namun begitu luar biasa bila di ucapkan Aura, istrinya yang ia nikahi tanpa dasar cinta.Aura ingin dirinya bahagia? Kening Rendra berkerut menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari bibir Aura karena dirinya rasa bila Aura menggantung ucapannya.Kenapa Aura menginginkan ia bahagia? Apakah selama ini ia tidak terlihat seperti suami yang tengah berbahagia?Pasti karena Aura tau bila pada awalnya ia menikahinya karena terpaksa.Aura menelan saliva“Jadi, Gimana rasanya bulan madu?” Maria yang baru saja datang itu mengejutkan Aura membuat Aura terhenyak, kemudian gadis cantik itu duduk disebelah kanannya. “Bisa kau ceritakan, apa saja yang kau dan suami mu lakukan disana?” tanya Alvin yang baru saja duduk di sebelah kiri Aura dan sontak membuat perempuan itu menoleh kearahnya.Bibir Aura mencebik, “Mana mungkin aku menceritakannya kepada kalian...” balas Aura sambil mengerucutkan bibir.“Maksud ku, ceritakan bagaimana liburan mu...Kemana saja kau pergi dan makanan apa saja yang kau makan disana! Bukan urusan di atas ranjang, kalau itu sih aku juga tau!” Tukas Alvin seraya mengeluarkan buku dari dalam tasnya.“Maksud aku pun seperti itu!” timpal Maria, menganggukkan kepala membenarkan.Aura menggigit bibir bawahnya sambil menunduk menahan rasa malu dan wajahnya yang telah merona karena salah mengartikan maksud para sahabatnya.Kenapa yang ada di pikirannya hanyalah kegiatan
Semenjak malam pertama di desa Kinderdjik, Aura dan Rendra menjadi lebih terbuka.Meskipun Rendra tidak mengatakan bila lelaki itu mencintai Aura, namun ucapannya yang mengatakan bahwa dirinya bahagia menikahi Aura itu sudah cukup bagi Aura untuk percaya diri tetap berada di samping suaminya.Aura terus melangkah mendekati meja Rendra dan ketika lelaki itu mengulurkan tangan, langsung saja Aura meraihnya.Aura memutar setengah bagian meja dituntun oleh tangan Rendra yang ia genggam kemudian setelah berada di samping kursi lelaki itu, tubuhnya terjerambab ke atas pangkuan Rendra yang menarik tangannya tanpa aba-aba.“Abaaang....” protesnya manja membuat sang CEO tampan terkekeh.“Udah makan siang?” Rendra yang menempelkan keningnya dengan kening Aura bertanya tepat di depan wajahnya.Kedua tangannya melingkar di pinggang Aura untuk memenjarakan sang istri agar tidak beranjak.Aura mengangguk sebagai balasan, “Abang udah m
“Bang...kenapa kita pulang? Acaranya juga belum selesai!” Aura yang ditarik Rendra menuju loby gedung tempata acara berlangsung, bertanya demikian.“Gunting pita sama pidatonya udah selesai jadi urusan Abang juga udah beres...Kita pulang aja!” jawab lelaki itu sambil terus melangkah membuat langkah Aura terseok untuk menyamai langkah panjang suaminya.Limousine yang membawa mereka tadi ke pesta telah berada di depan loby dengan Rudolf dibalik kemudi yang siap mengantar mereka kemana pun mereka ingin.“Rumah...” ucap Rendra kepada Rudolf setelah keduanya berada di kursi kabin belakang.Perlahan mobil mewah itu bergerak melintasi jalanan membelah kota London.“Bisa kita berhenti disini Rudolf?” sebuah pertanyaan yang terdengar memerintah itu seketika membuat Rudolf menginjak rem.Kepalanya menoleh kebelakang dengan pandangan melewati sekat menjangkau sang Tuan untuk meminta persetujuan.Rendra mengangguk walau dirinya send
“Bang....” panggil Aura setelah meletakan bukunya di meja.“Hem...” Aura tersenyum mendengar suaminya hanya bergumam menjawab panggilannya.Lelaki itu memang telah berubah hangat tapi masih tidak dapat menghilangkan gumaman tersebut.“Ada apa?” tanya Rendra dengan kedua alis trangkat.Sungguh kemajuan yang sangat pesat, biasanya lelaki itu hanya bergumam saja tapi kini Rendra menambahkan sebuah pertanyaan.“Apa yang Abang lakuin sampai temen-temen Aura di kampus ga berani gangguin Aura trus karyawan di kantor Abang juga jadi pada ramah banget sama Aura...” tanya Aura hati-hati.“Enggak ada!” jawab Rendra tak acuh.“Bohong! Kata Alvin sama Maria, Abang ngelakuin hal yang---“ kalimat Aura terhenti kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan.Ia merasa kelepasan bicara seolah mengadukan kedua sahabatnya karena ekspresi wajah Rendra berubah kesal ketika nama Alvin dan Maria disebut.“Dasar tukan
Kebahagiaan Aura kian hari kian bertambah karena Rendra memperlakukannya sudah selayaknya sebagaimana seorang istri yang amat dicintai.Keluarga di Indonesia yang mendengar berita sudah tentu ikut berbahagia.Terutama Grandma dan Grandpa yang merasa lega karena sang cucu telah menemukan cintanya bersama Aura-gadis yang sudah mereka kenal baik.Hari ini, Rendra sengaja pulang lebih awal karena beberapa hari belakangan ia sibuk menyelesaikan proyeknya bersama Ben.Sejujurnya Rendra sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu karena kekesalannya pada Ben dan sepupunya belum kunjung mereda.Namun apalah daya urusan pekerjaan memaksanya untuk menghadapi Ben.Rendra memang pergi pagi dan pulang larut setelah istrinya tertidur, namun tidak membuat komunikasi diantara mereka terputus.Aura selalu punya cara untuk membuat Rendra tersenyum ketika membaca pesan singkat darinya.Seperti tadi sianh ketika ia bertanya
Rendra tercenung di tempatnya berdiri, ia merasa lega karena sang istri ternyata sedang berbicara dengan Kenzi tapi sungguh ia tidak pernah tau perasaan Aura yang sebenarnya.Istri yang dinikahinya ini ternyata pandai bersandiwara.Aura seolah telah melupakan Sigit namun ternyata kecewa yang diukir Sigit sudah terlalu dalam hingga ia sulit untuk mengembalikan hatinya seperti semula.Aura juga nampak bahagia ketika bersamanya, selalu tersenyum, tersipu dan berbinar layaknya seorang gadis yang tengah jatuh cinta namun jauh di lubuk hati Aura yang paling dalam kekhawatiran dan keraguan akan perasaan Rendra kepadanya masih merajai.Dibalik senyum dan tawa yang selalu tercetus renyah itu ternyata menyimpan begitu banyak penderitaan akan kegelisahan hati.“Apa yang harus Abang lakukan agar kamu mengerti kalau Abang mencintai kamu?” Rendra bertanya di dalam hati.Lelaki itu mengurungkan niat awalnya menghampiri Aura dan memilih untuk ke
“Semakin hari aku lihat kamu semakin berseri saja, padahal pekerjaan kita sedang berat-beratnya!” sindir George saat makan siang disebuah restoran.Mereka baru saja selesai melakukan pertemuan dengan klien dan memilih singgah di restoran untuk makan siang.“Oh ya? Mungkin hanya perasaan kamu saja!” sanggah Rendra santai.“Setiap hari dia menjadi lebih bersemangat, jatuh cinta memang seluar biasa itu!” timpal Robert yang merupakan pakar cinta.Lelaki itu telah enam tahun menjalin hubungan dengan kekasihnya tanpa berniat membagi hati untuk wanita lain.Patricia mulai jengah, ia tau akan menjurus kemana pembicara George dan Robert dan dirinya tidak ingin menyakiti diri sendiri untuk tetap berada disana mendengar kemesraan pria yang dicintainya dengan sang istri.Ia hendak beranjak namun kedua tangannya di tahan oleh George dan Robert.“Mau kemana?” tanya George dan Robert bersamaan.“Toilet!” jawab Patricia singkat
Rendra mengusap punggung Patricia yang bergetar untuk meredakan kesedihan gadis itu karena ulahnya.Ceklek...Suara pintu terbuka membuat Rendra menoleh dan seketika saja matanya membulat sempurna dengan jantung yang mulai berdetak menaikan tempo.“Aura..” ucapnya tanpa suara dan ekspresi ketakutan seperti melihat malaikat maut, tercetak jelas diwajahnya tanpa bisa ia tutupi.Kenapa istrinya bisa datang di waktu yang tidak tepat?Nafas Aura tertahan satu hembusan dan jantungnya serasa berhenti satu detakan.Suaminya bilang bila tidak pernah mencintai Patricia dan beberapa kali sengaja mengumbar kemesraan di depan Patricia namun apa yang dilihatnya saat ini seolah menghempaskan semua itu.Apa sang suami berubah pikiran? Dan bila dirinya tidak datang memergoki mereka seperti saat ini, apakah mereka akan melanjutkan pelukan itu di dalam ruangan yang tersembunyi di balik lemari buku?Apakah suaminya terins