Home / Urban / Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal: Chapter 61 - Chapter 70

167 Chapters

Bab 61 - Rapat Pemegang Saham

Malam telah larut di kota Zephir. Lionheart Palace berdiri megah di tengah kota, lampu-lampunya masih menyala terang meski sebagian besar tamu hotel telah terlelap. Di lantai teratas gedung mewah ini, tepatnya di ruang Direktur Utama, Klein duduk dengan tenang di balik meja besar yang menghadap ke jendela kaca besar.Pemandangan kota Zephir yang berkilauan di malam hari terbentang di hadapannya, namun mata Klein terfokus pada layar laptop di depannya. Jari-jarinya dengan cekatan mengetik beberapa perintah, membuka beberapa dokumen penting."Bibi Helda," panggil Klein dengan suara datar, matanya masih terpaku pada layar. "Bagaimana dengan Felix?"Helda, yang berdiri di samping Klein, menjawab dengan nada tenang, "Hari ini Rudy telah mengirim pembunuh bayaran untuk membunuhnya. Tapi kita telah berhasil menyelamatkannya, Tuan Muda."Klein mengangguk pelan, tidak menunjukkan emosi apa pun meski berita yang disampaikan Helda cukup m
Read more

Bab 62 - Rapat Pemegang Saham (II)

Ruangan itu seketika dipenuhi oleh bisik-bisik. Rudy merasa seolah dunianya runtuh. Ia bangkit berdiri, wajahnya merah padam karena amarah."Apa-apaan ini?!" teriaknya, menunjuk ke arah Helda. "Kalian tidak bisa melakukan ini padaku! Aku yang membawa perusahaan ini ke puncak!"Rishia berdiri, suaranya tenang namun tegas. "Rudy, tenanglah. Ini bukan keputusan yang dibuat dengan terburu-buru. Ibu telah mempertimbangkan hal ini dengan matang.""Ibu?" Rudy tertawa getir. "Jadi ini semua rencana ibu? Dia ingin menyingkirkanku?""Bukan begitu," jawab Rishia. "Ini demi kebaikan perusahaan. Skandal yang kau timbulkan telah merusak reputasi Heaven Medical Corp. Saham kita jatuh, investor mulai menarik diri. Kita harus mengambil tindakan tegas."Rudy menggeleng keras, tangannya mengepal erat. "Tidak, aku tidak akan mundur! Kalian tidak bisa memaksaku!"Helda menghela napas. "Sayangnya, Tuan Rudy, kami bisa. Sebagai pemegang saham mayoritas
Read more

Bab 63 - Utang Keluarga Windy

Pagi itu, suasana di kantor Heaven Medical Corp masih dipenuhi dengan bisik-bisik tentang pemecatan Rudy Lee. Klein duduk di ruang kerjanya yang baru, memeriksa beberapa dokumen dengan ekspresi datar. Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk. "Masuk," ujar Klein tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya. Pintu terbuka, menampakkan sosok Windy yang melangkah masuk dengan ragu-ragu. Klein mengangkat wajahnya, menatap Windy dengan ekspresi dingin. "Ada apa, Windy?" tanya Klein, suaranya datar. Windy tersenyum canggung, "Klein, aku ... aku ingin berbicara denganmu sebentar. Apa kau punya waktu?" Klein mengangguk pelan, mempersilakan Windy duduk di kursi di hadapannya. Windy duduk, tangannya saling meremas di pangkuannya. "Jadi," Klein memulai, "apa yang ingin kau bicarakan?" Windy menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Klein, aku... aku tahu ini mungkin tidak sopan, tapi... bisakah aku meminjam uang darimu?" Klein mengangkat alisnya sedikit, satu-satunya tanda ba
Read more

Bab 64 - Utang Keluarga Windy (II)

Klein berdiri dengan tenang, ekspresinya tetap datar meski matanya memancarkan ketegasan. Ia melangkah maju dengan langkah mantap, mengabaikan tatapan mengancam dari para preman.Semua mata tertuju pada Klein yang datang dengan ekspresi serius. Para preman, melihat kedatangan Klein sendirian, mulai tertawa dan mencemoohnya."Hei, lihat! Ada pahlawan kesiangan datang!" seru salah satu preman, diikuti tawa mengejek dari yang lain."Apa yang bisa dilakukan seorang pria buruk rupa sepertimu, hah?" ejek yang lain.Namun, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Bos Preman. Kakinya bergetar, luka-luka di tubuhnya terasa berdenyut. Ingatan tentang kejadian hari itu kembali berputar. Bos Preman itu, yang bernama Rico, masih ingat dengan jelas bagaimana ia dikirim oleh Sirius Blood untuk mengintai Klein. Namun, misi itu berakhir dengan kegagalan total. Dirinya ditangkap, dan diintrogasi dengan tidak manusiawi. Ia dihajar habi
Read more

Bab 65 - Konsekuensi

Cloud, yang masih berdiri di sampingnya, menatap putrinya dengan campuran rasa bersalah dan kelegaan. "Windy," ujarnya pelan. "Maafkan ayah. Ayah... ayah hampir saja..." Windy menoleh ke arah ayahnya, air mata kembali menggenang di matanya. "Ayah, sudahlah. Yang penting sekarang kita aman." Cloud mengangguk, matanya beralih ke arah Klein yang kini hampir menghilang dari pandangan. "Kita berutang banyak padanya, Windy. Dia... dia pria yang baik." Windy tersenyum lembut, matanya masih terpaku pada sosok Klein. "Ya, Ayah. Dia memang pria yang baik." Sementara itu, di dalam rumah, Bibi Meredith dan kedua anaknya masih bersembunyi, wajah mereka pucat pasi. Mereka tahu, mereka tidak bisa lari lagi. Utang yang mereka buat kini telah beralih pada Klein, dan mereka yakin, Klein tidak akan semudah itu memaafkan mereka. ** Belum lama Klein pergi, suara deru mesin yang keras memecah keheningan di halaman rumah keluarga Brown. Sebuah Hummer H3 hitam mengkilap berhenti tepat di depan pagar
Read more

Bab 66 - Hari Pernikahan

Beberapa hari setelah insiden penagihan utang, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ruang serba guna Heaven Medical Corp telah disulap menjadi tempat pernikahan yang megah. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, aroma mawar dan lily memenuhi udara. Para tamu undangan mulai berdatangan, mengenakan pakaian terbaik mereka.Klein berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dengan ekspresi datar. Ia mengenakan setelan jas putih yang elegan, rancangan desainer ternama yang harganya fantastis. Rambutnya ditata rapi, membuatnya tampak jauh lebih menarik dari biasanya."Tuan Klein," seorang wanita perwakilan EO pernikahan berkata dari belakangnya, "sudah waktunya."Klein mengangguk pelan, melangkah keluar dari ruang persiapan dengan langkah mantap. Begitu ia muncul, semua mata tertuju padanya. Bisik-bisik kagum terdengar dari para tamu."Wah, lihat Klein," bisik seorang pria pada temannya. "Siapa sangka dia bisa tampil sekeren ini?""Iya," balas temannya. "Tapi tetap saja
Read more

Bab 67 - Kericuhan

Ruang pernikahan yang tadinya dipenuhi bisik-bisik iri dan komentar sinis, kini berubah menjadi kekacauan. Para tamu memang tetap saling berbisik, tapi kali ini dengan nada terkejut dan jijik."Ya ampun, aku tidak percaya ini," seru seorang tamu. "Windy... dengan Rudy?""Kasihan sekali Klein," ujar yang lain. "Ternyata dia hanya dimanfaatkan."Olivia, yang tadinya merasa sedikit patah hati, kini menatap Klein dengan pandangan prihatin. "Klein," bisiknya pelan, "apa kau baik-baik saja?"Lina, yang berdiri tak jauh dari sana, tampak shock. Gelas sampanye di tangannya nyaris terjatuh. "Jadi ini alasan Windy mau menikah dengan Klein," gumamnya.Sementara itu, Rudy yang tadinya berdiri di sudut ruangan, kini berlari ke arah altar. "Siapa yang berani melakukan ini?!" teriaknya marah. Wajahnya merah padam, campuran antara malu dan marah.Rudy tidak menyangka rahasia terdalamnya akan terbongkar dengan cara seperti ini, di hadapan semua o
Read more

Bab 68 - Kemarahan Rudy

Dalam semalam, berita mengenai skandal Rudy dan Windy menyebar bagai api yang membakar padang rumput kering. Media sosial dipenuhi dengan tagar #RudyWindy dan #SkandalHeavenMedical. Video intim mereka, meski sudah dihapus dari berbagai platform, terus bermunculan di situs-situs alternatif. Keluarga Lee, yang selama ini menjunjung tinggi nama baik dan reputasi mereka, merasa terpukul dan dipermalukan. Tanpa menunggu lama, mereka mengambil tindakan tegas. Pagi-pagi sekali, sebuah limousine hitam berhenti di depan apartemen Rudy. Dari dalamnya, keluar seorang pria paruh baya dengan wajah tegas dan mata tajam. Albert Ramier, pelayan kepercayaan keluarga Lee selama puluhan tahun, melangkah mantap menuju pintu apartemen. TOK! TOK! TOK! "Tuan Muda Rudy, buka pintunya!" seru Albert dengan suara lantang. Rudy, yang masih tertidur pulas akibat mabuk semalaman, terbangun dengan kepala pusing. Ia membuka pintu dengan wajah kusut. "Albert? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah masih tiga
Read more

Bab 69 - Kembali Ke Riverdale

Malam itu, di Paviliun Moon Lake, Klein sedang bersiap untuk kepulangannya ke Riverdale. Chester, Lina, Sarah, dan Olivia berkumpul di ruang tamu, mata mereka tak lepas dari sosok Klein yang berdiri di hadapan mereka. Namun, Klein yang mereka lihat kini sangat berbeda dari yang mereka kenal selama ini."Jadi ... kau adalah pewaris tunggal keluarga Lionheart?" tanya Chester, suaranya masih dipenuhi ketidakpercayaan.Klein mengangguk pelan. "Ya, itu benar.""Dan ... wajahmu yang selama ini ..." Lina tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, matanya masih terpaku pada wajah asli Klein yang kini terlihat tanpa cacat dan luar biasa tampan."Hanya penyamaran," jawab Klein singkat.Olivia, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Sebenarnya, ini semua mulai masuk akal sekarang. Semua rencanamu, setiap langkah yang kau ambil ... semuanya terlalu sempurna untuk dilakukan oleh orang biasa."Sarah mengangguk setuju. "Be
Read more

Bab 70 - Kediaman Lionheart

Setelah sekitar 20 menit penerbangan, pesawat akhirnya mendarat di Riverdale International Airport. Begitu keluar dari pesawat, Bella dan Ella kembali terkagum-kagum. Bandara Riverdale jauh lebih besar dan mewah dibandingkan bandara di Zephir. Lantai marmernya berkilau, layar-layar digital besar menampilkan jadwal penerbangan, dan robot-robot pemandu tersebar di berbagai sudut. "Wow," gumam Ella, matanya melebar melihat sekeliling. "Kak Klein, apa ini benar-benar bandara?" Klein mengangguk. "Ya, Ella. Selamat datang di Riverdale." "Lihat robot itu!" seru Bella, menunjuk ke arah robot pemandu terdekat. "Bisakah kita bicara dengannya?" Klein mengangguk, senyum tipis tersungging di bibirnya melihat antusiasme Bella. Mereka keluar dari bandara dan langsung disambut oleh sebuah limousine mewah. Sopir berseragam rapi membukakan pintu untuk mereka. Selama perjalanan menuju kediaman Lionheart, Bella dan Ella tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan kota Riverdale. Gedun
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status