sesuai janji, hari ini othor UP 3 bab. Ditunggu ya, terima kasih (◠‿・)—☆
Klein berdiri dengan tenang, ekspresinya tetap datar meski matanya memancarkan ketegasan. Ia melangkah maju dengan langkah mantap, mengabaikan tatapan mengancam dari para preman.Semua mata tertuju pada Klein yang datang dengan ekspresi serius. Para preman, melihat kedatangan Klein sendirian, mulai tertawa dan mencemoohnya."Hei, lihat! Ada pahlawan kesiangan datang!" seru salah satu preman, diikuti tawa mengejek dari yang lain."Apa yang bisa dilakukan seorang pria buruk rupa sepertimu, hah?" ejek yang lain.Namun, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Bos Preman. Kakinya bergetar, luka-luka di tubuhnya terasa berdenyut. Ingatan tentang kejadian hari itu kembali berputar. Bos Preman itu, yang bernama Rico, masih ingat dengan jelas bagaimana ia dikirim oleh Sirius Blood untuk mengintai Klein. Namun, misi itu berakhir dengan kegagalan total. Dirinya ditangkap, dan diintrogasi dengan tidak manusiawi. Ia dihajar habi
Cloud, yang masih berdiri di sampingnya, menatap putrinya dengan campuran rasa bersalah dan kelegaan. "Windy," ujarnya pelan. "Maafkan ayah. Ayah... ayah hampir saja..." Windy menoleh ke arah ayahnya, air mata kembali menggenang di matanya. "Ayah, sudahlah. Yang penting sekarang kita aman." Cloud mengangguk, matanya beralih ke arah Klein yang kini hampir menghilang dari pandangan. "Kita berutang banyak padanya, Windy. Dia... dia pria yang baik." Windy tersenyum lembut, matanya masih terpaku pada sosok Klein. "Ya, Ayah. Dia memang pria yang baik." Sementara itu, di dalam rumah, Bibi Meredith dan kedua anaknya masih bersembunyi, wajah mereka pucat pasi. Mereka tahu, mereka tidak bisa lari lagi. Utang yang mereka buat kini telah beralih pada Klein, dan mereka yakin, Klein tidak akan semudah itu memaafkan mereka. ** Belum lama Klein pergi, suara deru mesin yang keras memecah keheningan di halaman rumah keluarga Brown. Sebuah Hummer H3 hitam mengkilap berhenti tepat di depan pagar
Beberapa hari setelah insiden penagihan utang, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ruang serba guna Heaven Medical Corp telah disulap menjadi tempat pernikahan yang megah. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, aroma mawar dan lily memenuhi udara. Para tamu undangan mulai berdatangan, mengenakan pakaian terbaik mereka.Klein berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya dengan ekspresi datar. Ia mengenakan setelan jas putih yang elegan, rancangan desainer ternama yang harganya fantastis. Rambutnya ditata rapi, membuatnya tampak jauh lebih menarik dari biasanya."Tuan Klein," seorang wanita perwakilan EO pernikahan berkata dari belakangnya, "sudah waktunya."Klein mengangguk pelan, melangkah keluar dari ruang persiapan dengan langkah mantap. Begitu ia muncul, semua mata tertuju padanya. Bisik-bisik kagum terdengar dari para tamu."Wah, lihat Klein," bisik seorang pria pada temannya. "Siapa sangka dia bisa tampil sekeren ini?""Iya," balas temannya. "Tapi tetap saja
Ruang pernikahan yang tadinya dipenuhi bisik-bisik iri dan komentar sinis, kini berubah menjadi kekacauan. Para tamu memang tetap saling berbisik, tapi kali ini dengan nada terkejut dan jijik."Ya ampun, aku tidak percaya ini," seru seorang tamu. "Windy... dengan Rudy?""Kasihan sekali Klein," ujar yang lain. "Ternyata dia hanya dimanfaatkan."Olivia, yang tadinya merasa sedikit patah hati, kini menatap Klein dengan pandangan prihatin. "Klein," bisiknya pelan, "apa kau baik-baik saja?"Lina, yang berdiri tak jauh dari sana, tampak shock. Gelas sampanye di tangannya nyaris terjatuh. "Jadi ini alasan Windy mau menikah dengan Klein," gumamnya.Sementara itu, Rudy yang tadinya berdiri di sudut ruangan, kini berlari ke arah altar. "Siapa yang berani melakukan ini?!" teriaknya marah. Wajahnya merah padam, campuran antara malu dan marah.Rudy tidak menyangka rahasia terdalamnya akan terbongkar dengan cara seperti ini, di hadapan semua o
Dalam semalam, berita mengenai skandal Rudy dan Windy menyebar bagai api yang membakar padang rumput kering. Media sosial dipenuhi dengan tagar #RudyWindy dan #SkandalHeavenMedical. Video intim mereka, meski sudah dihapus dari berbagai platform, terus bermunculan di situs-situs alternatif. Keluarga Lee, yang selama ini menjunjung tinggi nama baik dan reputasi mereka, merasa terpukul dan dipermalukan. Tanpa menunggu lama, mereka mengambil tindakan tegas. Pagi-pagi sekali, sebuah limousine hitam berhenti di depan apartemen Rudy. Dari dalamnya, keluar seorang pria paruh baya dengan wajah tegas dan mata tajam. Albert Ramier, pelayan kepercayaan keluarga Lee selama puluhan tahun, melangkah mantap menuju pintu apartemen. TOK! TOK! TOK! "Tuan Muda Rudy, buka pintunya!" seru Albert dengan suara lantang. Rudy, yang masih tertidur pulas akibat mabuk semalaman, terbangun dengan kepala pusing. Ia membuka pintu dengan wajah kusut. "Albert? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah masih tiga
Malam itu, di Paviliun Moon Lake, Klein sedang bersiap untuk kepulangannya ke Riverdale. Chester, Lina, Sarah, dan Olivia berkumpul di ruang tamu, mata mereka tak lepas dari sosok Klein yang berdiri di hadapan mereka. Namun, Klein yang mereka lihat kini sangat berbeda dari yang mereka kenal selama ini."Jadi ... kau adalah pewaris tunggal keluarga Lionheart?" tanya Chester, suaranya masih dipenuhi ketidakpercayaan.Klein mengangguk pelan. "Ya, itu benar.""Dan ... wajahmu yang selama ini ..." Lina tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, matanya masih terpaku pada wajah asli Klein yang kini terlihat tanpa cacat dan luar biasa tampan."Hanya penyamaran," jawab Klein singkat.Olivia, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Sebenarnya, ini semua mulai masuk akal sekarang. Semua rencanamu, setiap langkah yang kau ambil ... semuanya terlalu sempurna untuk dilakukan oleh orang biasa."Sarah mengangguk setuju. "Be
Setelah sekitar 20 menit penerbangan, pesawat akhirnya mendarat di Riverdale International Airport. Begitu keluar dari pesawat, Bella dan Ella kembali terkagum-kagum. Bandara Riverdale jauh lebih besar dan mewah dibandingkan bandara di Zephir. Lantai marmernya berkilau, layar-layar digital besar menampilkan jadwal penerbangan, dan robot-robot pemandu tersebar di berbagai sudut. "Wow," gumam Ella, matanya melebar melihat sekeliling. "Kak Klein, apa ini benar-benar bandara?" Klein mengangguk. "Ya, Ella. Selamat datang di Riverdale." "Lihat robot itu!" seru Bella, menunjuk ke arah robot pemandu terdekat. "Bisakah kita bicara dengannya?" Klein mengangguk, senyum tipis tersungging di bibirnya melihat antusiasme Bella. Mereka keluar dari bandara dan langsung disambut oleh sebuah limousine mewah. Sopir berseragam rapi membukakan pintu untuk mereka. Selama perjalanan menuju kediaman Lionheart, Bella dan Ella tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan kota Riverdale. Gedun
Suasana tegang menyelimuti kediaman Lionheart. Para pelayan berlarian panik, sementara Cornelius berdiri tegang di depan kamar Klein. Bella dan Ella menangis tersedu-sedu, dipeluk erat oleh Helda yang berusaha menenangkan mereka."Kakek, apa Kak Klein akan baik-baik saja?" tanya Bella di sela isak tangisnya.Cornelius menghela napas berat. "Tenang, sayang. Kakek yakin Klein akan baik-baik saja." Meski berkata demikian, kekhawatiran jelas terpancar di wajahnya yang keriput.Tak lama kemudian, suara deru helikopter terdengar mendekat. Cornelius bergegas ke arah landasan helikopter pribadi keluarga Lionheart. Dari sana, turunlah sosok yang ditunggu-tunggu–Dokter Sun."Sun Simiao, terima kasih sudah datang secepat ini," sambut Cornelius dengan wajah lega.Dokter Sun mengangguk singkat. "Di mana Klein?"Tanpa basa-basi lebih lanjut, Cornelius mengantar Dokter Sun ke kamar Klein. Begitu memasuki ruangan, Dokter Sun langsung terkejut melihat kondisi Klein.Tubuh Klein terbaring kaku di atas
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte