Ini bab terakhir hari ini. dan mau info juga, besok mungkin othor cuma bisa UP 1 bab karena ada kesibukan. Terima Kasih
Suasana tegang menyelimuti kediaman Lionheart. Para pelayan berlarian panik, sementara Cornelius berdiri tegang di depan kamar Klein. Bella dan Ella menangis tersedu-sedu, dipeluk erat oleh Helda yang berusaha menenangkan mereka."Kakek, apa Kak Klein akan baik-baik saja?" tanya Bella di sela isak tangisnya.Cornelius menghela napas berat. "Tenang, sayang. Kakek yakin Klein akan baik-baik saja." Meski berkata demikian, kekhawatiran jelas terpancar di wajahnya yang keriput.Tak lama kemudian, suara deru helikopter terdengar mendekat. Cornelius bergegas ke arah landasan helikopter pribadi keluarga Lionheart. Dari sana, turunlah sosok yang ditunggu-tunggu–Dokter Sun."Sun Simiao, terima kasih sudah datang secepat ini," sambut Cornelius dengan wajah lega.Dokter Sun mengangguk singkat. "Di mana Klein?"Tanpa basa-basi lebih lanjut, Cornelius mengantar Dokter Sun ke kamar Klein. Begitu memasuki ruangan, Dokter Sun langsung terkejut melihat kondisi Klein.Tubuh Klein terbaring kaku di atas
Klein menatap pecahan gelas di tangannya dengan tatapan bingung. Ia hanya merasa sedikit sakit meski beberapa pecahan kaca melukai telapak tangannya. Yang lebih mengejutkan, dalam waktu singkat, luka-luka kecil itu menutup dengan cepat, tidak meninggalkan bekas sedikit pun. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Klein, matanya tak lepas dari tangannya yang kini mulus tanpa luka. Ia mencoba mencubit kulitnya, dan ia merasa sedikit sakit, yang artinya ini bukan mimpi. Klein mengerutkan kening, kebingungan dengan perubahan drastis yang terjadi pada tubuhnya. Mengapa ia memiliki kekuatan sebesar ini? Dan bagaimana mungkin lukanya bisa sembuh secepat itu? Saat itulah Klein merasakan sesuatu yang hangat di dadanya. Ia menyentuh kalung giok naga pemberian kakeknya, merasakan energi aneh yang mengalir darinya. "Apakah ... apakah ini karena kau?" bisiknya pada kalung itu. Seolah menjawab pertanyaannya, kalung giok itu bersinar redup selama beberapa detik sebelum kembali normal. Klein t
"Lion's Roar Entertainment," jawab Cornelius. "Sebuah perusahaan besar di bidang hiburan. Perusahaan itu mengelola manajemen artis, produksi film, sinetron, iklan, show, dan juga memiliki stasiun televisi sendiri."Klein terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran kakeknya. Ia tahu ini bukan tugas mudah, tapi juga sebuah kesempatan untuk membuktikan diri."Baik, Kakek. Saya akan melakukannya," jawab Klein akhirnya.Cornelius mengangguk puas. "Bagus. Setelah sarapan, pergilah ke gedung Lion's Roar Entertainment. Temui CEO Lex, dia yang selama ini mengelola perusahaan itu."Selesai sarapan, Klein bersiap-siap untuk pergi ke kantor Lion's Roar Entertainment. Ia mengenakan setelan jas hitam yang elegan, membuatnya terlihat semakin menawan. Klein melangkah keluar kediaman Lionheart, di mana sebuah Ferrari merah yang familiar terparkir di halaman. Ia tersenyum tipis, mengingat bagaimana Victor memberikannya mobil ini di Zephir. Semalam
Klein mengikuti CEO Lex menuju ruangannya, meninggalkan Reo dan Manajer Park yang masih terpaku di lobi. Sepanjang perjalanan, Klein bisa merasakan tatapan kagum dan penasaran dari para karyawan yang mereka lewati. "Sekali lagi, saya minta maaf atas insiden tadi, Tuan Muda Lionheart," ujar CEO Lex sambil membuka pintu ruangannya. "Saya akan memastikan Reo dan Manajer Park mendapat sanksi yang setimpal." Klein menggeleng pelan. "Tidak perlu, CEO Lex. Kita punya hal yang lebih penting untuk dibicarakan." Ruangan CEO Lex luas dan mewah, dengan pemandangan kota yang menakjubkan dari jendela besar di belakang meja kerja. Klein duduk di kursi CEO, sementara Lex mengambil posisi di hadapannya, siap untuk memulai presentasi. "Baik, Tuan Muda. Saya sudah menyiapkan laporan kinerja perusahaan dalam beberapa bulan terakhir," ujar CEO Lex, menyalakan proyektor. "Dan juga rencana ke depan yang sudah kami siapkan." Klein mengangguk. "Silakan mulai, CEO Lex." CEO Lex memulai presentasinya,
Di sebuah asrama wanita Universitas Seni Nexopolis, seorang wanita berambut pendek coklat sedang menghela napas panjang sambil melihat layar ponselnya. Saldo rekeningnya menunjukkan angka yang membuat perutnya mulas–hanya tersisa 50 ribu. Padahal, deadline pembayaran SPP tinggal seminggu lagi. Lily White, gadis berusia 20 tahun ini, memiliki wajah yang cantik alami tanpa polesan make-up berlebihan. Matanya yang besar dan berwarna hazel memancarkan kepolosan yang memikat. Hidungnya mancung sempurna, bibirnya mungil dan merah alami. Kulitnya putih bersih, tampak lembut bagai sutra. Meski hanya mengenakan kaus longgar dan celana pendek, kecantikannya tetap terpancar. "Ayo dong TeckTock, jangan mengecewakanku malam ini," gumamnya, menggigit bibir dengan cemas. "Lily, kau masih hidup?" Cindy, teman sekamar berambut pirang, melongok dari balik buku tebalnya. "Atau jangan-jangan kau sudah menjadi hantu karena kelaparan?" Lily melempar bantal ke arah Cindy, yang dengan mudah menghi
Ruang chat langsung riuh: [SuperFan99]: WOAH! BRO TAMPAN&BERANI GILA! [LuckyCharm]: Crazy rich detected! Bro, tolong bayarin SPP-ku juga dong! [DancingQueen]: Bro Tampan&Berani, adopt me please! Aku bisa jadi anak yang baik! [CoffeeAddict]: Tampan&Berani is the new king! All hail King T&B! [SmileyFace]: Berlutut 1000 kali di hadapan Bro Tampan&Berani! *sujud* Lily sendiri terkejut dengan kejadian ini. Matanya melebar, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "A-astaga, Tampan&Berani... terima kasih banyak! Ini... ini terlalu berlebihan!" seru Lily, masih shock. Lily mengucek matanya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "A-astaga, Tampan&Berani... ini beneran? Bukan mimpi kan?" Ia mencubit pipinya sendiri. "Aduh! Oke, bukan mimpi. Terima kasih banyak! Tapi ini ... ini terlalu berlebihan!" Berita tentang kemunculan 'Crazy Rich' di ruang live stream Lily menyebar dengan cepat. Para pengguna TeckTock berbondong-bondong masuk ke ruangan Lily, penasaran dengan apa yang terjadi.
Pagi itu, Klein mengenakan setelan jas hitam elegan yang membuatnya terlihat semakin menawan. Ia berdiri di depan cermin besar di kamarnya, memastikan penampilannya sempurna. Hari ini, ia akan mengunjungi kediaman keluarga Lee untuk menemui Rina, tunangannya, sesuai yang ia janjikan padanya ketika di Zephir."Tuan Muda," panggil Helda dari balik pintu. "Mobil sudah siap."Klein mengangguk, meski Helda tidak bisa melihatnya. "Terima kasih, Bibi Helda. Aku akan segera turun."Sebelum meninggalkan kamar, Klein menatap kalung giok naga di lehernya. Batu itu berkilau lembut, seolah memberikan dukungan padanya. Klein tersenyum tipis, lalu melangkah keluar.Sepanjang perjalanan menuju kediaman Lee, Klein memikirkan strategi untuk menghadapi situasi yang mungkin terjadi. Ia tahu bahwa Rudy, adik Rina, akan berada di sana. Dan mengingat apa yang telah terjadi di Zephir, pertemuan mereka pasti akan penuh ketegangan.Mobil mewah Klein akhirnya tiba di depan gerbang megah kediaman Lee. Di sana,
Klein terdiam sejenak, pikirannya melayang ke kehidupan sebelumnya. Ia teringat bagaimana setelah ia menolak perjodohan dengan Rina, keluarga Lee akhirnya menjodohkan Rina dengan Richard Longbottom. Awalnya, pernikahan mereka tampak bahagia. Namun, tak lama kemudian, sifat asli Richard terungkap. Richard adalah playboy kelas kakap, gemar bermain wanita, menghabiskan uang untuk foya-foya dan hobi mengumpulkan barang seni. Lebih buruk lagi, dia suka mengasari Rina, baik secara fisik maupun mental. Puncaknya, Rina memergoki Richard berselingkuh dengan artis dari agensi milik keluarganya sendiri. Tak tahan dengan perlakuan suaminya, Rina akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, meninggalkan dunia yang kejam ini di usia yang masih tergolong muda. Mengingat hal itu, Klein semakin yakin dengan keputusannya untuk menghentikan lamaran Richard. Ia tidak akan membiarkan Rina mengalami nasib yang sama di kehidupan ini. "Maaf," ujar Klein dengan suara tenang namun tegas. "Tapi saya tidak
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte