Home / Romansa / Cinta dalam Rahim Sang Madu / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Cinta dalam Rahim Sang Madu: Chapter 121 - Chapter 130

154 Chapters

121. Menang?

“Kenapa kamu bohong padaku?” Suara dingin di belakangku, memecah keheningan dalam ruang lobby rumah sakit yang besar dan megah itu.Deg! Jantungku berhenti berdetak sejenak. Aku merasakan darah surut dari wajahku, membuatku memucat. Dengan tangan gemetar, aku berbalik, napasku tersangkut di tenggorokan. Gabriel berdiri diam, menatapku tanpa ekspresi, tapi matanya mengunci pandanganku sehingga membuat lututku lemas. Satu kata pun tidak keluar dari bibirku.“Kenapa diam? Merasa bersalah karena sudah menipuku?” sindir Gabriel dengan tatapan tajam. “Ikut aku!” Karena tidak menjawab pertanyaanku, Gabriel merangkul bahuku dengan lembut, tapi disertai ketegasan yang terasa begitu nyata.“Kamu mau ngapain?” ucapku sambil mencoba untuk menghindar dari sentuhannya.“Aku hanya ingin bicara denganmu.”“Bisa kita bicara nanti saja!”“Tidak bisa,” ucap Gabriel geram. “Jangan pernah mencoba untuk menghindar dariku,” lanjutnya dengan pandangan mata menuduh.Aku menunduk menyadari kebenaran dari ka
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

122. Menakjubkan

“Saya oleskan gel dulu ya, Bu, mungkin akan terasa lengket dan dingin, tapi itu hal yang normal,“ ucap Dokter Amelia dengan tenang.“Iya, Dokter.” Tak lama kemudian, kurasakan dingin menyejukkan di sekitar bawah perutku, Gabriel yang duduk di samping ranjang, meraih tanganku dan mengecupnya dengan lembut. Aku hanya bisa protes dalam hati, tapi kubiarkan saja dia menggenggam tanganku dengan erat. Mau bagaimana lagi coba?“Alat apa itu, Dokter?” tanya Gabriel. Kulihat wajahnya begitu penasaran pada alat yang ada dalam genggaman tangan Dokter Amelia.“Ini adalah transduser yang akan saya gunakan untuk menghasilkan gelombang suara yang memantul dari jaringan tubuh.”“Lalu?” “Nah, dari suara tadi, akan menghasilkan gema.”“Lalu gema yang dihasilkan tadi, untuk apa, Dok?”Aku hampir saja ingin menutup mulut Gabriel yang tiba-tiba cerewet seperti itu. Kugerak-gerakkan tanganku agar dia diam, tapi ia malah tidak peduli dengan kode yang aku berikan.“Gema yang dihasilkan tadi, akan terkirim
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

123. Bahagia, tapi

Aku dan Gabriel seolah tersihir melihat dua janin mungil di layar monitor, mereka bergerak perlahan dalam keheningan yang menakjubkan.“Grace, kita akan menjadi orang tua yang luar biasa,” ucap Gabriel sambil menatapku lembut. Aku terpana saat melihat ada kilatan yang berbeda dari tatapan Gabriel. Namun, hal itu membuat aku semakin takut. Bagaimana aku bisa lepas darinya kalau kami berdua mempunyai ikatan yang sangat kuat? Bersama dengannya saja sudah menyakitkan, apalagi berpisah. Aku tidak bisa membayangkan rasa sakitnya seperti apa.“Apakah kalian ingin tahu jenis kelamin dari anak-anak kalian?” Aku dan Gabriel saling berpandangan, seakan ingin mencari tahu jawabannya lewat pancaran netra kami berdua.“Ya, kami ingin tahu jenis kelamin anak kembar kami,” jawab kami kompak. Kembali aku dan Gabriel saling pandang, menyadari kesamaan dari ucapan kami.“Baiklah kalau begitu,” ucap Dokter Amelia sambil tersenyum simpul. Dia pun segera mengerjakan tugasnya.Aku yang masih dalam posisi b
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

124. Kejutan yang Manis

“Ayo, kita temui mama sekarang,” ajak Gabriel begitu kami keluar dari ruang ultrasound. Dengan lembut, ia membimbingku keluar. Proses pemeriksaan tadi ternyata benar-benar menguras tenaga dan emosiku. Namun, kebahagiaan yang merayap di dalam hati ini, tidak bisa aku sembunyikan. Senyuman di sudut bibirku seakan betah bertengger di sana dari tadi.“Mungkin lebih baik kita jaga jarak agar mama tidak memarahimu lagi,” kataku memperingatkan Gabriel yang sudah berperan sebagai suamiku selama satu jam lebih di dalam ruang pemeriksaan.“Bagaimana kalau kamu jatuh atau terpeleset? Aku tidak peduli dengan kemarahan mama,” jawab Gabriel keras kepala. Tangannya tetap bertengger dengan nyaman di bahuku. Merangkulku dengan hangat dan mesra. Aku hampir tertawa mendengar ucapan Gabriel yang berlebihan. Namun, perlahan tapi pasti, aku menepis tangannya dan menatapnya putus asa.“Gabriel, kita berdua bukan siapa-siapa.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, hatiku terasa begitu remuk, seperti ada tang
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

125. Jujur

“Ma, aku yang akan mengantarkan Grace pulang,” desak Gabriel keras kepala. Entah sudah beberapa kali, Gabriel memohon pada Ibu Ariani untuk mengizinkannya melakukan hal itu. Aku menatap Ibu Ariani dengan wajah cemas. Gabriel belum tahu aku tinggal di mana, dan di sisi lain, aku juga telah membohonginya mengenai alamat palsu dan jadwal ultrasound.“Tidak bisa! Mama mau mengajak Grace belanja barang-barang keperluan untuk cucu-cucu mama. Kamu tahu kan, begitu banyak hal-hal kecil dan besar yang harus kita persiapkan sebelum si kembar lahir.”“Please, Ma. Aku juga bisa menemaninya berbelanja. Buat saja daftar belanjanya, nanti aku dan Grace yang akan menyiapkan semuanya.”“Alaaah! Sejak kapan kamu punya kesabaran untuk menemani para wanita berbelanja?” ketus Ibu Ariani sambil menatap gemas putranya yang ngotot itu. Melihat perdebatan mereka, aku hanya bisa mengulum senyum. Aku jadi merindukan mama dan papa saat ini. “Ma, aku kan ayah dari anak-anak ini, sudah seharusnya aku yang menema
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

126. Jalan Buntu

“Ma, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sama Mama,” ucapku dengan hati-hati. Aku tidak mau membuat mama tersinggung karena pertanyaanku. “Katakan saja, Nak. Jangan membuat mama menebak-nebak.”“Apakah Grace melakukan perjanjian ini karena keinginannya sendiri atau bagaimana?”Kutatap mama dan berharap beliau juga jujur kepadaku sama seperti yang biasa aku lakukan terhadapnya."Ma, tolong jawab pertanyaan aku," tuntutku dengan nada rendah. Namun, mama hanya berdiri dengan gelisah seakan sedang menyembunyikan rahasia besar dariku. “Ma?” panggilku lembut, “tolong katakan yang sebenarnya. Siapa tahu, setelah mendengar penjelasan Mama, aku lebih bisa menjaga jarak dan sikap.”“Awalnya, Grace tidak tahu tentang perjanjian itu.”“Maksudnya?”Mama menatapku dengan gusar. “Kenapa kamu tidak tanya Grace secara langsung?”Aku langsung mendengus kesal.“Bagaimana aku mencari tahu tentang hal ini, Ma? Grace menyuruhku untuk mencari tahu sendiri atau bertanya langsung sama Mama, sedangkan Mama me
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

127. Kumohon

Aku kembali merintih tak berdaya. Sialan, Gabriel selalu tahu cara membuatku terbang. Belum habis rasa nikmat yang diberikan di bagian dada, aku merasakan tangan Gabriel yang satunya, bergerak dengan perlahan ke arah bawah, menarik gaun tipisku itu ke arah atas, dan meremas lembut paha bagian dalam.“Tolong, aku mohon,” ucapku putus asa. “Kita harus berhenti sekarang juga sebelum kita melangkah terlalu jauh.”"Berhenti?" keluh Gabriel. Namun, kata-kata itu hanya terucap begitu saja di bibirnya. Dia tidak berhenti sama sekali."Gabriel?" panggilku panik. "Maaf, aku tidak tahu cara menghentikan semua ini," bisik Gabriel nakal. Tangannya semakin menggila di bawah sana. Karena tidak kuat, aku menjambak rambutnya dengan kuat. Sialnya, Gabriel malah menggigit puncak kenyalku sehingga tubuhku melengkung dan suara desahan keras lolos tanpa sensor dari bibirku. “Kita tidak bisa melakukan hal ini, please, aaakh ….” Kata-kata penolakanku tidak sesuai dengan hasrat yang bergejolak dalam tubuh i
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

128. Hukuman

“Grace, semakin kamu tidak menjawab pertanyaanku, maka hukumanmu akan semakin berat,” ancam Gabriel dengan sinar mata berkilat.“Kamu tidak mempunyai hak untuk menghukumku, lagi pula, aku bukan siapa-siapamu,” ketusku dengan wajah galak. Keberanianku kini sudah kembali. Kutepis tangan Gabriel yang sudah sangat nakal membelai bibirku dari tadi.“Oh, really?”ejeknya dengan sebuah seringai usil di salah satu sudut bibirnya.Aku menutup mata sejenak, seolah mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjawab, tapi aku tidak menemukan kata-kata yang tepat.'Sial, tubuhnya yang kekar dan menempel dengan panas, membuat aku tidak bisa berpikir jernih.'"Hmm, kira-kira, hukuman apa yang bagus untukmu?" tanyanya sambil menyeringai usil.“Keluar dari kamarku sekarang juga sebelum aku memanggil Matias untuk mengusirmu dari sini.”“Hah! Aku tidak takut dengan bocah tengik itu. Saat bertemu mama nanti, aku akan menyuruh mama untuk mengganti tim sekuriti,” balas Gabriel sambil tangannya beralih ke arah pin
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

129. Kilau Impian

“Sayang, sudah waktunya makan malam,” ajak Gabriel setengah menuntut. Sudah tiga hari berturut-turut, dia berusaha untuk mengajak Natalia agar menemaninya makan malam, tapi wanita itu terlalu sibuk dengan persiapan lomba akhir pekan nanti.Natalia mengangkat wajahnya dari tumpukan kain satin yang berkilau indah di bawah pencahayaan lampu studio ruang kerjanya. Wajahnya yang lelah, tapi penuh tekad, terlihat tetap cantik. Natalia memang sangat pandai mengurus diri. “Sorry, sayang. Aku harus menyelesaikan gaun ini secepat mungkin. Kamu bisa makan duluan, tidak? Kalau aku sudah selesai, aku akan bergabung denganmu, please ...."Gabriel terdiam sebentar setelah mendengar respon istrinya. Masih terngiang kata-kata Grace tiga hari yang lalu saat mereka berdua terlibat dalam permainan panas dan terlarang.‘Jangan pernah menyakiti hati Natalia, biar bagaimanapun, dia adalah istri sahmu.'Gabriel sadar akan kebenaran dari kata-kata Grace, dan ia berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Na
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

130. Perlombaan 1

“Kamu tegang?” tanya Sarah sambil menggenggam tangan Natalia yang terlihat gugup dari tadi. Beberapa kali wanita itu meneguk kopi hitam dari cangkir di tangannya. Sesekali dia melirik ke arah Gabriel yang juga menemaninya malam ini.“Ya, aku tidak bisa menghilangkan rasa grogi yang ada.”“Apa perlu aku panggilkan Gabriel agar menemanimu di sini?”“Apakah dia boleh menemaniku di sini?” Natalia balik bertanya. “Tentu saja," ucap Sarah sambil tersenyum lebar, “ingat aku adalah salah satu panitia perlombaan busana ini.” “You are the best!” pekik Natalia sambil memeluk Sarah dengan riang. Wajahnya langsung ceria kembali.Sarah pun segera berlalu dari hadapan Natalia dan menghampiri Gabriel yang duduk di barisan kursi yang pertama. Terlihat mereka berdua berbicara sebentar. Natalia yang melihat dari jauh, menanti dengan tidak sabar, dia berharap agar suaminya bisa menemaninya sebentar saja sebelum perlombaan berlangsung.“Terima kasih, Sarah,” ucap Natalia begitu teman kerjanya dan Gabrie
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status