Home / Urban / Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan: Chapter 71 - Chapter 80

132 Chapters

71. Hasil Rekaman Video Sembilan Tahun Lalu

Salah satu karyawan menekan sebuah folder yang diberi nama sesuai tanggal dan tahun permintaannya. Dia mempercepat rekaman di jam yang diminta olehnya.Dua karyawan menepi terlebih dahulu lalu Hans duduk untuk menonton rekaman tersebut dengan serius dan diamati. Jam enam tidak terlihat apa pun dan hanya mobil melintas.Rekaman dari kamera pengawas cukup jernih.Tepat pukul delapan malam, sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan lambang kuda di depan yang tidak asing baginya berhenti di depan rumah.Dua menit kemudian, ibu keluar rumah dengan pakaian rapi dan mewah. Semua barang yang dipakai merupakan brand terkenal dan ternama di dunia.Hans menghentikan video rekaman itu sejenak lalu memperbesar di bagian wajah sosok pria yang berada di dalam mobil dengan memicingkan mata dan mengernyitkan dahi.Hans sampai memajukan wajah untuk melihat wajah sosok di dalam mobil. Namun, ia tidak dapat melihat jelas wajah pria itu.“Kenapa dia tidak turun dari mobil? Apakah dia pantas disebut seorang
Read more

72. Dua Fakta Baru yang Samar

Hans menghubungi Tom Scott setelah mendapat pesan yang membuatnya penasaran. Lima detik kemudian, panggilan keluar diangkat oleh Tom Scott.“Ada apa, Hans?”“Kamu mengenal nomor platnya?”“Iya, tapi aku harus memastikannya lagi agar dugaan sementaraku tidak salah. Hasil keluar besok dan mohon bersabar.”“Apa dugaanmu sementara? Apakah ada nama yang kamu kenal dari plat nomor itu?” tanya Hans dengan intonasi penekanan.Tom membisu di balik handphone. Dia pernah bertemu dengan pengusaha dalam sebuah acara pelelangan lukisan di Jakarta ketika hendak memasuki ruangan dan menoleh ke arah pengusaha itu sembari memperhatikan plat nomor mobilnya.Dia penasaran dengan sosok yang ada di dalam mobil dan ternyata dia adalah Rashid Omar Nadim yang keluar dari mobil mewah dengan plat nomor yang sama dengan hasil penangkapan foto itu.“Halo, Tom.”“Maaf. Aku masih ada. Ada apa?”“Kamu punya nama atas dugaan sementara yang kamu curigai?” tekan Hans sambil menatap lamat.“Ya.”“Siapa dia?”“Pak Rashid
Read more

73. Penyesalan

“Aku kurang tahu kalau soal itu. Mungkin nanti siang, dia datang ke kantor. Jadi, tunggu saja.”“Oke. Datang ke Pawon Rempah Resto pukul lima sore, setelah pulang kerja. Kita membutuhkanmu,” kata Tiwi tegas.“Baiklah.”“Atau bertemu di rumahmu saja?” celetuk Agustinus.“Jangan, kosanku jelek dan masih berantakan.”“Ayolah, sekali saja.” Agustinus sedikit memaksa untuk bertemu di rumah Hans.“Tidak akan karena kalian akan muntah melihat kosanku yang sangat berantakan dan tidak wangi.” Hans terus berkilah untuk menolak permintaan salah satu rekan kerjanya yang meminta untuk bertemu di rumahnya.“Sudahlah, jangan memaksa Hans untuk bertemu di rumahnya. Dia akan kerepotan kalau kedatangan kita, apalagi dia sedang cuti karena sakit maka dari itu menghargai dia yang sakit. Ini saja, aku malu bilang kepadamu untuk bertemu denganmu, tapi kita membutuhkanmu karena banyak yang harus dibicarakan dan diskusikan.” Tiwi menengahi Agustinus dengan alasan yang masuk akal.“Oke. Lain kali saja, kalian
Read more

74. Jurnalis Handal dan Terpercaya Ditemukan

Abigail yang baru saja sadar dari pasca operasi telah memberikan banyak informasi kepadanya dan mengingatkan momen bersama adiknya yang sangat disesali olehnya.Namun, ia tidak tahu selama ini bahwa ada seorang Jurnalis yang menulis artikel tentang berita kematian Raja bisnis dan seorang laki-laki yang meninggal secara tidak wajar.Bahkan, Abigail pernah melihat sebuah website berita yang mengangkat berita kematian ayah dan adiknya yang tidak usut dengan tuntas. Semua pihak kepolisian tidak ada yang bergerak sama sekali.“Ada, Tuan muda. Selama ini saya mencari keberadaan dia, tapi masih abu-abu dan saya mendatangi rumahnya setiap hari, tidak ada jawaban sama sekali,” sahut Haedar sambil menghampiri mereka.“Di mana rumahnya?”“Jalan Pahlawan, rumahnya memasuki gang kecil, berpagar putih yang tinggi, nomor empat belas. Jurnalis itu bernama Alan Muskion.”“Alan Muskion? Jurnalis yang terkenal tidak takut apa pun dan selalu maju untuk urusan yang kasusnya tidak adil dan diselesaikan den
Read more

75. Kunci Utama yang Kedua

Alan mendelik saat mendengar nama Cody Ruth dan berusaha keras untuk menutup pagarnya, tetapi berhasil ditahan oleh Hans. Ia memasuki rumah Alan sembari menutup pagar putih yang tinggi dengan meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.“Saya tidak tahu apa pun tentang dia. Kamu salah mencari orang. Saya bukan Alan Muskion!” bentak Alan sembari mendorong Hans pelan untuk keluar dari rumahnya.Hans hanya menerima perlakuan Alan yang bisa dikatakan bahwa dia terlihat masih trauma dengan masa lalunya. Rumah yang terlihat nyaman dari luar, tetapi ternyata sedikit berantakan di bagian halaman depan rumahnya.“Jika Mas tidak tahu apa pun tentang Pak Cody bukan sikap seperti ini yang ditunjukkan kepada saya,” kata Hans tegas sambil memegang tangannya dengan erat.Alan melotot lalu menampis tangan Hans dengan keras. Dia bergegas masuk ke dalam rumah dan dikejar oleh Hans dengan mempercepat langkahnya.“Saya bukan orang jahat, Mas. Mas tidak perlu takut dan tidak akan melakukan perbuatan buruk
Read more

76. Alan Muskion Diamankan

“Saya menyimpan di tempat yang aman dan hanya saya yang mengetahui. Jadi, saat saya memindahkan file ke kartu memori, selalu diminta dan dihancurkan sebanyak lima kali, tapi saya masih memiliki satu kartu memori yang berisi apa pun yang sangat penting di dalamnya.”“Apa pun yang sangat penting di dalamnya?” tanya Hans bingung.Hans penasaran dengan Alan. Ia salah menduga Alan selama ini. Dia juga cerdas, cerdik dan licik untuk mengelabuhi musuh yang menginginkannya enyah dari dunia media.Kekuatan tulisan, analisa masalah dan mengatasi masalah membuat Alan berhati-hati dalam menyimpan bukti. Dia juga memiliki bukti nyata dari saksi mata yang melihat Cody Ruth bersama siapa pun dengannya.“Perlakuan atasan terhadap karyawan, rekaman audio saksi atas kematian Cody Ruth dan seorang anak lelaki yang bernama Joe. Anda bisa melihatnya nanti. Semua sudah saya pindahkan ke kartu memori yang memiliki kapasitas tinggi.”“Baiklah. Kita bisa melihatnya nanti. Anda sekarang ikut saya dan jangan be
Read more

77. Foto Liburan yang Mencekam

“Iya. Kamu sudah melihatnya saat ibu terbangun dan melihatmu penasaran dengan folder yang bersandi dan sengaja diberi sandi agar tidak ada yang membukanya.”“Apakah semuanya berisi berkas penting?”“Tunjukkan kepadanya, Haedar.”Haedar memberikan laptop kepada Hans setelah diberi perintah oleh Nyonya besar. Hans menatap bingung kepada ibunya yang tidak menjelaskannya terlebih dahulu sembari menerima laptop yang diserahkan olehnya.Ia duduk di sofa sambil memperhatikan isi folder yang bersandi. Ada empat folder dengan nama kekayaan Cody Ruth, acara brand terkenal di dunia, dunia hiburan dan liburan.“Folder yang bernama kekayaan Cody Ruth sudah dipindah alih menjadi atas namamu, kamu tinggal tanda tangan dan sepuluh menit lagi ahli waris datang untuk mengesahkannya. Dia adalah orang terpercaya ayahmu yang ditugaskan untuk memindahkan kekayaan atas nama anak pertamanya.”Hans mendengarkan perkataan Abigail sambil menekan folder liburan yang terdapat ribuan foto. Ia memperbesar ukuran fo
Read more

78. Pelindung Tertinggi

Hans tiba-tiba memiliki ide untuk mempermalukan Rashid Omar Nadim di seluruh dunia. Banyak orang yang tahu tentangnya.“Saya tidak kenal dekat dengannya, tapi sering bertemu di acara bergengsi dunia. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia memiliki teman seorang petinggi kepolisian dan petinggi itu juga memiliki prestasi dalam bidang penangkapan buronan narkoba, tetapi untuk valid atau tidaknya saya kurang tahu.”“Petinggi kepolisian? Jabatannya apa?”“Komisaris Besar Polisi. Petinggi itu bernama Basman Mustofa. Dia adalah orang berpengaruh di negara ini, tapi ada isu yang tidak enak tentangnya setelah berita Ryan Nadim tersebar di televisi terkait kasus narkoba yang bekerja sama dengan seorang pria yang ketahuan bertransaksi di perusahaan pangan Pak Cody.”“Isi yang tidak enak? Seperti apa?”“Saya tidak tahu persis, kabar burung yang beredar adalah dia melindungi Ryan dan bandar besar narkoba.”“Sungguh?”“Iya.”Hans memberikan dokumen dan laptop berisi surat penting sembari memikirkan
Read more

79. Mendesak Abigail

Abigail membungkam mulutnya dengan melepaskan tangan Hans dari tangannya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia terlihat tidak ingin memberitahu tentang pelaku atas kematian Ayah dan adiknya.Kesekian kali, Abigail tidak ingin bicara tentang sosok pelaku itu. Tatapan dan sikap bungkam itu membuat Hans curiga terhadap ibunya.Hans berpikir bahwa ibunya tahu tentang pembunuhan itu, tetapi tidak ingin membicarakannya dengan alasan takut terjadi pada anaknya.Hans menghela napas panjang. “Ada apa, Bu? Apakah ada seseorang yang mengancam Ibu?” tanya Hans sembari mempersiapkan handphone untuk merekam percakapannya dengan Abigail dan diletakkan di kantong jasnya.Abigail menoleh ke arah Hans secepat kilat. “Kenapa kamu berpikir seperti itu?” tanya Abigail dengan intonasin penekanan.“Aku hanya bertanya bukan berarti berpikiran seperti itu karena ibu mengalihkan pandangan dan melepas tangan Hans seakan tidak ingin membeberkan sosok pelaku yang membunuh Ayah dan adik. Jika ibu mengetahui
Read more

80. Perselingkuhan Abigail

Abigail terdiam kembali.“Sampai kapan ibu diam? Hans tanya sekali lagi, Apakah selingkuhan Ibu adalah Rashid Omar Nadim?” tanya Hans dengan menautkan barisan gigi atas ke bawah.“Iya. Selingkuhan Ibu adalah dia. Ibu tidak tahu kalau dia adalah pengusaha terkenal karena pertama kali bertemu dengannya tidak menyebutkan latar belakang dan mengaku belum menikah, tetapi saat bertemu dengannya yang kedua kali membawa istrinya.”Hans berdecak saat Abigail mengaku mendua dengan Rashid Omar Nadim. Pria brengsek yang tak punya malu dan hidung belang.Dia juga berselingkuh dengan wanita lain selain Abigail. Bahkan, dia terlihat sangat ingin sekali bermain dengan para wanita untuk menyalurkan hasratnya.“Apakah dia pernah datang ke ruangan ibu dan meminta untuk menyerahkan seluruh kekayaan ayah kepadanya?” tanya Hans dengan menahan nada bicara.“Bagaimana bisa kamu tahu hal itu?” tanya Abigail terkejut.“Pak Haedar yang memberitahuku. Dia pernah melihat seorang pria yang tidak asing baginya, tet
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status