Home / Romansa / Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore: Chapter 121 - Chapter 130

184 Chapters

121. Ramuan Obat Rahasia

Luciano membopong Zeze, membawanya ke kamar. Masih dinihari dan mereka berdua bisa mati kedinginan karena pakaian Luciano juga telah ikut basah dari memeluk Zeze.Setidaknya Luciano yang kedinginan, Zeze tetap merasakan darahnya sangat panas membara dalam tubuhnya. "Ganti pakaianmu, lalu kita berdoa pagi bersama." bisik Luciano seraya memberikan kecupan ke pipi Zeze yang mengangguk cepat. Zeze mengambil pakaian kering untuk ia bawa masuk ke dalam kamar mandi, tapi baru saja gadis muda itu melepaskan pakaian bagian atasnya yang melekat ketat, sebuah lengan besar berbulu maskuln melingkari pinggangnya dari belakang. "Paman ..." tenggorokan Zeze tercekat memanggil Luca yang merundukkan wajah ke pundaknya dan semakin mengeratkan lengan memeluk. "Kau akan sembuh! Dengarkan paman, oke? Kau pasti sembuh!" bisik Luca seraya memutar tubuh Zeze yang segera ia sambar handuk kering untuk menutupi bagian depan tubuh keponakannya tersebut
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

122. Ingin Menjebak?

Sudah sepekan Jonathan membawa Zeze dan semuanya pindah ke rumah tua Johnson. Selama itu, Zeze tidak lagi pergi keluar di tengah malam, namun Luca akan selalu menemani keponakannya bermain di dalam hutan. "Apakah tubuhmu masih panas? Kita sudah hampir satu jam di sni." Luca memanggil Zeze yang asyik berenang hilir mudik di dalam danau, sementara Luca harus memakai pakaian hangat berlapis-lapis. Zeze segera menepi ke dekat Luca, "Ada yang datang kemari." ucapnya seraya menatap lekat ke netra paman tampannya. "Jangan kuatir dan tak perlu takut. Semuanya akan baik-baik aja." Beberapa hari lalu kediaman Jonathan didatangi beberapa orang polisi, menyelidiki kematian warga desa tetangga yang tewas dengan jantung hilang, namun Artur berhasil membuat kesaksian jika Jonathan sekeluarga baru saja tiba di kediaman setelah kejadian orang tewas tersebut. Luca segera merentangkan jubah handuk untuk menangkap Zeze yang baru keluar dari danau ketika dua orang anggota polisi datang menghampiri mer
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

123.

Sepekan sudah berlalu sejak otot panggul Felix dijahit ulang oleh Simon dan berkat obat yang ditinggalkan oleh Zetha, jahitan otot panggul Felix cepat mengering pulih.Felix sudah bangun pagi-pagi, lari marathon di pantai, lalu sarapan, memeriksa pekerjaan di ruangan kerjanya dan menjelang sore melatih otot di ruangan gym. "Beberapa pria datang lagi ke depan gerbang kediaman," Knox datang ke dalam ruangan gym, melaporkan pada Felix mengenai beberapa pria mencurigakan tertangkap kamera cctv mendatangi depan kediaman. Belum sempat Felix menjawab, ponsel yang tidak jauh dari tempat Felix dan Knox berada, berdering sangat nyaring. "Kau tidak datang ke Somalia, dimana kau berada?" Felix langsung bertanya pada penelponnya yang tak lain adalah Lorenza. "Mereka menjebakku untuk menangkap Anda." Felix turun dari treadmill, meraih handuk untuk mengelap keringat, kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan gym diikuti oleh Knox di belakang.Felix menaiki tangga menuju lorong kamar dan masuk
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

124. Cinta Tak Sampai

Lorenza yang berdiri memperhatikan Edward dan Felix dari luar kerangkeng, langsung bergerak cepat mengeluarkan pistol di sisi pahanya, menembaki anak buah Edward Suter, meski tembakannya meleset, tidak membunuh satu orangpun.Lorenza memang diam-diam baru-baru ini saja latihan menembak agar ia bisa menjadi mata-mata andalan Felix. Pistol yang Lorenza gunakan juga ia beli tanpa mengerti spesifikasinya dari seseorang di pasar gelap Amalfi. Namun gadis itu sangatlah amatir memegang senjata.Lorenza berhasil membuat perut pengawal Edward dalam kerangkeng mengucurkan darah, segera gadis itu meraih gantungan kunci dalam genggaman tangan sang pengawal, namun Edward menjegal kaki Lorenza yang bersepatu tumit tinggi hingga gadis itu terjatuh terduduk lalu terjerembab pada lantai dan gantungan kunci di sebelah tangannya terlempar jauh darinya dan Felix.Lorenza bangkit, mengarahkan pistolnya ke arah Edward yang hendak meraih gantungan kunci.Cklek ...ceklek!Peluru dalam pistol Lorenza sudah hab
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

125. Janji Felix

Zeze sedang duduk santai di ruang keluarga, berbincang dengan Jonathan dan Freyaa sehabis makan malam, ketika gadis itu tiba-tiba berdiri gelisah, menatap nanar ke sekeliling dimana netranya berubah menjadi biru gelap pekat.Sebagai The Queen, induk dari turunan racun dalam tubuh Zeze, yang sekarang para inang turunan racunnya sedang panik terancam tewas, ternyata perasaan mereka terhubung pada Zeze. "Kendalikan dirimu, Young Lady." Jonathan bangkit berdiri, langsung merengkuh Zeze ke dalam pelukan besarnya saat merasakan kegelisahan cucunya tersebut. "Papa, aku mau mati ..." "Tarik napas, Sayang. Gunakan pernapasan perutmu ...Papa di sini, tak akan membiarkanmu mati." Zeze menggelengkan kepalanya gelisah dan Jonathan menangkup wajah lembut cucunya tersebut untuk ia tatap lekat-lekat."Zee, Young Lady ...Sayangnya Papa, Sayangnya Didi, Sayangnya Freyaa dan Sayangnya keluarga Salvatore, lihat Papa, Sayang ...""Dengankan Papa, tarik napasmu, gunakan pernapasan perut." Jonathan berka
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

126.

Felix menembaki pria yang memakai masker anti asap tepat berdiri di sebelahnya, sedang mensiagakan ujung senapan di lubang jendela.Felix juga menembaki orang-orang di sekelilingnya yang terkejut mendengar suara tembakan dari dalam gudang ke rekan mereka. "Itu Mister!" Knox spontan menyebut Felix dengan kata 'Mister' seperti sebelumnya ia sering memanggil majikannya tersebut. Hansel dan Quince langsung mengangkat tangan untuk pasukan Felix agar bergegas maju memberikan bantuan. Knox, Hansel dan Quince memang sudah dipersiapkan Felix untuk melacak keberadaannya yang ingin sengaja 'tertangkap' oleh anak buah Edward dan Alfred Mussolini. Felix tidak memiliki bukti untuk mengekspos tindakan terkutuk Edward dan Alfred untuk dibawa ke meja hukum. Jadi, hanya dengan cara ia 'ditangkap' adalah kesempatan Felix masuk ke sarang perangkap mereka. Sayang, Lorenza tidak bisa berlakon sampai akhir yang membuat rencana Felix menemui jalan buntu untuk menghancurkan Edward dan Alfred juga Mister M
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

127. Amarah Felix

Felix menyandarkan tubuh Lorenza ke dinding di sudut gudang. Lalu pria itu meraih senapan dengan stok peluru melilit tubuh anak buah Alfred yang tewas ia tembaki sebelumnya. Seraya melingkarkan peluru dan memasang tali senapan membentuik huruf X pada tubuhnya, sebelah tangan Felix meraih ponsel dan langsung menekan tombol menghubungi Effren, kemudian menyimpannya kembali dalam kantung celana. "Datang ke Amalfi sekarang!" Felix berbicara menggunakan headset yang baru saja ia selipkan ke telinganya, begitu terdengar suara Effren menjawab telpon. Edward dan anak buahnya sungguh sangat ceroboh karena tidak menggeledah ponsel serta headset Felix. Terkadang memang keserakahan membuat otak seseorang berpikir bodoh, namun mereka seringkali merasa jauh lebih pintar dari manusia lain. "Ada apa denganmu?" Effren bertanya sengit mendengar suara Felix yang dingin memerintahnya datang ke Amalfi. "Tak perlu banyak tanya! Datang ke Amalfi sekarang dan jangan bawa Deristi!" Felix mengulangi perkat
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

128. Penyesalan Effren

Felix memasuki ruangan kamar dan Effren terus mengikuti beberapa langkah di belakang. Sudah lewat tengah malam dan salju masih turun seperti hujan gerimis di luar. Felix melangkahkan kaki menuju wall in closet, melucuti pakaian basah pada tubuhnya dan memilih pakaian kering berwarna gelap untuk ia pakai. "Siapa dia? Siapa wanita yang kau baringkan di atas meja makan? Dia tewas karena melindungimu? Apa kau baik-baik aja?" Effren mencecar Felix seraya menyandarkan sisi tubuhnya pada pintu wall in closet, menatap punggung Felix yang meraih jubah. "Kau sungguh tidak bisa mengenalinya? Tidak ada getaran apapun pada hatimu? Dan otak jeniusmu gagal menebak siapa dia?" Felix menyahut dingin, mendelikkan tatapan sinisnya pada Effren. Punggung Effren tiba-tiba menegak tegang, "Jangan bilang dia putri Daddy yang kau temukan!?" tanyanya seraya menatap lekat bola mata dingin Felix yang mendengkuskan napas kasar. Felix melewati Effren yang masih berdiri di depan pintu wall in closet, "Dia bahka
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

129.

Matahari pagi bersinar cerah, membuat beberapa bagian pulau Efge yang tertutupi salju terlhat sangat indah dengan salju mencair seperti kristal bening. Peti mati Lorenza baru saja terkubur di samping makam saudaranya, putranya Effren bersama Deristi. Effren mengukir sendiri nama inisial L.S pada papan kayu untuk ia tancapkan di atas makam Lorenza, "Selamat berbahagia di sana, putrinya Ayah, Lorenza Salvatore." bisik Effren seraya tersenyum pedih.Para penduduk pulau Efge berjanji pada Effren dan Felix, akan tutup mulut mengenai makam Lorenza di sebelah Michael, putranya Effren tersebut. Felix dan Effren melangkahkan kaki ke rumah tua milik Michael Salvatore yang masih kokoh tegak berdiri di puncak pulau Efge. Charles dibantu oleh para wanita penduduk pulau Efge sudah menyiapkan sarapan untuk Felix, Effren dan semua anak buah Felix yang ikut datang ke pulau Efge. Usai sarapan bersama dalam hening, Felix dan Effren mengajak pasukan kembali ke Amalfi menggunakan helikopter seperti ke
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

130. Donwload Data

Sudah dua hari Zeze di rumah sakit, pun juga Veronica dan Freyaa tetap menemaninya. Sedangkan Michele pulang ke kediaman tua Johnson bersama Susie dan Bonnie. "Kau sudah bangun? Aku membeli puding kacang merah, kau mau coba?" Dominic masuk ke dalam ruangan perawatan Zeze, menenteng tas karton berisi beberapa cup pudng kacang. Pandangan mata Dominic melirik ke sofa, Veronica tertidur bersama Freyaa yang membaringkan kepala di atas pangkuannya. "Bagaimana keadaanmu?" Zeze tersenyum pelan memandang Dominic yang datang menghampirinya di atas brangkar."Maaf aku meracunimu. Pikiranku tidak waras saat itu." Zeze menurunkan kedua kakinya menjejak lantai, berjalan pelan ke sofa yang terdapat di depan jendela kaca besar. "Aku baik-baik aja dan kau tak perlu minta maaf." Dominic meraih telapak tangan Zeze, memegangi pundaknya lalu membantu gadis itu duduk dengan nyaman di sofa. "Aku menyayangimu, Dom." Dominic tersenyum lembut, meraih satu cup puding kacang dalam tas karton, membukakan tut
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status