Semua Bab DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Bab 351 - Bab 360

375 Bab

BAB 247

Bakda isya Ken baru sampai rumah mertuanya. Dia tampak lelah dengan pekerjaan dan masalah yang dihadapinya. Soal teror belum kelar, ditambah masalah Clarissa yang membuatnya begitu emosi. Beruntung Hanum cukup cerdas dan memahami situasi yang ada. Dia tahu jika Clarissa selicik itu. "Baru pulang, Ken. Kusut amat tuh muka," ujar Rena saat berpapasan dengan Ken di teras. Perempuan itu berpenampilan cukup modis dan rapi karena mau makan di luar. Sejak kenal dengan Pramono, sepertinya Rena mulai hilang arah. Dia tak terlalu peduli dengan rumah tangganya bersama Aziz. Justru sibuk dengan dunianya sendiri. "Banyak masalah?" tanya Rena lagi. Ken hanya tersenyum tipis tanpa membalas sepatah kata pun. Setelah mengucap salam, Ken masuk ke rumah. Hanum keluar kamar sembari membalas salam suaminya. Hanum masih membenarkan jilbabnya saat Ken muncul dengan senyum manisnya sembari mengulurkan tangan. Hanum pun menyambutnya dengan semringah, seolah tak ada beban dan masalah yang dihadapi sebelum
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

BAB 248

"Ren!" panggil Clarissa sembari melambaikan tangannya saat melihat Rena muncul dari pintu utama cafe. Suara hak sepatu Rena menggema di dalam cafe yang agak sepi itu. Dia berjalan dengan penuh percaya diri ke arah sudut ruangan, di mana Clarissa sudah menunggu dengan wajah tegang, dengan tatapan mata tajam dan penuh emosi. Rena meletakkan tasnya di atas meja, lalu duduk dengan anggun bersebelahan dengan kursi Clarissa. "Aku nggak habis pikir, Rena." Clarissa membuka percakapan dengan nada penuh kekesalan. "Aku sudah kirim foto-foto itu ke Hanum. Semua! Foto-foto mesraku dengan Ken, saat kami berdua di ranjang hotel kemarin. Bahkan saat aku sengaja melemparkan pakaianku dan berserakan di atas ranjang. Seharusnya Hanum emosi kan? Dia ngamuk atau cemburu melihat suaminya bermesraan dengan perempuan lain tanpa busana di ranjang. Tapi, yang kulihat dia tak seperti yang kuduga. Hanum bahkan tahu kalau semua itu hanya jebakanku karena dia percaya jika Ken tipe lelaki setia dan tak neko-ne
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

BAB 249

Mobil yang ditumpangi Raka sekeluarga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan. Rumah kedua orang tua Meira. Perempuan itu tersenyum tipis. Kerinduan seolah membuncah karena sudah cukup lama tak singgah di rumah itu. Dia menoleh ke samping, menatap kedua anaknya yang terlelap sejak keluar dari bandara tadi. "Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga, Sayang," kata Raka seraya menoleh ke belakang, di mana anak dan istrinya duduk. "Silakan, Mbak, Mas. Bapak dan ibu pasti sudah menunggu kedatangan kalian," ucap Heru, salah satu supir orang tua Meira. Raka mengangguk seraya tersenyum, sementara Meira menghela napas lega. Perjalanan jauh dari kota tempat mereka tinggal ke Jakarta cukup melelahkan, terutama dengan dua anak yang sesekali rewel di perjalanan. "Mas, Dee gendong aja. Aku mau bangunin Aldo dulu," ujar Meira lirih. Raka mengangguk pelan. Tanpa membuang waktu, Raka keluar dari mobil lalu menggendong Dee, sementara Meira membangunkan Aldo perlahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

BAB 250

[Mas, ada sedikit masalah. Rencananya besok aku mau nyelesain masalah ini biar nggak berlarut-larut. Selain Bagas sama Ridho, sepertinya aku juga butuh bantuanmu. Soalnya yang kuhadapi saat ini bukan orang sembarangan. Kalau ditunda-tunda, kasihan Hanum. Dia semakin kepikiran dan ketakutan setiap hari. Kabari aku kalau sudah sampai Jakarta] Pesan dari Ken di handphone Raka sudah dibaca oleh Meira. Perempuan itupun cukup kaget membaca pesan adik iparnya itu. Tak biasanya Ken kinta bantuan kakaknya, apalagi menyangkut rumah tangganya seperti ini. Meira yakin ada sesuatu yang terjadi dalam keluarganya. "Mas, lihat ini," ujar Meira sembari menyodorkan handphone suaminya itu. Raka pun terkejut setelah membaca pesan dari adik semata wayangnya. Dia menoleh ke arah Meira lalu kembali mengulang pesan dari Ken. "Pasti terjadi sesuatu di antara mereka. Selama ini Ken memang tak pernah menceritakan apapun pada keluarga jika punya masalah. Dia selalu berusaha menyelesaikannya sendiri. Tapi, mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 251

Sejak pertemuannya dengan Clarissa tiga hari lalu, Rena sering kali memikirkan tentang rencana Clarissa untuk menjebak Hanum. Uang yang diberikan Clarissa sudah habis untuk foya-foya. Tak peduli dengan Azziz yang terus bertanya soal itu, Rena memilih bungkam dan bilang jika itu bonus dari kantornya. "Tapi kalau sampai ketahuan, aku bisa masuk penjara, Ris!" Rena kembali membayangkan obrolannya dengan Clarissa saat itu. Clarissa mendesah, lalu menggenggam tangan Rena erat. "Percaya sama aku, Ren. Aku yang akan menanggung semuanya. Kamu hanya perlu melakukan bagianmu. Itu saja." Clarissa berusaha meyakinkan. Rena masih ragu."Bagaimana kalau gagal lagi?" tanya Rena dengan mimik cemas. "Kali ini harus berhasil, Ren. Makanya, aku butuh bantuanmu," jawab Clarissa lagi."Tenang saja. Aku sudah menyiapkan segalanya dengan matang. Aku ingin Ken jijik dengan Hanum. Setelah itu, dia pasti meninggalkannya. Dan ketika itu terjadi, aku akan berada di sisinya. Selamanya," balas Clarissa dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

BAB 252

Suara mobil berhenti di depan rumah. Dari dalam dapur. Hanum buru-buru mengelap tangannya yang masih basah setelah memasak dan menata semua hidangan di meja makan. Dia melangkah cepat ke teras dan tersenyum lebar saat melihat keluarga kakak iparnya itu turun dari mobil. Raka keluar lebih dulu diikuti Meira yang menggandeng dua anak mereka.Rudy yang sedari tadi menunggu mereka di ruang tengah pun buru-buru ke teras menyambut tamunya. Sementara Mawar dan Rena datang belakangan."Assalamualaikum!" Raka tersenyum tipis saat melihat keluarga Hanum menyambut kedatangannya. "Waalaikumsalam. Mas Raka, Mbak Meira, ayo masuk!" Hanum menyambut mereka dengan hangat. "Aldo sama Dee ikut Tante yuk! Tante punya mainan buat kalian," ujar Hanum kemudian. Kedua anak itu pun saling tatap lalu bersorak riang. Sementara Meira dan Raka hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala."Mas Raka sama Mbak Meira silakan masuk. Kita ngobrol di ruang tengah saja ya, sekalian ngemil seadanya," ujar Rudy begitu r
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

BAB 253

"Ada apa sih ribut-ribut?!" tukas Rena yang baru saja keluar dari kamar sembari menempelkan handphonenya ke telinga. Sepertinya dia sedang ngobrol dengan seseorang, entah siapa. "Suamimu babak belur, Ren. Kamu malah santai begini." Mawar ikut geram melihat anaknya yang tak peka. Rena menatap Azziz yang kini ditidurkan di sofa ruang tengah. Wajahnya lebam-lebam dengan sudut bibir yang pecah dan berdarah. Dia bahkan nyaris pingsan. "Buruan ambil air hangat!" sentak Mawar lagi. Rena pun buru-buru mematikan panggilan itu lalu mengikuti perintah ibunya. Di dapur, dia kembali mengomel pelan karena tak biasanya ibunya tak seperti ini. Rena memang jarang sekali dibentak oleh ibunya, sesalah apapun. Namun, kali ini berbeda. Mawar kesal melihat Rena yang sibuk ngobrol dengan lelaki lain, sementara suaminya babak belur. Mawar memang sempat melirik layar handphone Rena tadi sebelum anak perempuannya itu menerima panggilan. Om Pram. Begitulah nama yang tertera di layar. Mawar merasa jika dia b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

BAB 254

"Apa maksudmu ngomong begitu, Mas? Kamu menuduhku selingkuh dengan Om Pram?!" tukas Rena tak terima. Dia membalikkan badan sembari berkacak pinggang menghadap Azziz yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Wajah Azziz yang lebam-lebam itu tak mampu menyembunyikan amarahnya yang kini memuncak, bahkan nyaris meledak. Suasana kamar yang sebelumnya cukup tenang dan lengang itu mendadak mencekam. Azziz berusaha duduk di tepi ranjang dengan rahang mengeras, sementara Rena kini melipat tangan di dada, sorot matanya penuh perlawanan."Jadi, kamu masih saja mengelak, Ren?!" tanya Azziz penuh penekanan. Rena mendengkus sembari membuang pandangan. "Kamu harusnya mikir, Mas. Akhir-akhir ini kamu nggak pernah ada waktu buat aku kan? Kamu sibuk lembur bahkan saat weekend tiba. Pagi buta sudah pergi dan pulang tengah malam. Kamu pikir aku nggak kesepian di rumah? Aku juga butuh hiburan. Nggak masalah dong aku pergi main ke luar bersama teman?" Rena membela diri. "Aku nggak pernah larang kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 255

"Masakanmu enak, Num. Pantas saja pengin banget punya cafe. Ternyata punya bakat masak memasak," puji Raka, kakak ipar Hanum saat mereka menikmati makan siang bersama. Ken pun tersenyum bangga mendengar istrinya dipuji oleh kakaknya sendiri. "Biasa aja kok Mas rasanya. Mungkin lumayan aja, tapi nggak ada yang spesial," balas Hanum dengan senyum tipis. "Beneran enak kok, Num. Jelas nggak ada yang spesial, kan yang spesial di sampingmu itu," goda Meira tak mau kalah. Dia menunjuk Ken dengan dagunya, membuat laki-laki itu terkekeh pelan. "Iya tuh, Sayang. Benar kata Mbak Meira, aku kan yang spesial." Ken menimpali. "Spesial pakai telur lima," balas Hanum kemudian. Rudy yang ikut menikmati makan siang itupun hanya tersenyum sembari menggeleng pelan saat melihat anak dan menantunya bercanda, sementara Mawar masih saja bungkam. Dia tak berselera makan karena anak dan menantunya baru saja ribut besar, bahkan Rena pergi dari rumah begitu saja saking kesalnya. "Gimana nggak enak, kerjaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

BAB 256

"Sudah beres, Gas?" tanya Ken pada asistennya itu via handphone. "Sudah, Mas. Saya sudah taruh cctv mini di basecamp mereka," balas Bagas meyakinkan. "Bagus. Sekarang kamu sama Ridho ke cafe. Kita bahas di sini dulu sebelum beraksi, sekalian cek isi cctvnya," perintah Ken lagi. "Oke, Mas. Kami sudah di jalan, sebentar lagi sampai." Ken mengangguk pelan lalu mematikan panggilan, sementara Bagas dan Ridho masih berboncengan naik motor menuju cafe bosnya itu. "Sayang, kamu pulang dulu sama bapak ya? Nanti aku sama Mas Raka ada urusan sebentar," ucap Ken saat melihat istrinya mulai membereskan meja kerjanya. Ada ruangan khusus yang tak terlalu lebar di cafe itu. Ruang kerja sekaligus untuk istirahat melepas lelah. Tak ada banyak barang di ruangan mungil itu. Hanya ada meja dan kursi kerja, sofa panjang dan lemari kecil untuk meletakkan beberapa barang penting. Di bagian belakang ada toilet pribadi. Meski kecil, tapi cukup nyaman untuk Ken dan Hanum. Mereka sering istirahat di ruanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
333435363738
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status