Semua Bab DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Bab 331 - Bab 340

375 Bab

BAB 227

Ponsel Hanum di saku gamisnya berdering. Dia yang masih memeriksa stok bahan baku di cafenya, buru-buru mengambil benda pipih hitam itu lalu melihat nama yang muncul di layar. Senyumnya mengembang saat melihat nama kakak iparnya di sana. "Assalamualaikum, Mbak Meira. Gimana kabarnya?" tanya Hanum semringah lalu duduk di kursi samping kasir. "Waalaikumsalam, Hanum. Alhamdulillah baik dan sehat. Mama sama papa juga sehat semua. Kamu sama Ken gimana?" "Alhamdulillah sehat juga, Mbak. Aldo sama Dee gimana? Duh jadi kangen." Hanum kembali tersenyum. "MasyaAllah mereka makin pintar, Num. Kamu sih, susah banget ditelepon. Dari tadi Mbak telepon baru kali ini diangkat loh. Sibuk banget kayanya ya?" Hanum tertawa kecil. "Sebenarnya nggak terlalu sibuk juga, Mbak. Cuma lagi banyak yang harus diurus di cafe. Maklum masih dalam proses ini, belum bisa dilepas sendiri. Maaf tadi nggak dengar ada telepon masuk, soalnya lagi bantu-bantu karyawan, Mbak. Kebetulan tadi agak ramai. Maaf ya," uja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

BAB 228

"Sayang, aku ke Bandung seminggu ya? Urus proyek yang baru jalan itu. Pokoknya nanti ada Ridho yang temani kamu di cafe. Bagas biar ikut aku aja ke Bandung." Ken kembali mengingatkan tentang rencananya hari ini pada istrinya. Rencana yang sudah tiga hari belakangan dia bahas."Iya, Mas. Tenang saja. Nanti bapak ikut jemput ke cafe kalau mau pulang. Katanya takut kejadian waktu itu terulang." Hanum tersenyum tipis sembari menyiapkan sarapan di meja makan. Ada roti panggang dengan selai coklat, kacang dan nanas di sana. Tak lupa dua gelas susu untuknya dan Ken. "Makan dulu, Mas. Nanti dijemput Mas Ridho?" tanya Hanum lagi. "Iya, Sayang. Kan mobilnya kemarin dia yang bawa. Jadi, nanti dia ke sini dulu."Ken menatap Hanum lembut lalu tersenyum tipis. Dia pun menarik kursi makan dan mendudukinya. Setelah selesai memanggang roti, Hanum ikut duduk di samping suaminya. Mereka pun menikmati sarapan sederhana itu bersama. "Wah, enak nih sarapan berdua. Masih ada sisa rotinya nggak, Num?!" T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

BAB 229

"Jaga bicaramu, Rena! Makin hari kamu makin ngelunjak sebagai istri!" sentak Azziz tak terima dengan ucapan istrinya. "Memangnya selama ini aku mengabaikan tugasku sebagai suami? Sejak belum menikah, kamu sudah minta ini itu dan aku belikan semuanya. Kamu bilang nggak bisa jadi donatur?!" sambung Azziz lagi. "Kamu bilang aku harus cari kerja sampingan dan aku juga menuruti permintaanmu. Berangkat pagi pulang sampai malam semua demi dirimu. Uang hasil kerja sampingan juga kamu kuasai dan sekarang kamu menuduhku macam-macam hanya karena dapat pelanggan tetap? Bukannya kamu yang menikmati hasilnya, kenapa sekarang sok merasa paling terdzalimi?!" tukas Azziz lagi. Dia benar-benar kesal dengan sikap Rena yang mau menang sendiri dan nggak pernah mengerti posisinya saat ini. "Kalau aku nggak dapat duit sampingan, bukannya kamu juga yang mencak-mencak?!" "Stop, Mas! Nggak perlu menceritakan semuanya. Aku nggak butuh semua itu. Yang aku pengin sekarang, kamu berhenti antar jemput perempua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

BSB 230

"Kamu kenapa, Num?" tanya Rudy saat melihat anak perempuannya duduk di depan bengkelnya yang masih tertutup. Hanum sengaja duduk di sana sembari menunggu bapaknya pulang dari pasar. Hari ini, bapak dan ibu tirinya memang ke pasar. Rudy ingin membelikan kalung untuk istrinya karena kebetulan dia dapat rezeki lebih. Mendengar keinginan suaminya itu membuat Mawar begitu kegirangan. Makanya, pagi-pagi mereka sudah pergi ke pasar. Selain beli perhiasan, Mawar juga sekalian belanja mingguan. Perbelanjaan yang biasanya dihandle Hanum, sekarang menjadi tugas Mawar karena Hanum sudah sibuk di cafenya. "Kamu kelihatan kusut dan ketakutan begitu. Ada apa?" tanya Rudy semakin panik. Dia turun dari motor lalu menghampiri anak perempuannya yang masih cukup gelisah dan takut. Sebenarnya dia ingin menceritakan semuanya sekarang, tapi melihat gerak-gerik ibu tirinya, Hanum mengurungkan niat. Dia tak ingin dituduh memfitnah karena memang nggak ada bukti yang bisa dia gunakan untuk menguatkan cerita
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

BAB 231

"Kusut banget itu muka," ucap Ike saat dia dan Rena istirahat di kantin kantor. "Kesel banget aku sama Azziz." "Kenapa lagi? Soal hutang-hutangnya lagi?" tebak Ike santai. Ike sudah mengira tiap kali sahabatnya itu murung pasti karena bertengkar dengan suaminya. Entah perihal hutang, cemburu pada Hanum atau tentang kesibukannya setelah punya pekerjaan sampingan. "Bukan soal itu. Okelah soal hutang aku sudah berusaha legowo. Setahun juga lunas. Lagipula dia juga inisiatif cari kerja sampingan meski cuma jadi tukang ojek. Terserahlah, yang penting aku tetap dikasih duit meski jauh dari ekspektasi. Cuma masalahnya, dia menuduhku macam-macam sampai banting ponsel segala. Ponselku hancur sejak kemarin. Beneran mati total dan nggak bisa dibenerin lagi." Rena mendengkus kesal."Sudah coba dibawa ke counter?" tanya Ike mulai fokus dengan cerita sahabatnya itu."Sudah. Azziz juga yang bawa karena aku terlanjur ngamuk. Cuma ya itu, nggak bisa. Itu artinya aku harus punya budget buat beli po
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

BAB 232

Rena datang ke Cafe Arjuna sebelum jam tujuh malam. Dia sengaja datang lebih cepat karena suntuk di rumah sendirian. Bapaknya ke cafe Hanum, sementara ibunya ke rumah Bu RT karena ada syukuran. Dia melihat sekeliling area parkir. Mobil Om Pram belum ada di sana. Itu artinya dia belum datang. Rena keluar dari mobil lalu melangkah santai ke dalam cafe. Dia mengamati sekitar, memilih tempat yang sekira nyaman. Setelahnya kembali melanjutkan langkah menuju meja di sudut kafe. Baru saja duduk, dari ambang pintu utama muncul sosok yang ditunggu. Om Pram dengan kemeja birunya datang dengan seulas senyum sembari melambaikan tangan ke arahnya. "Sudah lama?" tanya Om Pram setelah cipika-cipiki dengan Rena. Perempuan itu tersenyum lalu menggeleng pelan."Baru sampai juga kok, Om." Rena membalas santai lalu kembali duduk di kursi. "Oke. Pesan sekalian ya? Pilih saja mana yang kamu suka," balas Om Pram sembari menyodorkan buku menu. Rena kembali mengangguk lalu memilih beberapa menu yang dia i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

BAB 233

[Aku mulai beraksi malam ini, Ren. Atur saja gimana caranya biar Hanum makin panas. Pastikan dia cemburu, marah dan kecewa. Aku nggak akan pernah membiarkannya merasa paling istimewa di hati Ken. Sampai kapanpun aku nggak akan rela perempuan sepertinya yang menjadi pendamping hidup Ken. Dia nggak pantas!]Pesan dari Clarissa membuat Rena tersenyum lebar. Dia merasa memiliki partner yang sepadan. Rena kembali membayangkan bagaimana runyamnya kehidupan Hanum setelah ini. Rena menghela napas panjang sembari mengirimkan balasan. [Siap, Rissa. Aku akan melakukan tugasku dengan baik. Tenang saja, semua beres!] Setelah mengirimkan pesan itu, Rena kembali menghapus chatnya. Rena menatap jam di dinding. Adzan maghrib sebentar lagi datang, tapi sejak seharian ini tak ada pesan apapun dari suaminya. Rena mulai sedikit gelisah. Sejak kemarin, dia merasakan sedikit keanehan pada Azziz yang tak biasanya dia lakukan. Namun, Rena masih berusaha positif thinking dan tak mau berpikir macam-macam. Ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

BAB 234

[Mas, lagi ngapain? Sudah makan apa belum?]Pesan dari Hanum muncul di layar handphone Ken saat dia berjalan tergesa ke area parkir hotel. Ken sengaja tak mengajak Bagas ke Cafe Bianglala karena dia terlihat sangat kecapekan, bahkan sepertinya sudah terlelap di kamarnya. Lagipula, Ken berpikir tak akan lama di sana. Hanya ketemu mamanya Rissa sebentar lalu kembali ke hotel. Jadi, tak perlu repot mengajak Bagas segala. Sembari berjalan, Ken membalas pesan dari istrinya. Rasa lelah yang sedari tadi menghantam tubuhnya serasa hilang seketika tiap kali membaca pesan atau mendengar suara Hanum. Hanum adalah salah satu sumber semangat dan kekuatannya. [Mau keluar sebentar, Sayang. Sudah makan sama Bagas tadi. Kamu jangan telat makan ya? InsyaAllah lusa aku pulang. Nanti kubawakan sesuatu yang spesial buatmu. Oke!] Ken tersenyum tipis saat membaca kembali pesan yang baru saja dikirimkannya. Setelah sampai area parkir, Ken segera masuk ke mobilnya lalu memakai seat belt. [Katanya seminggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

BAB 235

Clarissa tersenyum puas saat melihat Ken terlelap. Rencana awal berjalan lancar dan dia sudah menyusun rencana selanjutnya. Dua anak buah Clarissa muncul di ambang pintu. Mereka tergesa menghampiri bos perempuannya. "Bawa ke mobil!" perintah Clarissa tanpa basa-basi pada dua lelaki itu. Clarissa pun beranjak dari kursi lalu mengambil kunci mobil Ken di saku celananya. Dua laki-laki kekar itu pun buru-buru memapah Ken yang terlihat lemas dan tak berdaya di kursi cafe. Mereka bertiga keluar cafe menuju area parkir. "Itu mobilnya, warna merah." Dua anak buahnya pun mengangguk. "Pelan-pelan," ujar Clarissa lagi saat dia lelaki itu membawa Ken ke mobil dan menidurkannya di jok belakang mobil Ken. "Kalian di depan, biar aku yang jaga di belakang. Antar ke hotel ya? Kalian sudah tahu tugas selanjutnya kan?" tanya Clarissa kembali mengingatkan. "Masih, Bos. Siap!" balas keduanya nyaris bersamaan. Clarissa kembali mengangguk senang. Mobil pun melaju meninggalkan area cafe. Di perjalanan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

BAB 236

Hanum begitu gelisah. Entah mengapa dia tak tenang dan tak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjuk angka sebelas malam. Berulang kali berusaha memejamkan kedua matanya, namun bayang-bayang Ken selalu hadir di pelupuk mata. Hanum menghela napas panjang lalu duduk di tepi ranjang. Dia mengambil benda pipih hitam kesayangannya di meja rias lalu membaca pesan-pesan yang dikirimkan suaminya beberapa jam lalu. Ingin sekali menelepon atau mengirimkan pesan lagi, hanya saja dia takut menganggu Ken yang mungkin sudah terlelap. "Mas Ken pasti kecapekan apalagi dia sering lembur. Sebaiknya aku tak mengganggu istirahatnya," gumam Hanum lalu menutup layar handphonenya dan meletakkan kembali ke tempat semula. Dia beranjak dari ranjang menuju pintu kamar. Perlahan melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Tenggorokannya terasa kering. Lagi-lagi Hanum menghela napas panjang lalu mengambil gelas dan menuangkan air dingin dari kulkas. "Apa Mas Ken sakit? Kenapa tiba-tiba aku segelisah ini? P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3233343536
...
38
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status